Pada sunyi dinding yang perlahan ingin bergemuruh
Yang bercerita tentang hujan yang dihamili dendam
Yang tecipta dari rintik di mataku yang mulai keruh
Terlukis oleh bulan dan bisunya temaram.Pada angin yang berhembus tentang doa-doa
Yang memaki malam tanpa atmosfer yang istimewa
Memantik luka yang mungkin tak terasa rela
Dari kejujuran bibirku yang terlihat cempalaYang tak termaafkan,
Dan tak bisa dengan mudah untuk dilupakan
Pada kebodohan kata yang pernah ku ucapkan
Walau aku tak pernah punya niat untuk merendahkanKabut yang mungkin masih terasa sakit di hatimu
Menjelma menjadi bimbang tak bertemu
Menyesakan nafas pada hati yang perlahan biru
Lalu pudar pada kebimbangan yang semuAku masih mencintaimu hingga malam ini
Atau malam nanti ketika kau tak lagi berdiri disini
Tepat di sebelah hatiku,
Yang tak mungkin lagi kau ingin datang bertamu.Aku tak menyisakan sebuah kata perpisahan
Sebab aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan
Untuk bicara; atau sekedar memelukmu untuk yang kesekian
Yang tak berani ku tulis walau habis sudah lama ku ratapkanAku mungkin manusia bodoh yang akan kau lupakan
Terhapus sudah tentang diriku walau hanya sebuah bayangan
Namun itu tak apa, manisku
Sebab memang takdir ku untuk sendiri dengan semua nestapaku.Sekali lagi,
Aku mencintaimu.
Tanpa rasa yang tak pernah ada ku pikirkan,
Selain cara agar kau bisa terus ku bahagiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunyi Hati Hampa Semesta
PoetryKetika hati mencoba berhenti berteriak. Maka air mata lah yang terbiasa menahannya dari segala luka yang di dapat karna Cinta, Kecewa dan sebuah Rasa yang hanya Kau dan Semesta dapat mengertinya.