Tepat malam ini,
Dimana detik berubah menjadi teriakan
Sorak dari penjuru negeri
Tuhan kalah malam ini dengan riuh jalan dan petasanAku yang masih duduk dan berfikir
Membicarakan semesta dan gelas ku yang terisi Bourbon
Kedua kalinya di tahun ini aku mendengar teriakan
Yang bukan dari suara demonstran atau jerit kemanusiaanSuara perayaan!
Suara penyesalan, nestapa dan harapan.
Akankah ini menjadi awal kebahagiaan atau penderitaan?
Sebuah ambiguitas waktu yang terus dinyanyikan.Semoga tahun ini aku masih di atas tanah,
Tak di liang ataupun kembali menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunyi Hati Hampa Semesta
PoesiaKetika hati mencoba berhenti berteriak. Maka air mata lah yang terbiasa menahannya dari segala luka yang di dapat karna Cinta, Kecewa dan sebuah Rasa yang hanya Kau dan Semesta dapat mengertinya.