Hai,
Hujan begitu deras ya disini?
Bukan di tempatmu,
Namun di pipiku.Aku hanya berpura-pura tegar kala itu melepasmu
Meredam tangis dan rasa kosong di semestaku
Kau mungkin tidak merasakan itu
Tapi tak apa, aku tak ingin membagi tangis ini padamuAda kala dimana aku amat menciummu
Namun tak bisa mengungkapkan lebih rasa itu
Ada kala juga dimana aku amat sebal denganmu
Namun sayangku melebihi rasa ituAku tak ingin mengucapkan kalimat perpisahan
Dan tak ingin mendegar kalimat itu walau harus disampaikan
Namun itulah yang harus ku paksakan
Sebuah kata yang terus menggoncang perasaanAku ingin engkau kembali namun itu tak mungkin terjadi
Walau ragamu hadir kembali,
Namun rasa itu tak mungkin utuh seperti yang awal kau beri
Yang dengan kecewa harus berakhir dengan tragediAku tak bisa mengucapkan kata manis lagi
Sebab yang kurasa sekarang hanyalah jiwa yang melankoli
Sebuah sosok yang tak mungkin hadir untuk kedua kali
Sebuah wajah yang menunjukan hari akan menjadi sunyiBibir yang biasanya marah akibat kecerobohan ku
Mata yang tak henti menatap kala aku menceritakan sesuatu padamu
Telinga yang mendengar bisikan tentang rindu kapan akan bertemu
Dan jari yang tak hentinya menelpon ku untuk bangun subuhMungkin aku akan merindukan itu
Sebuah perhatian lebih yang mungkin tak akan lagi ku temu
Ku harap kau bisa menemukan semesta yang nyaman ketimbang milikku
Bertemu sosok yang lebih seru dan melepas rindumu setiap waktu.Jaga kesehatanmu ya, Manisku
Mungkin esok aku sudah tak pantas memanggil mu dengan kata itu.
Percayalah, bahwa aku terus mencintaimu
Dan memaksakan diri untuk menempuh jalanku yang baru
Melawan waktu
Namun tak lagi denganmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunyi Hati Hampa Semesta
PuisiKetika hati mencoba berhenti berteriak. Maka air mata lah yang terbiasa menahannya dari segala luka yang di dapat karna Cinta, Kecewa dan sebuah Rasa yang hanya Kau dan Semesta dapat mengertinya.