.
.
.
.
.Seminggu sebelum pernikahan Jinyoung-Nayeon, Jongin berduka karena harus kehilangan Ibunya untuk selamanya. Nyonya Kim tersebut meninggal karena sakit yang di deritanya sejak lama. Rose, Jaehyun, dan teman-teman mereka datang ke rumah Jongin untuk mengucapkan bela sungkawa pada Jongin sekeluarga.
Semuanya ikut sedih, nggak ada yang terkecuali, termasuk Jennie. Mereka merasa kasihan dan iba pada Jongin. Apalagi Jennie, dia ngerasa aneh aja liat Jongin yang biasa ceria sekarang cuma diem di samping jenazah almarhumah ibunya.
"Kata tantenya Jongin dari semalem dia nggak mau makan," Ujar Rose pada teman-temannya.
Jaehyun menghela napasnya, "Pasti dia ngerasa terpukul banget sih."
"Jen, kenapa nggak lo coba bujuk Jongin buat makan," Saran Bambam.
"Kok gue?" Tanya Jennie.
"Yakan Jongin demen sama lo Jen. Kali aja dia luluh kalau lo yang ngajak," Jelas Seulgi.
Jennie menghela napasnya. Dia akhirnya mau nyoba buat bujuk Jongin. Gadis itu sekarang mendekat ke arah Jongin dan duduk tepat di samping lelaki tersebut, "Tem," Panggil Jennie, "Eh maksud gue Jongin," Ralatnya cepat-cepat.
Kebiasaan banget manggil Jongin item.
Jongin nggak menoleh. Dia masih menatap jenazah ibunya dengan tatapan kosong. Jennie memberanikan diri untuk menyentuh pundak Jongin, "Jong, lo belum makan kan?" Tanya Jennie.
Jongin akhirnya menoleh, "Mana bisa gue makan di keadaan begini," Katanya dengan nada sedih, "Ibu gue udah nggak ada Jen. Gue sendirian," Tangisnya pecah, membuat Jennie segera membawa Jongin ke dalam pelukannya.
Nggak tahu kenapa liat Jongin gini bikin hati Jennie sakit dan akhirnya dia ikut nangis, "Lo nggak sendiri kok. Masih ada Ayah lo, gue, temen-temen kita. Banyak orang yang sayang sama lo."
Jongin menumpahkan tangisnya yang selama seharian ini dia tahan dipelukan Jennie karena pengen kelihatan tegar di depan keluarganya. Nyatanya enggak bisa.
"Nggak apa-apa lo nangis, karena itu wajar," Ucap Jennie sambil mengelus-ngelus punggung Jongin. Beneran deh, Jennie mending digodain Jongin tiap hari daripada harus ngeliat Jongin hancur begini.
Setelah sedikit tenang, Jongin melepaskan pelukannya lebih dulu.
"Makan ya? Biar gue suapin," Bujuk Jennie yang akhirnya dibalas anggukan oleh Jongin. Jennie mengajak Jongin untuk makan di kamar karena di sini lebih tenang dan nggak terlalu berisik. Dia menyuapi Jongin dengan sabar, "Lo harus makan yang banyak, biar nggak sakit. Dan yang pasti biar Ibu lo nggak sedih karena liat keadaan anaknya."
"Lo tau nggak Jen? Keinginan terbesar Ibu gue waktu masih hidup adalah pengen liat anak-anaknya menikah secara langsung. Tapi gue sebagai anaknya belum bisa mewujudkan itu. Gue ngerasa bersalah banget," Cerita Jongin.
Eh ini kenapa Jennie jadi merasa bersalah? Dia tau selama ini Jongin suka sama dia. Tapi Jennie selalu menolaknya dengan alasan yang nggak jelas.
"Maafin gue Jong," Sesal Jennie.
"Minta maaf? Buat apa?"