.
.
.
.
.Empat tahun berlalu sudah banyak yang berubah di komplek durian rubuh. Anak-anak dari squad Rose dan Jaehyun kini sudah bisa berbicara dan berlari-larian dengan lancar. Nggak terkecuali trio JJH. Makin hari, makin ada aja tingkah mereka yang bikin kedua orang tuanya, bukan, lebih tepatnya yang bikin komplek durian rubuh, pusing delapan keliling.
Tapi percayalah, baik Jaehyun, Rose, dan seisi komplek nggak bisa marah lama-lama dengan ketiganya karena wajah mereka yang lucu-lucu.
"Bund," Jaehyun yang baru bangun tidur, memeluk Rose yang sedang memasak sarapan dari belakang, "Anak-anak mana?" Tanyanya.
"Main hujan di luar."
Sebelah alis Jaehyun terangkat, "Pagi-pagi gini?"
"Kayak nggak tau anak kamu aja Mas. Tiap liat hujan kan girang banget. Biarin ajalah, biar sekalian mandi. Nanti aku kasih shampo sama sabun sekalian."
Jaehyun menggeleng lelah. Dengan usilnya dia menyingkap daster Rose dan mengusap paha istrinya. Reflek Rose memukul tangan Jaehyun dengan spatula yang dia pegang, "Kamu nih nakal banget kenapa sih?!" Ketus Rose, "Emang yang semalem kurang?"
Jaehyun terkekeh. Benar, semalam mereka melakukannya. Lumayan, malam Minggu Jaehyun diisi dengan hal-hal yang hangat. Untungnya trio JJH tertidur pulas dan nggak terbangun sama sekali di tengah malam, "Nanti kalau hujannya udah berhenti kita ajak anak-anak ke rumah Ayah ya. Soalnya mau ada foto keluarga di sana," Kata Jaehyun.
"Iya. Ibu tadi udah chat aku kok...MAS!" Rose reflek berteriak saat tangan Jaehyun lagi-lagi menjahilinya dengan cara dewasa, "Nanti kalau anak-anak tiba-tiba masuk gimana coba? Kamu nih nyebelin."
Meninggalkan kisah Rose yang pagi-pagi udah marahin suaminya, kita beralih pada rombongan anak-anak kecil yang berisikan Renjun, Jaemin, Jeno, Siyeon, Heejin, Hyunjin, Yeji, dan Haechan yang sedang asik bermain hujan-hujanan di tengah jalan komplek hanya menggunakan kaos dalem dan cangcut.
"Perahu aku jalaaan!" Pekik Haechan yang merupakan anak dari pasangan Jongin-Jennie yang lahir pada empat tahun lalu.
Rombongan anak-anak tersebut sedang lomba perahu kertas di selokan yang terdapat di depan rumah Aron, orang tua Siyeon.
"Punya aku juga jalan kali. Nggak usah sombong deh kamu Chan," Sahut Heejin.
Masih kecil, masih pakai aku-kamu ceritanya.
"Punya kalian jalannya lama. Punya aku dong! Cepet kayak siput!" Timpal Jaemin dengan wajah sombongnya.
Jeno menggeleng, "Bukan siput. Kata Bunda yang jalannya cepat itu kelinci."
"Kelinci sih bukan jalan. Tapi lompat, Bunda kamu bohong tuh," Kata Renjun.
"Ah masa Bunda bohong?" Tanya Heejin tak percaya.
Hyunjin mengangguk, "Orang dewasa itu tukang bohong. Mami Seulgi sama Papi Jimin juga gitu."
"Betul tuh," Yeji menyutujui kembarannya.
"Berarti Bunda sama Ayah juga bohong dong," Ucap Jaemin, "Soalnya waktu itu aku sama Heejin pernah tanya, Bunda sama Ayah kenapa berisik di kamar."