Part 6

4.3K 206 2
                                    

Dua bulan sudah Dinda menghabiskan waktu di rumah sakit. Terapi trauma healing dengan dokter jiwa dan dokter kandungan bisa dilewati. Dokter menyarankan untuk Dinda menghindari faktor stressor yang akan menyebabkan Dinda kembali histeri. Kondisi kejiwaan Dinda menyebabkan kandungan Dinda menjadi lemah. Secara fisik, Dinda memang terlihat baik, namun ketika dia mengingat atau hal pencetus stres yang dialaminya, Dinda akan langsung histeri dengan berteriak dan merasa ketakutan. Untungnya, stres yang dialami oleh Dinda belum mengarah pada kategori self injury.

Hari ini Dinda diperbolehkan pulang dan bisa menjalani rawat jalan. Anton dan Reta sepakat merawat Dinda di apartemen. Mereka sengaja tidak membawa Dinda ke rumahnya karena Bara masih tinggal di sana. Bara dan rumah tempat tinggal mereke itu merupakan faktor stresor utama Dinda. Dinda akan langsung ketakutan dan histeri begitu melihat rumah itu dan Bara. Rahayu sebenarnya tidak setuju, namun dengan alasan penebusan dosa dan fasilitas yang diberikan oleh Anton, Rahayu akhirnya setuju dengan syarat dia masih diperbolehkan mendatangi Dinda kapanpun dia mau.

"Masuk nak. Sekarang Dinda tinggal di sini. Bareng sama Mommy dan Daddy. Jangan takut, kami akan menjagamu di sini" Reta menarik masuk Dinda. Mewah dan elegan. Dua kata ini adalah kata yang tepat menggambarkan bagaimana apartemen yang akan menjadi tempat tinggal Dinda.

"Ini kamarmu nak. Bagaimana? Kau suka? Jika ada yang ingin dirubah atau ada yang membuatmu tidak nyaman, bilang saja. Biar nanti design interior akan merubahnya sesuai keinginanmu nak" Reta menunjukkan kamar untuk Dinda. Seperti biasa, Dinda hanya diam. Dia hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala.

"Bagaimana, dia menyukainya?" Tanya Anton

"Seperti biasanya, hanya anggukan yang kuterima. Sungguh susah membuatnya bisa berkata. Kalau tidak ingat Bara yang sudah membuatnya seperti itu, aku angkat tangan"

"Jangan lelah mencoba. Aku melihat dia gadis yang baik. Jika saja dia tidak mengalami histeri saat bertemu Bara, tentu aku sudah memaksanya menikahi Dinda" Anton berucap sambil melihat foto di galeri ponselnya. Kini ponselnya dipenuhi foto-foto Dinda. Anton berencana memperlihatkan foto-foto itu ke Bara. Berharap dia bisa berubah.

***

Dinda menjalani harinya dengan perhatian lebih dari Anton dan Reta. Mereka sangat memanjakan Dinda, tapi Dinda tetap dengan kebisuan saat berhadapan dengan Anton dan Reta. Kondisinya sendiri membaik walaupun trauma lebih mendominasi dibanding kondisi kehamilannya. Dinda masih sering termenung dan melamun. Kadang isakan tangis juga keluar dari mulut kecil Dinda. Jika sudah seperti ini, Reta dan Anton akan berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Dinda.

Lalu bagaimana dengan Bara? Lelaki itu tidak perduli apapun yang terjadi pada Dinda. Namun, saat ini justru Bara yang mengalami morning sickness. Lelaki itu benar-benar dibuat pusing dengan kondisi tubuhnya yang tiba-tiba mual dan pusing tanpa sebab. Dia juga harus merasakan bagaimana rasanya menginginkan satu hal secara mendadak. Bara bukannya tidak tahu apa yang terjadi dengannya, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya terjadi di luar keinginannya.

***

Pagi itu, Anton dan Reta dibangunkan dengan suara berisik yang berasal dari dapur. Aroma harum menguar dari sana.

"Kamu manggil bi Inah ke sini?" Tanya Anton.

"Kalo aku manggil bi Inah ke sini, yang ngurusin anak kamu itu siapa?" jawab Reta

"Lalu, yang masak siapa... Apa...." belum selesai Anton berkata, dia langsung bergegas keluar kamarnya diikuti Reta di belakangnya. Didapatinya Dinda sedang berdiri dengan kompor yang menyala. Tampak sedang memasak sesuatu.

"Dinda, kamu masak nak?" Tanya Reta hati-hati.

"Lapar..." jawan Dinda singkat sambil terus memasak

"Kita bisa delivery saja nak.. Capek nanti kamu nak.."

"Saya tahu diri kalau saya cuman numpang di sini. Saya gak mau merepotkan" ujar Dinda, namun tidak menatap keduanya.

Reta hanya bisa diam mengelus dada. Dia hanya bisa menghela nafas panjang. Mencoba menambah kesabarannya.

Dinda meletakkan makanannya di meja makan dan segera memakannya tanpa mempedulikan Reta dan Anton. Dia menikmati sekali ayam goreng, tempe bacem dan sambal terasi. Merasa canggung di dapur yang menyatu dengan ruang makan, Anton dan Reta memilih kembali ke kamar.

"Paket komplit.. Cantik, pintar, dan bisa masak, dan aku yakin dia juga pintar mengurus rumah tangga" Kata Anton.

"Dinda maksudmu? Dia itu sebenernya gadis lugu kalau kamu lupa sebenarnya dia. Sayangnya... Kau tahu kan maksudku?" Jawab Reta sambil memandang Anton

"Iyaa.... dan sekarang kita harus punya ekstra stok sabar. Aku sebenarnya ingin mengadopsinya sebagai anak karena tidak mungkin menikah dengan Bara. Tapi sepertinya itu tidak mungkin"

Begitulah. Dinda tetap dengan sikap sinis yangditujukan ke Anton dan Reta. Kondisi traumatik dan depresi yang dideritanyasudah membaik meskipun belum sembuh seratus persen. Histeri dan berdiam dirimasih merupakan representasi traumatik Dinda. Sementara kedua orang tua Baraitu harus bersabar dengan itu semua. Mereka tetap mencoba berkomunikasi denganDinda

Sehangat Maaf Mentari (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang