Tepat seminggu Rendi dirawat di rumah sakit. Luka-lukanya tidak terlalu serius, sehingga bisa segara pulih. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Selama dirawat, sekali Dinda menjenguk Rendi di rumah sakit. Keluarga Surya sangat hangat menyambut Dinda. Surya dan Ayu bahkan sempat kepikiran untuk menjodohkan Rendi dan Dinda mengingat mereka tidak mau kehilangan Dinda. Namun, karena Rendi sendiri telah memiliki kekasih, maka Surya dan Ayu akhirnya mengurungkan niat mereka tersebut.
Pagi ini, Surya, Ayu dan Rendi bertandang ke panti. Selain mereka ingin berterima kasih, mereka ingin mendekatkan diri kepada Dinda.
"Selamat pagi bu Rahayu.." Sapa Ayu ramah, saat mereka masuk ke ruang tamu panti. Rahayu yang merasa namanya dipanggil, mendongakkan kepala dan segera menyambut ramah keluarga Surya.
"Selamat pagi juga bapak ibu dan mas Rendi. Ada apa ini kok pagi-pagi datang panti?" Sambut Rahayu
"Kami kangen sama Dinda, bu. Bisa kami ketemu dengan Dinda bu? Sekalian ada yang kami ingin sampaikan ke Dinda" Jawab Ayu. Rahayu tersenyum hangat, kemudian melangkah masuk untuk menjemput Dinda. Tidak lama, Dinda kemudian keluar bersama Rahayu. Begitu melihat Dinda keluar, Ayu kemudian menghampirinya. Dinda menyambutnya dengan mengambil tangan dan mencium punggung tangan Ayu dan Surya. Dinda sebenarnya juga ingin mencium tangan Rendi, mengingat usia Rendi lebih tua dan Dinda sudah menganggap Rendi sebagai kakaknya sendiri, namun belum sempat Dinda melakukannya, Rendi langsung memeluk dan mengacak rambut Dinda. Dinda hanya bisa pasrah saat Rendi mengacak rambutnya. Sia-sia tadi dia bersisir terlebih dulu sebelum keluar.
"Mama kangen nak...." Ayu langsung memeluk hangat Dinda dan mengecup kepala Dinda
"Ishh.. Mama Ayu lebay nih.. Baru dua hari lalu juga kita ketemu di rumah sakit" Dinda sedikit tertawa mendengar ucapan Ayu.
"Mama kapan sih gak lebay? Dulu lebay sekarang jadinya ekstra lebay" Kali ini Rendi yang bicara. Mereka berlima akhirnya terlibat dalam perbincangan ringan dan hangat.
"Ekhem... Dinda, sebenarnya kami punya tujuan penting ke sini dan itu berkaitan denganmu nak" Setelah beberapa lama mereka berbincang ringan, kali ini Surya yang buka suara. Seketika suasana yang cair menjadi sedikit formal, terbawa aura yang dibawa oleh Surya.
"Dinda, kami bermaksud untuk mengadopsimu secara legal dan resmi. Bersedia ya nak menjadi anak kami, menjadi adik dari mas-mu Rendi?" Lanjut Surya. Dinda langsung terdiam. Dia sadar bahwa permintaan dari Surya bukan permintaan yang sederhana. Jika dia mengiyakan ajakan Surya, yang ditakutkan adalah beban untuk menjaga nama baik dari Surya, dan itu tidak akan mudah. Namun, Dia juga sungkan untuk menolak ajakan dari Surya, mengingat bagaimana keluarga Surya dengan hangat menerimanya. Dinda sendiri juga memimpikan jika dia kembali mempunyai keluarga yang utuh selepas kepergian seluruh keluarganya.
"Hm... Mungkin ada baiknya kalau papa Surya tahu dulu bagaimana dan siapa Dinda. Takutnya nanti malah kecewa dengan Dinda" Dinda sebenarnya ingin terbuka dengan kisah kelamnya. Dia takut hal itu akan mengecewakan Surya dan justru akan menjadi bumerang bagi hubungan mereka yang telah terjalin dengan baik.
"Memangnya kenapa kami harus kecewa? Atau ada yang ingin kamu sampaikan nak?" Surya penasaran dengan perkataan Dinda tersebut.
"Ya.. Ini tentang masa kelam Dinda. Sebenarnya............................." dan mengalirlah cerita Dinda termasuk cerita kelam Dinda.
Surya, Ayu dan Rendi seketika terdiam. Rahayu yang berada di samping Dinda memeluknya, mencoba mengalirkan kekuatan kepada Dinda. Dia tahu bahwa Dinda masih belum sepenuhnya pulih dari depresi dan trauma yang diderita. Mereka tidak menyangka jika Dinda ternyata memiliki kisah hidup yang tidak mudah. Dinda masih terdiam, bahkan air mata yang selama ini hilang, kini kembali datang menyapa. Pertahanannya seketika runtuh. Awalnya hanya isakan kecil namun akhirnya menjadi tangisan yang kuat. Dinda menekuk tubuhnya, dengan tangan menangkup di wajahnya. Beberapa saat kemudian tubuhnya terjatuh. Dinda kembali pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehangat Maaf Mentari (Tamat)
RandomAku ingin semuanya ini cepat selesai. Aku ingin pergi. Aku capek. Semua orang selalu bilang kalau aku harus kuat demi anak ini, lalu kalau semua demi anak ini, lalu bagaimana dengan aku sendiri? Bagaimana dengan perasaanku, bagaimana dengan hatiku...