Part 43

2.7K 115 2
                                    

Semenjak penerimaan yang baik oleh keluarga Brian, Mario menjadi lebih sering menginap di rumah Brian. Hubungan antara Mario dengan keluarga Brian semakin lama semakin baik. Mario menjalankan pesan dari Mentari yang memintanya membantu mengawasi Feinya. Cerita masa lalu yang dialami oleh Mentari, membuat Mario menjadi protektif terhadap Feinya. Dia tidak ingin cerita yang terjadi pada Mentari juga terjadi pada Feinya. Mario sangat senang dengan kondisinya saat ini. Penerimaan keluarga Brian menjadikan hidupnya menjadi sangat berwarna. Senyum selalu menghiasi wajah tampannya itu. Tetapi, kondisi yang sebaliknya dihadapi oleh Anton, Reta dan Bara. Mereka merasa Mario sedang menghukum mereka dengan menjauh dari mereka, padahal Mario tidak pernah bermaksud seperti itu.

"Masih sore gini kamu mau kemana nak?" Tanya Reta saat melihat Mario sudah rapi. Hari ini hari sabtu dan jam masih menunjukkan jam tiga sore.

"Mau ke gereja barengan ayah, bunda sama Feinya, oma. Nanti misa jam lima sore" Mendengar itu, Reta tersenyum. Dekat kembali dengan keluarga Brian ternyata membawa efek postif bagi Mario.

"Oh ya, sekalian pamit juga. Besok ayah ngajak ke pantai. Mau ngajakin Iyok mancing di laut katanya. Jadi kayaknya Iyok pulangnya baru besok sore atau malamnya." Tambah Mario. Brian memang mengajak Mario untuk menghabiskan weekend ke pantai. Sebenarnya dia ingin lebih dekat dengan Mario dan ingin mengenal lebih jauh lagi. Brian sudah pernah berjanji kalau Mario datang dan ingin Mentari sebagai bundanya, dia tidak akan menolaknya dan akan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

"Ayah? Kamu memanggil Brian dengan ayah? Dia tidak marah padamu nak?" Pertanyaan Reta dijawab anggukan dan senyuman oleh Mario.

"Tidak oma, malah ayah senang. Ayah sih bilangnya seneng soalnya ngerasa kayak punya anak cowok. Bisa diajak gelut bareng juga katanya" Reta merasa, jawaban Mario menunjukkan bahwa Brian memang tulus menerima Mario masuk dalam keluarganya.

Bara yang saat itu berada di balkon mendengar semua itu. Dia senang, teramat senang ketika mendengar bahwa Mentari bahkan Brian menerima Mario dengan baik. Mereka tidak membalaskan dendamnya pada Mario. Bara juga senang, Mario kini sudah menemukan sosok ibunya yang selama ini hanya dalam impian saja. Masih ditambah bonus bisa merasakan kehangatan keluarga yang sebenarnya yang selama ini tidak dia dapatkan. Tetapi di sisi hati lainnya, Bara merasa semakin kesepian. Dia merasa jika Mario mulai meninggalkannya. Dia sudah terpuruk dengan penyesalannya pada Mentari, sekarang dia akan semakin menyesal dengan penolakan Mario terhadapnya. Dia merasa Mario pasti marah padanya atas masa lalunya.

***

Brian, Mentari, Feinya dan Mario kali ini menikmati liburan akhir pekan mereka di cottage pribadi milik keluarga Surya. Mereka memilih pantai karena Mentari sangat menyukai angin pantai yang lembut. Tampaknya, hal itu menurun pula pada Mario. Mario bisa kalap jika di depannya ada sea food. Dia penggila semua jenis sea food kecuali kepiting. Dia tidak sabar ketika harus berurusan dengan binatang bercangkang itu.

Minggu pagi ini akhirnya Mentari dan Feinya lebih memilih menghabiskan waktunya di cottage sementara Brian dan Mario berada di yacht pribadi. Mereka memilih berlayar ke tengah laut. Sekarang, mereka malah berbincang ringan di anjungan atas, menikmati angin laut dengan terik mataharinya.

"Sebenarnya ayah pengen omong apa? Iyok yakin kalau sebenarnya ayah ngajak ke sini gak cuman mau mancing kan?" Mario sebenarnya sudah menduga jika sebenarnya Brian bukan sekedar mengajak liburan. Brian tersenyum mendengar pertanyaan dari Mario. Anak yang cerdas, begitu pemikiran Brian saat itu.

"Since you are a part of my family, so let's have a little chit chat. I think we should know each other, right?" Brian tampaknya tak perlu bersusah susah untuk memulai perbincangan mereka. Dua lelaki itu kini justru terlihat akrab. Mereka malah melupakan bagaimana mereka berpamitan pada Mentari dan Feinya. Mereka tidak pergi memancing, justru ngobrol di anjungan atas yacht dan menikmati angin laut sore itu.

"Yah, ini kita gak jadi mancing. Trus ntar pas balik kalo bunda nanya gimana? Kita gak bawa ikan" Mario mengakhiri sesi ngobrol bersama ayahnya itu dengan satu pertanyaan sederhana.

"Tenang, ayah udah siapin semuanya. Tadi ayah udah nyuruh pak somad beli di pasar ikan. Tuh, ikannya ada di cooling box di bawah. Nyantai aja kalau itu" Sungguh di luar dugaan, ternyata Brian sudah mempersiapkan semuanya.

"Kita balik aja ya ke cottage. Udah sore ini. Kulit ayah udah kebakar matahari" Merasa dia sudah banyak ngobrol dengan Mario, Brian akhirnya mengajak Mario untuk kembali ke cottage. Mario hanya mengangguk menurut saja. Dua lelaki itu terlihat lebih akrab setelah ngobrol banyak di laut lepas tadi. Sesampai di dermaga pibadi, terlihat Mentari dan Feinya sudah ada di tepian dermaga. Begitu Brian dan Mario turun dari yacht, Mentari langsung menghampiri mereka. Wajahnya nampak panik. Brian mengerutkan keningnya memandang wajah istrinya itu.

"Nak, coba cek ponsel kamu. Oma kamu tadi mencoba telpon ke kamu berulang kali, tapi tidak pernah tersambung" Perintah Mentari pada Mario. Mendengar itu, Mario langsung mengeluarkan ponselnya dan benar saja, puluhan notifikasi pesan dan panggilan tidak terjawab nampak di layar ponselnya. Brian melirik pada Mentari, seolah ingin bertanya "ada apa" dengan isyarat pandanganya.

"Tadi oma-nya Iyok telpon ke Feinya. Kasih kabar kalo Bara sekarang di rumah sakit. Kecelakaan. Ponsel kalian susah sekali dihubungin. Emang mas mancing dimana sih?" Mentari agak kesal juga dengan suami dan anak lelakinya itu. Mendengar jika daddy-nya mengalami kecelakaan, Mario langsung panik.

"Oke, kita langsung ke rumah sakit aja" Ajakan Brian langsung dijawab anggukan oleh semuanya. Akhirnya, dari rencana mereka akan makan malam di tepi pantai malam itu, jadi batal karena harus segera ke rumah sakit.

***

Selang dua jam, Brian, Mentari, Mario dan Feinya sudah berada di rumah sakit. Nampak Anton dan Reta duduk dengan wajah yang panik. Mentari, Mario, dan Feinya langsung menghampiri mereka, sementara Brian langsung masuk ke IRD, dan mencari tempat Bara ditangani. Kebetulan, Anton membawa Bara ke rumah sakit dimana Brian dan Mentari bekerja, jadi dengan mudah Brian bisa masuk ke ruang penanganan. Selang berapa lama, Brian keluar dari ruang penanganan, dan menghampiri Anton, Reta, Mentari, Mario dan Feinya yang menunggu.

"Tidak ada luka yang serius. Hanya beberapa luka gores saja di area siku dan kaki. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bara masih belum sadar, mungkin karena benturan di kepala. Observasi untuk area kepala, akan menunggu jika Bara sudah siuman" Brian menerangkan dengan singkat. Wajah-wajah panik itu sedikit mengendur. Bagaimanapun, Bara masih belum siuman dan itu masih membuat mereka belum lega sepenuhnya.

"Bara sekarang dalam proses pemindahan ke ruang rawat inap. Semoga paling lambat besok Bara sudah bisa siuman" Brian lalu melanjutkan penjelasannya. Mario meruntuki dirinya sendiri. Dia menyesal saat tidak bisa merespon lebih cepat telpon dan pesan yang dikirimkan padanya.

"Oma, Opa, biar malam ini Iyok yang jaga daddy. Oma dan opa balik aja ke rumah" Mario berniat untuk menjaga daddy-nya.

"Baik, kabari opa dan oma kalau memang ada apa-apa sama daddy kamu. Jangan matikan ponselmu juga" Perintah Anton tegas dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Mario.

"kamu butuh apa? Nanti biar bunda bawain. Baju ganti, makan? Kamu belum makan malam kan?" Sesudah Anton dan Reta meninggalkan ruang rawat inap Bara, sekarang hanya tersisa Brian, Mentari dan Feinya. Anton dan Reta sedikit tenang karena sudah ada Mario yang menjaga Bara, dan juga ada Brian dan Mentari juga.

"Ayah akan antarkan dulu bunda dan Feinya pulang. Nanti ayah kesini lagi bawain kamu baju ganti sekalian makan malam" Brian berucap dan dijawab dengan anggukan oleh Mario. Matanya masih berfokus pada Bara yang tertidur di brankar. Beberapa perban menghiasi tubuh Bara. Matanya masih tertutup rapat seolah mengisyaratkan bahwa dia sedang tertidur.

Sehangat Maaf Mentari (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang