Pagi di kediaman keuarga Surya. Tidak ada yang berubah. Semua masih sama, hanya satu yang berbeda. Jika dulu Mentari akan bangun pagi dan ikut menyiapkan makanan dan memasak di dapur, namun semenjak pulang dari Surabaya, Mentari tidak lagi menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga Surya. Bukanya Mentari tidak mau, namun Surya dan Ayu melarang keras Mentari ikut menyiapkan sarapan pagi seperti dulu. Mentari bahkan akan dengan senang hati jika diperbolehkan kembali turun ke dapur, menyiapkan makanan untuk keluarganya. Kesibukannya sebagai koass yang terkadang harus pulang hampir tengah malam dan kemudian pagi hari harus kembali ke rumah sakit, membuat Surya dan Ayu tidak memperbolehkan Mentari membantu pekerjaan rumah. Biarlah itu semua dilakukan oleh asisten rumah tangga di kediaman keluarga Surya.
"Selamat pagi, papa, mama dan mas Ren... " Sapa Mantari hangat sambil menuju ke meja makan. Di sana sudah ada Surya, Ayu dan Rendi.
"Pagi adeknya mas yang cantiknya pas-pasan" Balas Rendi jahil
"Hush.. Punya adik cantik kok ya dibilang pas-pasan gitu!" Ayu tidak terima kalau Mentari dikatakan cantik pas-pasan
"Hahaha.. Kalau beneran cantik, pasti udah punya pacar dong.. Iya gak.. Eh, masak di rumah sakit gak ada gitu dokter yang ganteng trus jomblo, trus suka gitu sama kamu Tar?" Mendengar ucapan Rendi, Mentari langsung blushing. Saat ini dia memang lagi dekat dengan teman sesama koass. Mentari sangat nyaman ketika bersama dengan temannya itu, dan kalau boleh jujur, Mentari sebenarnya juga menyimpan rasa dengan temannya itu. Brian Wisesa nama lelaki yang membuat Mentari merasa nyaman.
"Ciiee... Blushing tuh Ma... Beneran dek udah punya pacar? Ajaklah maen ke sini. Kenalin ke papa, mama sama kakakmu yang super ganteng ini" Rendi sebenarnya sudah mengetahui jika adiknya itu menyimpan rasa pada salah satu temannya. Rendi juga sudah menyelidiki latar belakang keluarganya, dan mereka berasal dari keluarga baik-baik, jadi Rendi tidak mempermasalahkan hal itu.
"Benar itu Tari?" Pertanyaan singkat namun tegas dari Surya membuat Mentari pucat kebingungan
"Eh, itu pa.. Hm.. itu... Dia.." Mentari kelabakan menjawab pertanyaan Surya. Dia tidak menyangka sama sekali jika pagi ini dia akan mendapat pertanyaan seberat ini.
"Namanya Brian Wisesa pah.. Anak kedua di keluarganya. Kakaknya laki-laki namanya Anggara Wissesa, udah bekerja sebagai auditor di kantor akuntan publik. Adiknya namanya Chyntia, masih kuliah semester enam di fakultas hukum. Sore harinya Chyntia kerja paruh waktu sebagai penyiar di radio musik. Ayahnya seorang pegawai negeri dan ibunya membuka usaha katering cookies gitu pah. Brian itu aslinya kakak tingkatnya Tari, cuman karena kesulitan biaya, maka dia cuti kuliah dan sekarang lanjutin lagi koass-nya. So far, yang Rendi tahu, anaknya sih baik-baik aja pah. Cuman memang gak seganteng Rendi sih pa.. Tipe-tipe family man gitulah. Bener kan Tar?" penjelasan dari Rendi membuat Mentari melongo. Dia bingung, kenapa sampai kakaknya itu tahu betul tentang Brian? Mentari sampai sekarang masih belum sadar jika ponselnya telah dipasang penyadap dan pelacak oleh Surya. Jadi bukan hal yang susah buat Rendi mengetahui tentang adiknya itu.
"Lha kok Mas Ren tahu sih? Tanya Tari kemudian. Dia sangat shock ketika Rendi dengan gamblang menceritakan semuanya.
"Mas tahu semuanya Tari.. Bahkan Mas juga tahu kalau dia udah ngebet ngajakin kamu nikah kan?" Mendengar perkataan Rendi, Mentari bertambah pucat.
"Hm.. Tari pamit pah.. Mau ber...." Belum selesai Mentari berkata, langsung dipotong oleh Rendi
"Jadwal kamu itu sekarang di stase anak dan kamu itu masuk shift siang. Masih terlalu pagi untuk berangkat bukan? Udah duduk dulu.. Papa sama mama tentu pengin denger ceritamu soal Brian, Tari" Skakmat dari Rendi membungkam Mentari. Awalnya memang dia ingin melarikan diri, namun pernyataan Rendi membuat Mentari tidak bisa berkutik. Surya langsung menyudahi acara makannya, demikian juga dengan Ayu. Mereka berdua menatap dengan tatapan yang menuntut jawab pada Mentari
"Mas-mu benar. Jelaskan semuanya nak" Ayu berucap lembut namun tegas dan terkesan menuntut.
"Eh, maaf pa, ma. Bukan maksud Tari sembunyiin semuanya. Tari hanya pengen kenalinnya nanti pas Tari udah lulus jadi dokter. Tari gak mau dianggap main-main dengan koass Tari karena Tari ada hubungan sama Mas Brian" Mentari mengawali ceritanya dengan permintaan maaf
"Uhhuuyy... Udah manggil Mas Brian aja niihhh..." Rendi terus saja menggoda adiknya itu dan itu membuat Mentari semakin panik. Melihat adiknya itu bingung justru membuat Rendi ingin tertawa terbahak-bahak.
"Oke, permintaan maaf kamu diterima. Sekarang ceritakan sampai mana yang kamu maksud dengan berhubungan itu?" Aura tegas dari Surya membuat Tari sedikit tercekat.
"Sejak awal tahun lalu pa. Mas Brian nembak Tari. Awalnya Tari bingung mau bagaimana. Bingung mau jawab apa ke Mas Brian. Jujur Tari nyaman berada di dekat mas Brian. Tapi Tari takut kalau Mas Brian gak bisa menerima Tari dan masa lalu Tari. Tapi setelah Tari ceritakan semuanya, Mas Brian awalnya sempat kayak menjauh gitu. Tapi seminggu kemudian, dia bilang kalau dia gak peduli tentang masa lalu Tari. Dari situ pa, akhirnya kami pacaran. Maaf pa, beneran Tari gak maksud sembunyiin dari papa, mama dan mas Rendi" Tari menjelaskan dengan singkat bagaimana dia memulai hubungan dengan Brian.
"Ada waktu berdua kapan? Ajak Brian ke rumah. Papa pengin kenal" Tegas Surya. Sikap protektif Surya kembali muncul jika itu berkaitan dengan Mentari. Dia tidak ingin Mentari salah langkah dan mengakibatkan apa yang sudah susah payah dicapainya hingga saat ini menjadi sia-sia.
Mentari menghembuskan napas lega melihat reaksi dari Surya. Awalnya dia sangat ketakutan jika karena dia berpacaran dengan Brian akan membuat Surya marah. Mentari sangat berusaha agar tidak membuat Surya marah. Bagaimanapun, Surya adalah orang yang sangat berjasa dalam hidup Mentari hingga membuat Mentari bisa seperti saat ini dan Mentari tidak ingin membuat Surya kecewa, terlebih jika Surya kecewa dengannya karena masalah yang sepele. Mentari sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan Surya kepadanya dan tidak ingin merusaknya.
"Nak, dengarkan mama, kami tidak mempermasalahkan kamu mau menjalin hubungan dengan siapapun. Asalkan dia pria yang baik dan bertanggung jawab padamu, dan dia takut akan Tuhan, kami pasti akan mengikuti semua yang sudah menjadi pilihanmu" Ucap Ayu menenangkan Mentari. Dia tahu jika Mentari sedang gelisah dan shock setelah sidang dadakan di pagi ini.
"Jadi kapan nih, calon mantunya mama datang? Hm...?" Lanjut Ayu sambil mengelus tangan Mentari. Mencoba memberikan sedikit ketenangan pada Mentari. Mendengar kata "calon mantu" bukannya membuat Mentari tenang, malah tambah panik. Wajahnya langsung merah padam mendengar pertanyaan dari Ayu. Bingung mau memberi jawab apa. Sementara Rendi sang kakak hanya senyum-senyum jahil sambil terus menggoda adiknya itu. Jangan ditanya soal bagaimana Surya. Dia tetap dengan wajah tegasnya. Aura tegas dan wibawanya tidak akan bisa hilang walaupun sedang berada di rumah dan keluarga sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehangat Maaf Mentari (Tamat)
De TodoAku ingin semuanya ini cepat selesai. Aku ingin pergi. Aku capek. Semua orang selalu bilang kalau aku harus kuat demi anak ini, lalu kalau semua demi anak ini, lalu bagaimana dengan aku sendiri? Bagaimana dengan perasaanku, bagaimana dengan hatiku...