Part 14

662 41 0
                                    

"Heh! Lo berdua cepetan mau pesen apa?!" Kesal Ara karena sedari tadi Bisma dan Fikri belum juga memesan padahal sudah hampir setengah jam mereka berdua melihat daftar menu.

"Gue pengen semuanya anjir" ujar Bisma.

"Iya woyy semuanya kelihatan enak" timpal Fikri.

"Ya udah pesen semua menu aja ribet banget sih" cetus Nisha.

"Yaudah gue pesen.....nasi goreng aja"

"Anjirr!! Dari tadi lo ngelihat menu dan yang lo pesen cuman NASI GORENG?! Gila lo!" Murka Ara.

"Gue......... ayam bakar aja"

Akhirnya dengan perasaan kesal Ara pergi memesan dan sisanya pergi mencari tempat yang nyaman.

"Eh gue masih mau beli baju lagi" sahut Nisha yang membuat Bisma dan Fikri ternganga.

"Belum cukup tuh sekarung gede" seru Bisma.

"Di sini gak ada yang jual"

"Emang apaan?" Tanya Fikri.

"Merchnya bang Gema" jawab Nisha.

"Ya allahh Nisss gak bisa apa lo sehari gak ngebahas dia" seru Bisma.

Nisha menggeleng.

"Ya udah pesen aja nanti biar gue tranfer" ujar Fikri.

"Oke deh makasii yah"

Tak lama kemudian Ara datang dan duduk di sebelah Nisha.

"Ra pesenannya mana?" Tanya Fikri.

"Baru di bikin ntar di anterin katanya" jawab Ara

Ara menyuruh semua temannya untuk menyimpan hp mereka di tengah-tengah. Intinya kali ini tak boleh ada yang sibuk dengan hp masing-masing. Semua harus menikmati momen kali ini.

Mereka terus saja mengobrol, tawa canda mereka menggelegar hampir seisi rumah makan. Sampai satu suara memberhentikan tawa mereka.

Plak

Suara tamparan itu sukse membuat Nisha dan yang lain berhenti tertawa. Bukan hanya mereka yang terkejut melainkan seluruh pengunjung rumah makan juga itu terkejut bukan main.

"Dasar PHO lo!!"

"Sadar diri say derajat lo rendah!"

Nisha dan sahabatnya memandang seorang wanita yang wajahnya memang cantik tapi tidak dengan sikapnya yang sedang melabrak seorang cewek lain dan cowok.

"Lo apa-apan Gi!"

Nampaknya sang cowok itu kesal dengan wanita yang sudah menampar seorang cewek di sampingnya. Cowok itu pun menarik kasar lengan wanita itu keluar dari rumah makan.

Nisha merasa kasihan dengan cewek yang sudah di tampar itu, dia menundukan kepalanya dan enggan mengangkatnya. Karena benar-benar merasa prihatin Nisha pun memanggil cewek itu untuk bergabung dengannya.

"He Nis lo ngapain manggil dia?" Tanya Bisma dengan suara yang sangat pelan.

Nisha tidak menjawab pertanyaan Bisma. Dia hanya mengedipkan kedua matanya. Mengode mereka untuk diam saja tak usah banyak tanya.

Setelah cewek itu duduk di sebelah Nisha barulah Nisha bertanya.

"Nama lo siapa?"

"Clara"

"Oh hai Clara gue Bisma" sapa Bisma dengan tangan yang terulur untuk berkenalan.

"Hai" balas Clara.

"Hati-hati neng buaya nih buaya" sindir Fikri.

"Lo sekolah dimana?" Tanya Ara kepo.

"SMA Bima Sakti" jawab Clara.

"Ohh Bima Sakti pantasan cakep di sana cewek-ceweknya pada capek ya" sahut Bisma.

Clara menjawab hanya dengan anggukan dan kekehan kecil.

"Em.. kalau boleh tau... kalau boleh tau aja yaa kalau misal lo gak mau cerita sih gak apa-apa cuma gue... apa ya... gak enak gue ngomongnya it—

"Aku sama Randy itu gak pacaran, singkat cerita aku nyelamatin papa dia dari perampokan dan pembunuhan, waktu itu aku baru aja sampai di sini dari Makasar, terus papa dia merasa berhutang budi banget sama aku, akhirnya papanya minta aku buat tinggal serumah sama dia, aku terima karena kebetulan aku belum punya tempat tinggal juga, lama kelamaan aku jadi deket sama Randy dan keluarganya, terus tadi itu kita beliin makanan buat mamanya dan sekalian kita makan juga, tau-tau Gita datang dia itu temen sekolah aku, yang suka sama Randy udah lama tapi Randy gak suka balik sama dia, ya jadi gitu dia ngerasa aku ngerebut Randy padahal kenyataannya aku gak ngerebut" Clara tahu bahwa pasti orang-orang ini akan bertanya tentang kejadian tadi, maka dari itu ia menjelaskannya.

"Tuh kan gue bilang juga apa dia ini orang baik-baik, makanya Bis jangan salah paham" ujar Nisha.

"Lah kok jadi gue"

"Emang lo kan tadi yang gak setuju Clara duduk sama kita" celetuk Fikri.

"Dah-dah lo diem gak usah bacot!" Sewot Ara.

Clara tertawa kecil melihat sekelompok remaja ini, "kalian semua lucu ya, aku jadi pengen punya temen" katanya.

"Ya udah temenan aja sama kita" seru Ara yang di ikuti anggukan oleh yang lainnya.

Bisma memberikan selembar kertas kecil kepada Clara, yang ternyata isinya adalah nomor telfon miliknya.

"Nih nomor telfon gue kalau ada apa-apa bisa calling aja" ucap Bisma dengan senyuman tengilnya.

Saat akan memberikan kertas itu, tiba-tiba saja ada tangan lain yang mengambil kertas bertuliskan nomor telfon Bisma.

"Apa ni?"

"Mampus pawangnya dateng!" Bisik Fikri pada Bisma.

Bisma menelan salivanya, melihat tampang cowok itu sangat gagah dan sedikit menakutkan. Bisma juga seperti pernah dan sering melihat wajah itu tapi ia lupa.

"+62815*******" dahi cowok itu mengerut, "ini nomor hp lo buat apa?"

"Eh.. itu buat temenan soalnya kata dia pengen punya temen kayak gue" jawab Bisma dengan pede.

"Yakin dia mau?"

"Iya lah"

"Gak usah ganjen sama yang udah punya!" Sarkas cowok itu yang kemudian menarik lengan Clara dan berlalu pergi dari rumah makan.

"Dia suka sama Clara" tutur mereka secara bersamaan.

"Tapi gue kayak pernah liat cowok tadi dah" sahut Fikri.

"Randy?"

"Iyaa gue juga kayak pernah liat bahkan muka dia gak asing banget sumpah tapi gue lupa" balas Bisma.

"Orang dia itu anak penguasaha sukses plus ketua geng motor terkenal gimana gak asing muka dia" jawab Ara dengan enteng.

"WHAT?!"

Superstar (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang