Part 31

596 31 0
                                    

Hari ini pelajaran olahraga di mulai, setelah pemanasan tadi Nisha dan Ara memutuskan untuk duduk di pinggir lapangan seperti biasa. Sementara Bisma dan Fikri sudah berkeringat bermain bola basket.

"Permisi kak"

Nisha dan Ara menoleh ke samping dan mendapatkan salah satu adek kelasnya.

"Iya kenapa ya?" Tanya Nisha.

"Emm... saya mau nanya kakak ini temennya kak Bisma ya?"

"Iya kenapa emangnya?" Tanya Ara.

"Ini.... sa..saya mau ngembaliin surat yang kemarin kak Bisma kasihin ke saya, se..sekalian..... sama balasannya bolehkan saya titip di kakak" ungkap adek kelas itu.

"Ohh iya boleh kok" balas Nisha.

"Ya udah kalau kayak gitu saya permisi dulu kak makasi ya" kemudian adek kelas itu beranjak pergi.

Ara langsung saja merebut surat yang ada di tangan Nisha, "sini-sini gue mau baca" katanya.

"Eh-eh jangan Raa kan gak sopan"

"Yaelah gak apa-apa mumpung gak di liat juga"

"Heh apaan tuh" tiba-tiba saja Bisma dan Fikri sudah usai bermain dan ikut bergabung di pinggir lapangan.

"Surat Bisma"

Bisma membelakkan matanya dan segera merebut surat itu dari Ara.

"Aw-aw santai aja kali Biss!!" Kesal Ara.

"Lagian lo sih! Sembarangan banget gak sopan tau!!" Bisma menyimpan surat itu di kantung celananya. Wajahnya nampak menahan amarah.

"Masih jaman apa pakai surat-suratan" sahut Ara menggoda Bisma.

"Diem!" Balas Bisma.

"Cielah siapa namanya bro" celetuk Fikri.

"Diem gak lo berdua!!"

Bukannya diam Ara dan Fikri terus saja mengejek Bisma dengan kata-kata yang sedemikian rupa. Karena puncak kekesalan Bisma sudah sangat tinggi ia pun ingin memukul dua orang itu. Tapi sayang Ara dan Fikri lebih dulu berlari alhasil mereka kejar-kejaran di tengah lapangan.

Ponsel Nisha tiba-tiba berdering, nama yang tercetak jelas di situ adalah nama mamanya.

"Assalamualaikum Nisha kamu di sana kan"

"Waalaikumsalam, di sana apa maksudnya"

"Ya kamu di sana maksudnya itu kamu kan yang angkat telfonnya"

"Yaiyalah kan ini hp aku"

"Duhh udah deh, ini mama mau ngasih tau kamu sesuatu yang penting!"

"Apa ma"

"..........."

"APA!!"

Suara Nisha begitu terdengar jelas menyebabkan Ara,Fikri,dan Bisma berhenti kejar-kejaran dan menghampiri Nisha.

"Kenapa Nis?" Tanya Ara khawatir.

"Ada apaan" ucap Fikri.

"Ngomong kek Nis kepo nih gue" sahut Bisma.

Sementara Nisha masih terus melamun dan menganga tidak percaya dengan apa yang di beritahukan kepadanya.

"Ma.....beneran...?"

"............"

"Apaan sih Nis gak seru tauuu" ujar Ara.

Nisha masih dengan posisi yang sama matanya menatap lurus ke depan, mulutnya yang tidak bisa tertutup, dan detak jantungnya yang begitu terpacu cepat.

"Kalian...... gak..... akan.... percaya" ucap Nisha.








🌠🌠🌠







"Tegang amat pak" sahut Thoriq yang pusing melihat Gema sedari tadi bolak-balik.

"Santai aja kali" ucap Fariz.

"Gak bisa!"

Fariz dan Thoriq tersentak kecil melihat respon Gema yang sedikit ngegas. Mereka berdua saling tatap kemudian tertawa kecil.

"Belum juga ketemu langsung udah tegang gini gimana nanti kalau udah ketemu"

"Fariz diem ya gak usah banyak ngomong" ucap Gema.

"Mending lo dinginin kepala lo dulu deh supaya lebih santai gitu" saran Thoriq.

"Dinginin kepala pakai apaan bang?" Tanya Fariz.

"Pakai es batu" jawab asal  Gema kemudian beranjak pergi.

Bodohnya Fariz percaya akan omongan Gema, "ohh jadi kalau kita mau ngerasa santai adem itu ambil es batu terus di simpen di kepala ya bang"

Thoriq menggeleng heran kenapa ia bisa memiliki adik seperti Fariz, "seterah kamu aja" ujarnya kemudian ikut pergi meninggalkan Fariz sendiri.

"Terserah bang bukan seterah"

"Bodoh amat Farizzz"

"Dasar aneh" gumam Fariz

Superstar (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang