Cuaca pada pagi hari ini sangat kurang mendukung. Pagi tadi Nisha hampir saja terlambat ke sekolah jika saja mamanya tidak datang membangunkannya. Awalnya Nisha kira masih jam 05:00 subuh ternyata sudah jam enam lewat.
"Pagii" sapa Nisha kepada sahabatnya.
Kelas sudah mulai ramai, semua sibuk membaca dan menuliskan beberapa contekan karena memang hari ini adalah hari pertama ujian tengah semester.
"Bisma sama Fikri ngapain Ra?" Tanya Nisha kepada Ara, karena melihat kedua cowok itu pergi ke meja paling belakang.
Ara menoleh ke belakang terlebih dahulu baru menjawab, "biasa pada mau nyontek di belakang kan kalau di depan susah cepet ketahuan" jawabnya.
"Ohh"
🌠🌠🌠
"Gak ah Ariz gak mau!" Tolak Fariz.
"Pliss lah bantuin abang kali ini ajaa" pinta Gema.
"Yang di undang kan bang Gema kenapa jadi Ariz yang di suruh dateng" kesal Fariz.
"Tadi bang Gema udah ngabarin yang ngundang kalau abang gak bisa dateng, tapi karena orangnya udah terlanjur transfer jadi abang bilang kalau saudara aku yang lain gantiin aku mau atau ngak, terus orangnya bilang boleh tapi Fariz ya" jelas Gema.
Fariz berdecak, padahal dirinya sudah membuat list apa-apa saja yang harus dia beli untuk pertunjukan nanti. Tapi semua itu hancur dengan adanya permintaan sang abang.
"Emang sekolahnya dimana?" Tanya Fariz.
"Abang juga gak tahu, tanya kak Nurul dia yang tahu" jawab Gema.
"Ya udah Ariz mau gantiin tapi dengan satu syarat" ujar Fariz.
"Apa syaratnya?"
"Syaratnya adalah bang Gema harus beliin semua barang-barang yang ada di kertas ini plus pakai uang bang Gema bukan uang Ariz gimana mau gak?"
"Iya deh iya, udah sana cepet siap-siap" ucap Gema kemudian meninggalkan Fariz.
"Idih dia yang minta tolong dia yang main ninggalin" gumam Fariz.
Gema dan keluarganya baru saja sampai di Indonesia pukul 03:00 tadi. Mereka pulang untuk menghadiri salah satu acara. Di acara itu mereka akan menyanyi.
Sebenarnya Gema juga di undang ke salah satu sekolah untuk meriahkan ulang tahun salah satu murid di sana. Tapi sayangnya badan Gema mendadak kesakitan. Suhu tubuhnya juga memanas oleh karena itu ia meminta sang adik untuk menggantikannya.
🌠🌠🌠
"Kak Nisha ya?" Tanya seseorang.
"Iyaa kenapa ya?"
"Kakak di panggil sama bu Nining di ruang guru" ucap salah satu adek kelasnya.
"Oh oke-oke" balas Nisha
"Kalau gitu kita permisi dulu kak" pamit kedua adek kelas itu.
Nisha mengangguk dengan tersenyum kemudian beranjak pergi dari duduknya menuju ke ruang guru.
Tiba-tiba di perjalanan dia tersandung tali sepatunya sendiri. Untungnya tidak ada luka hanya nyeri sedikit. Di lihatnya di depannya terdapat 4 kaki, berarti ada dua orang di depannya. Dengan cepat ia bangkit dari duduknya. Dan betapa terkejutnya Nisha mengetahui siapa orang di depannya ini.
Jangan deg-degan plis ntar malah malu-maluin batinnya.
"Misi dek mau nanya ruang gurunya dimana ya?" Tanya seorang wanita di depannya.
"Dari sini sih masih agak jauh kak" jawab Nisha yang berusaha sesantai mungkin.
"Ohh gitu ya"
"Minta tolong buat anterin kita bisa ngak?" Sahut seorang cowok di sebelah wanita itu.
"Eh iya bisa kebutulan saya juga mau kesana" ucap Nisha.
Kemudian Nisha berjalan di depan kedua orang tersebut. Sementara itu Fariz tersenyum kecil tak menyangka bila sekolah yang di datanginya adalah sekolah seorang siswi olimpiade yang namanya di sebut good name oleh abangnya.
"Emangnya ada acara apa kak kesini?" Tanya Nisha memecahkan keheningan.
Suasana sekolah memang sangat sepi karena semua siswa dan siswi sibuk untuk mempersiapka diri untuk ujian. Maka dari itu tak banyak yang berlari-larian hanya untuk fotbar dengan Fariz.
"Ini ada yang ngundang Fariz buat acara ultah gitu" jawab kak Nurul.
"Ohh kalau gitu kenapa gak langsung ke kelasnya aja"
"Maunya sih gitu tapi tadi orangnya bilang kalau mending Fariz ke ruang guru aja dulu baru ke kelas"
Nisha tak membalas dengan ucapan dia hanya manggut-manggut.
"Awalnya bang Gema yang mau ke sini" celetuk Fariz yang sukses membuat Nisha menoleh ke belakang sedikit.
"Hah?"
"Iya yang di undang itu bang Gema, tapi bang Gema gak mau dateng" ucap Fariz.
"Kenapa dia gak mau dateng?" Nisha mulai merasa kepo.
"Katanya dia gak suka sama anak-anak di sini sok cantik semua" balas Fariz yang memang berbohong. Gema tidak bisa datang karena tidak enak badan bukan karena itu.
Kak Nurul pun juga ikut terkejut bahkan dia hampir saja berbicara yang sebenarnya tapi Fariz lebih dulu mengode untuk tetap diam.
"Ohh gitu"
"Iyaa, bang Gema juga mau hati-hati soalnya dia udah punya calon"
Srek
Andai suara robekan hati terdengar maka seperti itulah suara robekan hati Nisha. Jantungnya berdebar begitu kencang.
Nisha memberhentikan langkahnya, "i...ini ruang gurunya langsung masuk aja" katanya dengan wajah yang terlihat lesuh.
"Eh Nisha baru aja sampai?" Tanya bu Nining.
"Iya bu, ada apa ya ibu manggil saya?"
"Itu nak soal-soal yang kamu minta udah ada"
Mendengar itu wajah Nisha berubah menjadi kembali bersemangat.
"Beneran bu?!" Tanya Nisha antusias.
"Hahah iya Nisha kamu bisa ambil di rumah saya nanti"
"Jam berapa bu?"
"Em... jam 04:00 sore aja soalnya saya ada di rumah jam segitu"
"Oke deh bu kalau gitu saya permisi dulu" pamit Nisha kepada bu Nining kemudian kembali menundukan kepalanya kepada kak Nurul dan Fariz.
Saat Nisha sudah agak jauh kak Nurul baru bertanya, "kamu kenapa bohong gitu?"
"Sstt kak Nurul mending diem dulu Ariz ceritanya nanti aja" ucap Fariz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superstar (SELESAI)
Fiksi RemajaPernah gak kalian selalu haluin bias atau pun idola lain jadi pacar atau bahkan pendamping kalian seumur hidup? Pernah kan Kalau pernah ini adalah kisah yang cocok untuk kalian baca hihi Tidak banyak yang dapat aku sampaikan di deskripsi ini langsun...