"Ara jahat banget anjir" ucap Fikri.
"Tau tuh gak bilang-bilang kalau ternyata dia ikut sama Nisha" timpal Bisma.
"Hahah sorry guyss but gue harus tetep ikut temanin Nisha supaya gak sendiri" ungkap Ara.
"Pokoknya kalau gue balik ke sini kalian lo Fikri udah harus jadi arsitek terkenal dan lo Bisma saat gue balik nanti lukisan-lukisan lo udah harus jadi satu tersimpan di museum" sahut Nisha.
"Gue bakalan kangen sama kalian" lirih Bisma dengan matanya yang berkaca-kaca.
Ara memeluk Fikri dan Bisma bersamaan, "gue juga bakalan kangen kalian hiks...hiks.... lo berdua jangan nakal-nalak yak hiks"
"Kamu belajar yang baik ya nak, kalau capek istirahatlah jangan menyerah kamu harus kuat tinggal di sana jangan lupa shalat yang harus tetap di jaga dimana pun kamu berada, dzikir,shalawat, dan sedekah jangan lupa juga ya" pesan Ayah Nisha.
Mama memeluk erat tubuh sang anak tercinta, sangat berat rasanya melepas anak gadisnya yang akan tinggal berdua dengan sahabat yang juga sudah ia anggap sebagai anak.
"Ka..kamu hiks harus jaga kesehatan ya nak hiks Ara juga ya nak jaga kesehatan jangan berbuat yang tidak baik hiks" pelukan erat itu kini berpindah pada Ara.
"Jaga pergaulan Nis Ra hiks" peringat Bisma.
Nisha maju memeluk erat mereka semua menangis dalam pelukannya, "gue sayang..... banget sama kalian hiks hiks"
"Ya udah kamu masuk gih nanti ketinggalan pesawat" ujar mama.
Nisha dan Ara kemudian mengangguk kemudian kembali berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum pergi.
Disini lah Nisha dan Ara berada di cafe bendara menunggu panggilan pesawat mereka. Awalnya mereka ingin menunggu di ruang tunggu tapi tidak jadi karena Ara yang ngotot ingin menunggu di cafe.
Ara ikut bersama Nisha karena ia merasa sepi jika tak ada Nisha dan sisinya. Alasannya lainnya juga karena Ara mengkhawatirkan Nisha yang akan tinggal sendiri. Akhirnya dia pun meminta kepada kedua orang tuanya untuk menguruskan perpindahannya. Meskipun kampus mereka tak sama.
"Permisi, ini pesannya fish and chips, onion ring, chicken fingers, ice tea, dan ice thai tea oke pesannya sudah keluar semua ya kak selamat menikmati"
"Oh oke makasii mba" ucap Nisha.
"Nis" panggil Ara.
"Apa"
"Lo gak..... berat gitu ninggalin Gema?" Tanya Ara hati-hati.
Nisha tersenyum tipis, "sekarang waktunya buat gue perlahan biarain dia pergi, sekarang gue mau fokus sama cita-cita dan agama dulu kalau jodoh pasti nanti balik lagi kok" kata Nisha.
"Yang sabar ya" ucap Ara.
"Iya Ra, oh ya gue lupa Rakhan pernah ngasih kado perpisahan gitu"
"Oh ya?! Coba-coba bukaa mau lihat gue" seru Ara.
Nisha mengangguk kemudian mengambil kado itu dari dalam tasnya, "eh tapi dia bilang bukanya kalau udah sampai di Amerika"
"Duh... mana gue kepo lagi gak bisa sekarang apa?"
"Gak bisa Ra kan dia udah berpesan gitu" ujar Nisha yang kemudian menyimpan kembali kado itu.
"Kira-kira apa ya isinya?"
"Gak tau juga Ra"
"Mungkin gak lo di kasih iphone 12" celetuk Ara sembarangan.
"Ya gak mungkin lah Ra"
"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini Niss"
"Berarti mungkin dong kalau Rakhan ngasih gue cincin"
Seketika Ara shock mendengarnya, "ci..cincin apa maksud lo?" Tanyanya.
Nisha tertawa lepas, "hahahah becanda gue Ra ya kali gue ngerebut punya temen"
Ara kembali terkejut, "lo—
"Gue kenal lo dari lama Ra, dan gue pun tau kalau lo suka kan sama Rakhan"
Ara jadi salah tingkah ketika Nisha tau satu rahasianya.
"Ngapain sih di sembunyiin katanya sahabat" sindir Nisha.
Ara memegang erat lengan Nisha, "yahhh Nis jangan marah dong.... awalnya gue juga mau ngomong kok cuman..... kayaknya dia sukanya sama lo" ungkap Ara jujur.
"Kenapa lo bisa berfikir kayak gitu?" Tanya Nisha.
"Karena kentara aja dari cara dia natap lo perlakuan dia itu beda kalau sama lo" jawab Ara.
"Kalau guenya suka sama orang lain gimana?"
"Ya.... gak tahu"
"Hahah Araa gak mungkin gue setega sama lo, gue akuin emang Rakhan anaknya ganteng baik bisah masuk kategori idaman, tapi gue udah terlanjur nge-stuck sama orang lain" jelas Nisha.
"T..tapi bukannya lo udah gak suka sama Gema?"
"Perasaan itu gak bisa di paksa hilang Ra, gue cuman mau waktu gue saat ini gue manfaatin dengan baik, gue tetap masih suka, sayang, dan cinta sama dia tapi gak selebay dulu sih" ungkap Nisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superstar (SELESAI)
Teen FictionPernah gak kalian selalu haluin bias atau pun idola lain jadi pacar atau bahkan pendamping kalian seumur hidup? Pernah kan Kalau pernah ini adalah kisah yang cocok untuk kalian baca hihi Tidak banyak yang dapat aku sampaikan di deskripsi ini langsun...