"Haloo" sapa Nisha waktu tiba di butik.
"Haii Nis" sapa balik Bisma.
"Ara mana?" Tanya Nisha.
"Udah ada di dalem nungguin lo tuh dari tadi gak selesai-selesai milihnya" jawab Rakhan.
Nisha hanya mengangguk seraya mengakatan 'oke' dan kemudian pergi menemui Ara yang kelihatannya sudah pusing memilih baju.
"Wess udah ada yang mau di halalin nih" sahut Nisha.
"Hii" girang Ara ketika melihat Nisha yang sudah datang. Dia langsung bersalaman ala wanita. Tak lupa juga cipika-cipiki.
"Omg gue gak nyangka banget woy udah mau nikah.."
"Iya nih perasaan baru kemarin kita main sepedaan" ujar Nisha.
"Terus jatuh ke got" sambung Ara di selingi tawa mereka berdua.
"Gue pusing nih Nis mau pilih yang mana" ucap Ara.
"Emangnya lo mau cari untuk apa? Resepsi akad atau apa?" Tanya Nisha.
"Tinggal buat resepsi aja nih kalau akad udah ada, btw nanti kalau akad lo harus pakai baju dari gue ya"
"Iya-iya"
"Baju buat resepsinya kalau bisa warnanya harus sama ya supaya orang-orang tau kalau lo sahabat gue" celetuk Ara.
"Terus Bisma sama Fikri gimana?" Tanya Nisha.
"Warna baju mereka juga harus sama" jawab Ara.
"Ya udah lo jadinya pilih yang Ra"
Ara sangat bingung baju di sini rata-rata sangat bagus. Rasanya Ara ingin memakai itu semua namu mana mungkin bisa.
"Bingung nih Nis" kata Ara.
"Iyaa semuanya bagus-bagus" timpal Nisha.
"Emm... gimana kalau gue panggil cowok-cowok siapa tau mereka bisa bantuin pilih" ucap Nisha, Ara pun mengangguk setuju.
"Bis, Fik, Rak sini dulu" panggil Nisha.
Ketiga lelaki itu pun bangkit dari kursi dan menuju ke dalam.
"Kenapa" tanya Fikri.
"Bantuin Ara noh pusing pilih baju katanya" jawab Nisha.
"Yang onoh aja dah" tunjuk Bisma pada satu baju yang di pajang tinggi di sana.
"Iyaa bagus tuh warna biru" timpal Fikri.
"Gimana Ra?" Tanya Nisha.
Ara mengangguk pasrah saja, "iya udah itu aja pusing gua" ucapnya.
Pelayan di butik itu mengambil baju yang di tunjuk oleh Bisma, agar Ara dapat melihat dengan pasti.
"Wih boleh juga Raa" sahut Nisha.
"Kan kalau gue yang pilih pasti bagus lah" ujar Bisma berbangga diri.
"Gimana Rak lo setuju yang ini?" Tanya Ara pada Rakhan.
"Gak sopan banget sama suami lo" celetuk Fikri.
"Tau nih Ra panggilnya yang lain kek" ujar Nisha.
"Sayang gitu atau beb eh tapikan sekarang lo usah bisa panggi ayah-mama an" ejek Bisma.
"Anjir lo" umpat Rakhan.
"Iri bilang bosh" ucap Ara pada Bisma.
"Makanya Bis cari pasangan" ujar Fikri sambil memandang baju-baju untuk pria di sekitarnya.
"Ngomong sama diri sendiri mas?" Balas Bisma.
🌠🌠🌠
Dua minggu kemudian....
Nisha memandang sahabatnya dengan lekat, rasa tidak percaya masih terus terasa di benak Nisha.
"Wahh gue masih gak percaya loh Raa kita udah segede gini" ujar Nisha.
"Gue juga sama" balas Ara dengan menahan air mata harunya.
"Lah jangan nangis dulu Raa ntar make up-nya luntur" cegah Nisha.
Acara pertama pun di mulai dan alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Kini tinggal menunggu acara resepsi yang di adakan dia suatu gedung yang sangat mewah.
Nisha, Fikri, dan Bisma sejak tadi sibuk mondar-mandir membantu segala yang di perlukan. Ara dan Rakhan sudah mencoba untuk melarang mereka untuk berbuat itu semua. Tapi ketiganya tetap keras kepala sangat ingin membantu acara ini agar berjalan sukses.
"Artis ngundang siapa lo?" Tanya Fikri pada Rakhan.
Belum saja Rakhan menjawab pertanyaan, Bisma lebih dulu memotong, "luar negri lah iya gak" ucapnya.
"Ck, ngabis-nganisin duit ngundang artis luar mending dalem negri lah" jawab Rakhan.
"Ya jadi siapa?" Tanya Fikri sekali lagi.
"Kaga tau gue yang tau cuman keluarga mah gue tinggal ngeluarin aja"
"Holkay mah bebas" sahut Nisha.
Rakhan memberi cermin yang tadinya di pegang Ara kepada Nisha, "nih cermin mba buat ngaca aja kalau situ juga holkay" ujarnya.
"Tau tuh bu dokter banyak duitt" sambung Ara.
"Udah ada rencana keliling dunia ini mah" timpal Bisma.
"Pesawat jet meluncur ini mah" ucap Fikri yang juga ikut-ikutan.
Nisha hanya berdecak kesal tak menjawab semua ucapan-ucapan itu.
Acara resepsi sebentar lagi akan berlangsung, ketiga cowok itu pun pergi bersiap-siap sama seperti Ara dan Nisha di dalam ruangan ini.
"Em.... Niss gue duluan nikah gak apa-apa kan?"
"Lo udah berulang kali bilang itu Raa bahkan sekarang lo pun masih ngomong kayak gitu?"
"Gue.... gak enak aja sama lo"
"Gak enak gimana?"
"Ya pokoknya gak enak"
Nisha menghampiri Ara lalu memegang kedua pundak sahabatnya itu, "Raa lo itu sahabat gue, gue pasti akan sekalu dukung lo ada di samping lo, mau lo duluan nikah duluan punya anak gue gak apa-apa Raa karena pada kenyataannya Tuhan ngelahirin gue sebagai cewek yang kuat dan lo tahu itu kan" ungkap Nisha.
Ara melepas genggaman Nisah dan gantian menggenggam kedua tangan Nisha, "iyaa gue tau kok lo ini cewek terkuat..... yang pernah gue temui" ucapnya.
Mereka berdua pun saling berpelukan dengan erat.
"Tapi.... perasaan lo gimana sekarang?"
"Nihh gue punya kata-kata yang mewakili segalanya" jawab Nisha.
"Apa tuh"
Nisha menarik nafas lebih dulu, "Jika dulu senjaku adalah kata untuk dapat mengagumimu, kini berubah mengagumi-Nya. Jika dulu hujan dan genangan adalah nada dari puisi kita, sekarang ia jadi pengingat untuk selalu mengakui kemahabesaran-Nya. Maaf namamu turun pangkat, agar nama-Nya dapat ku angkat" di akhir kalimatnya Nisha tersenyum miring berbangga diri karena telah bisa melupakan segala masa lalu yang pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superstar (SELESAI)
Teen FictionPernah gak kalian selalu haluin bias atau pun idola lain jadi pacar atau bahkan pendamping kalian seumur hidup? Pernah kan Kalau pernah ini adalah kisah yang cocok untuk kalian baca hihi Tidak banyak yang dapat aku sampaikan di deskripsi ini langsun...