"Kak Nisha?!"
"Fa..Fariz?"
Umi abi dan keluarga lainnya berdiri menatap tak percaya seseorang yang berdiri di depan pintu.
"Assalamualaikum" sapa Nisha yang kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.
"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh" balas penghuni ruangan itu.
Nisha yang cukup jeli menatap semua wajah dan mendapatkan seseorang yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit tapi wajahnya tertupi karena horden. Tapi Nisha tetap dapat menebak bahwa orang itu pasti Gema karena hanya Gema yang tidak berada di ruangan ini.
Tanpa aba-aba umi maju memeluk erat Nisha membuat beberapa berkas-berkas yang Nisha bawa berjatuhan. Untungnya ada kakak-kakak dan adek-adek Gema yang membantu mengumpulkan barkas itu lagi.
"Umi tau kamu pasti akan kembali" ucap umi dengan suara yang pelan.
Nisha membalas pelukan itu, "umi tenang ya Nisha disini mi" katanya.
"Bang Gema udah dua hari gak sadarkan diri" sahut Munaz.
Nisha melepas perlahan pelukan umi, "sebentar ya umi Nisha mau lihat keadaan bang Gema"
Umi mengangguk, Nisha pun menguatkan dirinya untuk berjalan mendekati Gema. Dan saat sudah berada di samping ranjang Gema, Nisha dapat melihat wajah itu yang sudah lama tak ia lihat baik secara virtual ataupun langsung. Tidak banyak perubahan pada wajah Gema. Hanya saja warna bibirnya sangat putih.
Nisha pun memulai pemeriksaannya, untungnya detak jantung Gema masih berbunyi sedikit normal. Mungkin Gema sering kekurangan cairan dan nutrisi membuat bandanya menjadi lemah dan mudah terserang oleh penyakit lain.
"Bang Gema bakalan baik-baik aja, kalian semua hanya perlu berdoa yang terbaik untuk dia agar Allah segera mengangkat penyakitnya, disini Nisha cuma sebagai dokter pengganti besok dokter yang selalu datang ke sini bakalan periksa Gema lagi" jelas Nisha.
"Dia butuhnya kakak" celetuk Fariz.
"Allah yang Maha Penyembuh hanya kepada-Nya kita bisa memohon ampun dari segala penyakit yang ada pada dalam diri kita" ujar Nisha.
Semuanya menjadi diam terpaku mendengar ucapan Nisha. Temasuk abi yang tersenyum tipis setelah mendengar ucapan itu.
"Nisha pamit dulu ya masih ada pasien sama berkas-berkas yang harus Nisha kerjakan, mari wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuhh" pamit Nisha.
"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh" jawab seisi ruangan.
"Bangunlah nak dia disini" bisik abi pada Gema.
🌠🌠🌠
Pulang dari rumah sakit Nisha langsung menuju kembali ke rumah untuk beristirahat karena esok pagi ada jadwal yang padat lagi. Dia juga harus pergi menemani Ara memilih baju pengantin. Rakhan telah melamar Ara setibanya di Indonesia. Dan tentu Ara menjawab setuju, kedua keluarga mereka juga sudah cocok dan ingin pernikahan mereka akan segera berlangsung. Maka dari itu semuanya sudah mulai di persiapkan dengan cepat.
Nisha telah tiba di rumahnya dan langsung merebahkan tubuhnya dia atas kasur kesayangannya.
"Gak nyangka gue Ara udah mau nikah perasaan baru kemarin kita main sepedeaan keliling komplek terus jatuh ke dalam got hahah" memori Nisha tiba-tiba mengarah kepada kejadian lama yang memalukan, saat mereka berdua jatuh ke dalam got yang kotor di depan tetangga mereka.
Dan setiap mendengar kata 'menikah' Nisha jadi terbayang oleh peristiwa lama yang sangat menyedihkan. Namun lumayan senang rasanya bisa bertemu dengan Gema kembali meskipun sepertinya keaadan Gema sedang tidak baik-baik saja.
Keesokan harinya, pagi-pagi Nisha sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Setelah bersalaman dengan kedua orang tuanya Nisha pun menaiki mobil yang ia beli sendiri menggunakan uang tabungannya, kemudian menancap gas dan meluncur menuju rumah sakit.
Untungnya Nisha berangkat pagi-pagi jadi tidak terhalang oleh kemacetan yang selalu terjadi setiap harinya. Setelah beberapa menit perjalanan Nisha pun sampai di rumah sakit. Dia turun dari mobilnya dan menenteng beberapa buku serta jas dokter miliknya. Meskipun kini sudah menjadi dokter Nisha masih tetap rajin untuk belajar mengenai hal-hal yang belum ia ketahui.
Ternyata pada pagi ini sudah banyak pasien yang berjalan-jalan di sekitar taman. Nisha ikut tersnyum melihat beberapa pasien yang tertawa lepas.
"Ihh Gema kamu makan dulu gih" ujar Mimah.
"Gak mau kak" tolak Gema.
"Kok jadi susah sih makannya, cepetan mangap emangnya kamu mau kurus kerempemg nanti malah gak ada yang suka" omel Mimah. Tetepi meski sudah di omeli Gema tetap saja tak ingin makan.
Mimah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Lalu pandangannya berhenti pada satu titik. Dia melihat Nisha yang sedang berdiri memandang sekitarnya. Mimah pun pergi meninggalkan Gema yang sedang termenung.
"Nisha" panggil Mimah.
Nisha yang merasa terpanggil menoleh pada sumber suara dan ternyata itu adalah kak Mimah.
"Ada apa kak?" Tanya Nisha.
"Em... itu Gema gak mau makan kamu bujuk dia supaya mau makan ya" pinta Mimah.
"Ha? Di..dia udah sadar?" Tanya Nisha.
"Iyaa kemarin waktu kamu keluar dari ruangan, abi bisikin Gema bilang kalau kamu udah ada disini dan keajaiban pun terjadi ada pergerakan di tangan Gema, kita semua pergi panggil dokter sama suster, dan alhamdulillah Gema sadar dan kalimat pertama yang dia bilang itu 'di...dia a..ada d..disini?' Sambil ngeluarin air mata" jelas Mimah.
"Jadi bisakan tolongin kakak?"
"O...oke"
Mereka berdua pun berjalan bersama menuju tempat Gema. Tampak Gema masih sedang merenung di kursi rodanya.
"Gimana mau sembuh kalau gak mau makan?"
Deg
Gema tersentak mendengar suara itu. Rasanya seperti dia berada dalam mimpi mendengar suara khas itu.
"Mungkin ini khayalan" gumam Gema.
"Yakin cuma khayalan?"
Gema mengangkat kepalanya dan melihat seorang cewek yang selama ini dia tunggu. Yang menjadi penyebabnya bisa menjadi uring-uringan seperti ini.
"Sorry gara-gara a..aku kamu jadi kayak gini" ujar Nisha.
Gema masih menatap tak percaya orang yang berada di depannya saat ini. Wajahnya masih sama, sangat cantik dengan kain yang terlilit menutupi rambutnya.
"Em.... ka—
"Maaf menganggu dok, tapi dokter di panggil untuk mengikuti rapat penting tentang rumah sakit ini" sahut salah satu suster yang menghampiri mereka.
Dengan berat hati pun Nisha bangkit dan pamitan lalu beranjak meninggalkan Gema dan Mimah. Sangat ingin rasanya Gema berteriak saat ini, tapi bibirnya terlalu berat untuk berucap.
Jam telah menunjukkan pukul empat sore dan Nisha sudah selesai bekerja. Dia akan kembali bekerja pulul 10 malam nanti. Waktu ini pun ia manfaatkan untuk pergi ke butik menemani Ara yang akan memilih baju pengantin untuk dua minggu ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superstar (SELESAI)
Teen FictionPernah gak kalian selalu haluin bias atau pun idola lain jadi pacar atau bahkan pendamping kalian seumur hidup? Pernah kan Kalau pernah ini adalah kisah yang cocok untuk kalian baca hihi Tidak banyak yang dapat aku sampaikan di deskripsi ini langsun...