Ch.3 Close Friend

389 60 5
                                    

Semenjak tinggal di Seoul Lia melamar pekerjaan menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Dasar swasta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak tinggal di Seoul Lia melamar pekerjaan menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Dasar swasta. Alasannya simpel, selain itu jurusan yang ia geluti semasa kuliah, terlebih lagi dia juga suka dengan anak-anak. Berada di dekat anak-anak membuatnya merasa terhibur dengan tingkah polos mereka.

Lia memang punya pengalaman mengajar sewaktu masih di Busan. Sesaat sebelum akhirnya bibinya jatuh sakit. Ia harus ke Sekolah dan pulang pergi kerumah sakit. Bahkan dia harus mencari pekerjaan sambilan untuk biaya rumah sakit bibinya kala itu. Jadi setidaknya dia pernah berkecimpungan dengan dunia yang sekarang ia geluti. Tak lain dan tak bukan adalah sekolah dan anak-anak. Sesuatu hal yang akan selalu mengingatkan dia akan Busan.

Bagi Jeno, Lia adalah Lia. Perempuan 23 tahun yg selisih umur beberapa bulan saja dengannya. Lia punya sejuta rasa yang selalu dia pendam dan sosok yang mandiri. Jeno tahu, Lia mungkin lelah dengan semuanya.

Tapi anehnya, bahkan dia tak pernah mengeluh dan selalu tersenyum jika lagi-lagi Jeno bertanya tentang keadaannya. Apakah dia lelah, apakah dia ingin bercerita dan berkeluh kesah, dan banyak hal lainnya. Lia hanya akan tersenyum jika itu untuk hidupnya.

Bukankah hidup memang harus disyukuri. Dia berpikir semuanya tak akan berubah jika ia mengeluh dan mengutuk nasibnya. Yang ada tuhan akan marah, begitu kata bibinya yg telah bertemu kedua orang tuanya disana.

"Jeno, kau tahu kenapa langit yg cerah kadang mendung kemudian hujan."

"Karena ada penguapan dari air laut yg disebabkan oleh panas matahari dan angin. Dan. . . ."

Jeno berfikir setelahnya apa yang pelajaran sains itu dulu diajarkan oleh gurunya.

"dan.. jadilah hujan. Hehehe." Jawabnya dengan senyum mata menyipit yg hampir tak terlihat.

Lia tersenyum kemudian tertawa.

"Bukan itu." Kilahnya menanggapi jawaban Jeno yang terkesan agak polos.

"Seingatku ya Lia. Jawabanku tidak salah. Dan nilai sainsku juga tidak jelek." Selanya.

"Jawabanmu memang tidak salah, tapi bukan itu yg kumaksud".

Jeno diam dan menoleh ke sumber suara seakan bertanya lantas apa yg kau maksud. Gadis itu tersenyum kearahnya kemudian mendongak menatap langit malam.

"Langit selalu menyaksikan kehidupan manusia di bumi. Katakan saja dialah saksi bisu dari banyak kejadian yang telah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Jika manusia bahagia, maka langit akan terlihat cerah karena membiarkan mentari menerangi bumi sebagai simbol kebahagian. Sebaliknya jika manusia bersedih, maka langit akan mendung kemudian hujan."

Jeno paham maksud Lia dari caranya menyampaikan. Lia memberitahunya tentang hidupnya secara tersirat, meskipun dia tak menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti ala kadarnya. Tetapi jeno cukup memahami maksud yg ingin Lia sampaikan.

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang