Ch.27 Melupakan

141 27 2
                                    

Bagian terpenting saat melupakan adalah melakukan suatu hal yang positif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian terpenting saat melupakan adalah melakukan suatu hal yang positif. Mulai dari menjaga pikiran disinkronkan dengan hati, sampai menjaga hati supaya dalam keadaan yang senang. Sepulang mengajar Lia langsung pulang berbenah. Memilah-milah apa saja yang akan ia perlukan ketika menginap nanti. Fokusnya terhenti kala dering ponsel berbunyi.

"Hallo."

"Iya Eric, ada apa?"

"Hanya ingin memberitahu, hari ini adikku ulang tahun. Kami mengadakan perayaan kecil-kecilan. Hanya ada kami, dan rencananya akan mengundang dirimu dan Rose Noona."

Padahal Lia kini sedang berbenah, ingin menolak juga enggan. Takut mengecewakan.

"Baiklah. Jam berapa?"

"Sekitar jam empat sore. Nanti ku jemput."

"Baiklah."

"Terima kasih Lia."

"Sama-sama."

Oke, masih ada sekitar tiga jam untuk berbenah dan bersiap-siap pergi ke perayaan Jinri dan Jinhye.

Gadis itu sedikit bersenandung kala mengecek sekali lagi barang-barangnya. Dirinya sudah tak sabar menanti esok hari. Bertemu Ryujin, Yuna, Renjun, dan Haechan.

Anak-anak kerang ajaib dengan segala kelakuan ajaib mereka. Jika saja anggota mereka lengkap, mungkin akan lebih menyenangkan lagi.

Padahal Lia sudah tak ingin mengingat hal apapun yang berkaitan dengan Jaemin, namun kadang namanya akan muncul begitu saja.

"Ingatlah Lia, planningmu adalah melupakannya. Dia sudah menjadi milik orang lain." Gumamnya.

Gadis itu duduk bersila dengan tangan diletakkan diatas lutut. Mencoba menjernihkan pikiran seperti saat sedang yoga. Netranya menutup sambil perlahan mengambil udara dan membuangnya kembali.

Kemudian Lia beranjak menaruh kopernya di pojok kamar. Dan segera ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Semakin banyak kegiatan akan semakin mudah melupakan. Begitulah pikirnya.

Tiga jam kemudian Eric datang menjemputnya. Mereka kini segera melesat ke arah tujuan.

"Lia, boleh aku bertanya?"

Eric memulai pembicaraan kala mereka berada di perjalanan.

"Boleh. Kau ingin bertanya apa?"

"Tentang Jaemin."

Seketika hatinya resah. Padahal dirinya tak ingin mengungkit-ungkit nama itu lagi. Kenapa malah justru nama itu bisa muncul dari mana saja selain pikirannya.

"Memangnya kenapa dengannya?"

"Kau benar-benar baik-baik saja setelah semua yang terjadi?"

Lia tahu kemana arah pembicaraan Eric. Sudah pasti tentang perasaan kecewa atau tidaknya hati Lia.

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang