Ch.30 Don't Go Away

189 25 5
                                    

Angin sepoi-sepoi menggerakkan rambut hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin sepoi-sepoi menggerakkan rambut hitamnya. Mata yang sedari tadi masih berair, meskipun sudah beberapa kali diusap. Tubuhnya kedinginan memeluk lutut.

Paras sendu tak terkira. Hiburan tak ada artinya. Pesona telah hilang eloknya. Jiwanya hancur bersama duka. Hati siapa yang tak lara jika melihatnya. Itulah kiranya insan yang telah kehilangan sang belahan jiwa.

Sukma kehilangan angan bagai tahta tanpa mahkota. Hati kehilangan jiwa bagai nafas tiada guna.

Buat apa tetap hidup jika tak ada gairah. Buat apa bahagia jika hanya kepalsuan sebagai topeng gundah.

Semua itu percuma.

Setelah ini pasti banyak yang berdalih, tentang kau harus sabar, ini cobaan, kau harus kuat, masih banyak pemuda lain di luaran sana, dan lain sebagainya. Kata-kata itu hanya menyisakan luka semakin menganga. Karena bukan itu yang dibutuhkan.

Siapapun yang pernah mengalami kehilangan orang terkasih, mereka pasti paham bagaimana rasanya menjalani hidup yang hampa tak berbekas.

Karena tak ada yang bisa menggantikan Jaemin di singgasana jiwanya. Jaemin sang terkasih akan selalu memenuhi rongga hati.

Gadis itu merenung di teras rumah. Menatap untaian macam bunga dan ilalang yang terhampar. Fakta baru saja menyingkap ketulusan cinta kasih sang Newton yang tak pernah padam. Berpijar bak lentera cinta abadi.

"Jangan pernah meragukanku."

"Ingatlah bahwa aku selalu mencintaimu."

"Lia kau tahu, akan ada banyak hal yang terjadi di masa depan."

"Aku hanya takut tak bisa menjagamu."

"Lia, bagaimana jika suatu saat nanti diantara kita aku tiada lebih dulu."

"Sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu."

"Aku mencintaimu Lia."

"Sampai nanti aku berhenti bernafas."

Lia ingat semua kata-kata itu, wajah seriusnya, senyum manisnya, manik jelaganya, pesona teduhnya, dan semuanya tentang Jaemin.

Dan lagi, Jaemin tak pernah ingkar janji. Pemuda itu selalau mencintai Lia sampai batas akhir kuasanya.

"Kau curang, seharusnya saat itu kau mengajakku." Gumamnya yang masih terisak.

Wajah sembab, air mata berlinangan, dan hati yang lara. Seolah Lia sudah tak tahu bagaimana cara untuk tersenyum dan menerima nasib.

Benar kata Rose, jika rasa kehilangan jauh lebih menyakitkan dari pada kekecewaan.

"Na, aku sudah tidak kuat."

Suaranya semakin parau karena terisak. Nafasnya terasa sesak sesenggukan karena terlalu lama menangis.

"Lelah. Aku sudah lelah."

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang