Jaemin berdecak sebal kala mendapati Minju berada di ruangannya siang ini. Kepalanya saja sudah pusing dengan banyaknya laporan yang belum selesai ia periksa, apalagi ditambah dengan kehadiran gadis itu yang semakin membuat moodnya memburuk.
"Mau apa kau kemari?" Gadis itu merenggut masam ketika mendapat respon yang kurang bersahabat dari Jaemin.
"Aku ini calon istrimu Jae, wajar jika aku kemari."
"Jika kau kemari hanya untuk urusan yang tak penting, sebaiknya kau pulang."
"Ayolah Jae, aku hanya ingin makan siang denganmu."
"Aku sibuk."
"Lagi pula ini sudah jam makan siang."
"Urusanku masih banyak." Ujarnya masih dengan ekspresi wajah dingin.
Minju berdecak sebal. Kenapa merayu Jaemin sesusah ini. Perasaan, Jaemin yang ia kenal dulu tidak sejutek dan sejudes ini. Pemuda itu bahkan cenderung bersikap hangat dan ramah sekali dengannya setiap kali mereka bertemu. Entah itu di kampus ataupun saat pertama kali mereka diperkenalkan oleh tuanya untuk dijodohkan.
Minju yakin sekali jika dulu Jaemin juga telah terpikat dengan pesonanya. Karena Minju tak mungkin salah menebak bahasa tubuh pemuda itu. Ia yakin jika gelagat yang selama ini Jaemin tunjukkan adalah sebuah rasa ketertarikan terhadapnya.
"Oh, jadi begitu sikapmu pada calon istrimu. Aku sudah menyempatkan diri untuk datang kemari hanya untuk menemuimu, tetapi kau malah mengabaikanku."
Jaemin sendiri tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis ini. Semakin Jaemin mengenalnya, semakin itu pula Jaemin muak terhadap semua sikapnya. Dulu, Jaemin pikir Minju bukanlah seorang gadis yang menyebalkan. Ternyata dia salah besar.
Dia menyesal kenapa dia harus bertemu dengan Lia sesaat setelah dia bertemu Minju.
Kenapa takdir begitu semenyebalkan ini mempermainkan perasaannya.
"Seharusnya kau bisa memahami pekerjaanku Minju." Desahnya frustasi.
Disela-sela perdebatan mereka, seorang lelaki paruh baya memasuki ruangan Jaemin.
"Ah, Minju. Kau disini rupanya." Siwon tersenyum kala melihat keduanya seperti sudah semakin akrab saja.
"Iya paman, aku sebenarnya ingin mengajak Jaemin makan siang tadi."
"Kalau begitu kenapa masih disini. Jam makan siang sudah beberapa menit yang lalu."
"Tetapi Jaemin bilang dia sedang sibuk." Rajuknya dengan nada yang dibuat sekecewa mungkin.
"Jaemin, ayah rasa kau harus bisa lebih mengerti seorang gadis. Jangan terlalu kaku dengan pekerjaanmu."
Gadis itu menyeringai puas. Biar bagaimana pun dia tak akan menyerah untuk menarik hati calon suaminya itu. Bukankah pemuda itu tampan, kaya, dan jelas dia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection ✓
Romance(COMPLITED) Ketulusan cinta yg tak pernah mati. Book series 1 Jaelia version 📌 3 #jaeminlia 28 Nov 20 📌 9 #heejin 30 Nov 20 📌 6 #jaelia 1 Des 20 📌 10 #choijisu 3 Des 20 📌 8 #heejin 7 Des 20 📌 3 #choijulia 9 Des 20 📌 2 #jaeminlia 30 Des 20 📌...