(COMPLITED)
Ketulusan cinta yg tak pernah mati.
Book series 1
Jaelia version
📌 3 #jaeminlia 28 Nov 20
📌 9 #heejin 30 Nov 20
📌 6 #jaelia 1 Des 20
📌 10 #choijisu 3 Des 20
📌 8 #heejin 7 Des 20
📌 3 #choijulia 9 Des 20
📌 2 #jaeminlia 30 Des 20
📌...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menjadi sebuah refleksi bagi orang lain memang menyakitkan. Bohong, jika Jaehwan tak menderita kala dia harus menjelma menjadi seorang Jaemin bagi keluarganya. Meskipun keduanya adalah kembar, namun dari sisi kepribadian mereka sungguh berbeda.
Jika Jaemin adalah seorang yang menyukai hal-hal yang berbau ilmiah, maka Jaehwan lebih menyukai hal-hal yang berbau sastra dan keindahan bahasa. Sejak kecil dia sudah menyukai puisi dan musik. Seni adalah jiwa dalam setiap nadinya.
Diambilnya gitar dipojok lemarinya yang selalu ia simpan kala hatinya gundah. Jari-jari lentiknya mulai memainkan senar dan menghasilkan nada bercampur alunan merdu. Bait-bait puisi indah meluncur dalam heningnya malam.
Merpati berbulu putih nan jernih Mengepakkan sayap rindu menghunus kalbu Jikalau rindu ini bisa terbang Biarlah lagu asmaraku menggapai cakrawala
Seutas tali menyambung asa Cinta bukan karena rupa Namun lebih dari seuntai rasa Membelah jiwa menuntun makna
8 tahun silam
"Jaemin."
"Ada apa?"
"Aku hanya merindukanmu. Rinduku selalu ada dalam heningnya malam."
Pemuda diseberang sana memutar bola matanya malas.
"Kau menelfonku hanya untuk menggombal?"
Jaehwan terkekeh mendengarnya. Jaemin memang pemuda yang kaku. Seseorang yang berjiwa ilmiah memang selalu berfikir logis.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku sedang menyelesaikan penelitianku."
"Hei, apa kekasihmu tak merajuk jika kau selalu kencan dengan penelitian-penelitianmu itu."
"Dia bukan gadis yang kekanakan."
"Kenapa kau tak mengenalkannya padaku? Aku sungguh penasaran siapa gerangan sosok stolly bagi sang Newton."
"Dia sosok yang cantik. Dan aku tak akan mengenalkannya padamu."
Selogis-logisnya Jaemin, akan berbeda kala sudah menyangkut cinta. Cinta memang mampu meluluhkan segalanya
"Pelit sekali." Kekehnya kemudian.
"Jaehwan."
"Ada apa?"
"Apa kau sudah minum obat?"
"Sudah sejam yang lalu."
"Bagaimana dengan terapimu?"
Jaehwan mendengus malas jika harus berurusan dengan rentetan terapi yang harus ia lakukan.
"Ya begitulah. Kau tahu aku sudah bosan dengan hal-hal berbau medis."
