Ch.18 Hati yang tertinggal

183 32 2
                                    

Beberapa hari terakhir kondisi Jinri sudah mulai membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari terakhir kondisi Jinri sudah mulai membaik. Sedikit demi sedikit dia sudah mulai berbicara. Dokter juga berkata bahwa dirinya sudah boleh pulang. Hari ini juga, gadis itu membereskan barang-barangnya dan mulai berbenah.

Lia dan Rose datang untuk mengantarkan gadis itu pulang. Mereka bahkan sempat mampir ke Toserba untuk membeli beberapa keperluan yang akan Jinri perlukan nantinya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai pada apartemen tempat tinggal Jinri. Lia dan Rose membantu mengangkat beberapa barang miliknya.

"Jadi, kau tinggal disini dengan ayahmu saja?" Tanya Lia ketika mereka mulai memasuki apartement itu.

"Iya."

"Apartement sebesar ini hanya dihuni kalian berdua? Waaahh."

"Aku sudah meletakkan beberapa bahan makanan di kulkas." Rose datang dari arah dapur mendatangi dua orang yang sedari tadi sedang menata barang-barang ke dalam almari.

"Kalau boleh tahu, dimana ibumu?" Tanya Lia yang membuat Jinri berhenti dari aktifitasnya.

"Ibuku, sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."

Lia kini menyesal telah menayakannya. Dia tahu persis bagaimana rasanya kehilangan orang tua. Itu mungkin adalah titik sensitif bagi Jinri.

"Ah, maaf. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu bersedih." Gadis itu menatap Lia dan tersenyum lembut.

"Tidak apa-apa, lagi pula sejak umurku enam tahun aku sudah tidak tinggal bersama ibuku."

"Kenapa begitu?" Tanya Rose kemudian.

"Orang tuaku bercerai sejak saat itu. Kupikir ibuku akan sanggup untuk merawat kami. Tetapi kondisi finansial ibu saat itu tak mendukung. Sehingga ia meninggalkanku untuk tinggal dengan ayahku."

"Kami?"

"Aku memiliki saudari kembar. Selama ini aku diam-diam mengunjungi ibu. Tetapi aku sempat kehilangan jejaknya karena mereka telah pindah rumah. Aku baru mendapatkan kabar lagi setelah sekian lama, dan ternyata ibuku telah tiada."

Rose sedikit paham kenapa gadis ini menjadi sangat pendiam. Sepertinya nasib seorang anak broken home memang selalu unik.

"Seo Jinhye, itu kembaranmu bukan?"

Jinri membulatkan mata tak percaya. Bagaimana orang ini bisa tahu mengenahi kembarannya. Perlahan gadis itu mengangguk.

"Bagaimana kau bisa tahu kak?" Lia kaget jika ternyata Rose sudah bergerak lebih cepat dari yang ia duga.

"Aku meminta informasi dari pihak kepolisian beberapa waktu lalu, dan menyewa seorang detektif."

"Tunggu, Jinhye? Ah, Jinri. Apa benar kau tak mengenal Eric? Maksudku pemuda yang sempat kita temui beberapa waktu lalu."

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang