Ch.35 Hal yang Mustahil

150 29 4
                                    

Anak-anak yang lain sudah pulang dengan jemputan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anak-anak yang lain sudah pulang dengan jemputan masing-masing. Menyisakan Lia dan beberapa guru yang masih berada di gedung sekolah.

Lia pamit undur diri terlebih dahulu. Kakinya melangkah melewati lorong-lorong kelas yang sepi. Tepat di depan gerbang, seorang pemuda dengan setelan jas kantoran datang menghampirinya.

Lia sedang tak ingin berdebat saat ini. Gadis itu pura-pura tak melihat dan acuh dengan sekitar. Beruntung ada bus yang langsung berhenti saat ia melambai.

Dirinya segera masuk dan berharap bisa menjauh dari pemuda itu. Gadis itu lantas mendudukkan dirinya di salah satu bangku penumpang.

Duduk tenang sembari menikmati musik dengan airphone dan memejamkan mata.

Lama dia memejamkan mata, bus kadang berhenti untuk menurunkan dan mengangkut penumpang secara bergantian. Lama kelamaan memenuhi jumlah kursi yang tersedia.

Gadis itu membuka matanya, menegakkan badan ketika dirasa tempat tujuannya sudah mulai dekat.

Namun matanya membola kala melihat sosok yang kini duduk di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau tak bisa lihat, aku sedang naik bus."

Lia tersenyum jengkel kearah Jaehwan. "Jangan bilang kau mengikutiku."

"Jangan bilang kau menghindariku."

Ah. Sial. Kenapa takdir sebercanda ini.

Gadis itu mencoba acuh kemudian bangkit bergegas untuk turun. Langkahnya sedikit tergesa-gesa. Saat Lia menoleh pemuda itu ternyata masih mengikutinya.

"Benar, benar." Geramnya.

Lia mempercepat langkahnya dan berlari sekuat mungkin. Dia berharap tuhan mengabulkan permohonannya kali ini.

Seketika Lia menghentikan langkahnya kala pemuda itu berdiri tepat tak jauh dari hadapannya.

Tak menyia-nyiakan kesempatan lain, gadis itu berbalik dan kembali berlari.

"Liaaa!!!!"

Lia tak menggubrisnya sama sekali. Gadis itu segera masuk di salah satu Restoran untuk menyembunyikan dirinya.

Jaehwan segera mencari setiap sudut ruangan itu. Namun, nihil. Dia tak menemukan keberadaan Lia.

"Kemana perginya gadis itu?" Gumamnya frustasi.

Sungguh, apa gadis itu benar-benar ingin menghindar darinya.

Merasa ada celah, Lia segera keluar dari tempat persembunyiannya dan bergegas dari restoran. Berlari sejauh mungkin yang ia bisa.

Nafasnya tersengal-sengal kala ia berhenti sejenak. Kepalanya menoleh ke segala sisi arah dan bernafas lega.

Sepertinya dia berhasil kabur. Lia mendekat ke arah sebuah bangku panjang yang tersedia di taman. Mendudukkan diri sembari bersandar di punggung kursi dan meluruskan kaki jenjangnya.

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang