Ch.31 Amor Fati

174 29 11
                                    

Mendung di langit membuat hawa panas perlahan berubah dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendung di langit membuat hawa panas perlahan berubah dingin. Sempribit angin mulai menyapa perkotaan. Gadis itu perlahan melangkah menuju halte. Menunggu bus yang akan datang selanjutnya.

Perlahan gerimis turun membasahi jalanan. Semakin lama semakin deras.

"Lia. Jangan hujan-hujan. Kau baru saja sembuh."

Suara itu.......kembali muncul saat hujan.

Jiwanya mulai berhalusinasi, sosok sepasang remaja dengan seragam sekolah berlari menerobos hujan. Bayangan dirinya terlihat tertawa menikmati aliran air hujan yang jatuh memabasahi tubuhnya. Sementara bayangan seorang pemuda yang begitu khawatir karena gadis itu sudah basah kuyup.

Bayangan Jaemin mencoba menarik tangan bayangan Lia untuk berteduh.

Lia ingat dulu dia suka hujan-hujan sampai harus demam. Bahkan berulang kali bibinya memperingatkan untuk berhenti. Tapi tetap saja Lia akan berlari merentangkan tangannya menengadah keatas menikmati aliran air.

Dan Jaemin akan berlari menariknya berteduh supaya tidak kedinginan di dera hujan yang semakin lebat.

Lia tersadar jika itu hanya halusinasi. Namun saat ini dia ingin menikmati jiwanya yang berhalusinasi dan berdelusi dengan sesuka hati.

Biarlah, tak apa jika bayang-bayang itu ada. Setidaknya dirinya masih bisa merasakan kehadiran Jaemin dalam suasana hujan.

Tangannya menengadah merasakan tetesan air dari atap halte. Perlahan dia beranjak menikmati hujan. Merasakan kembali memori hujan yang sempat singgah. Ia tak peduli jika tubuhnya basah.

Kakinya kembali berjalan menyusuri jalanan. Hawa dingin semakin menyergap tubuhnya. Semakin menggigil dan pucat.

Beberapa saat kemudian dia merasa bahwa tak ada air yang mengalir menyentuh tubuhnya. Seseorang datang membawa payung dan memilih untuk basah demi agar air hujan tidak mengenahi gadis itu.

"Ambil lah!." Pemuda itu menyodorkan gagang payung kepada Lia.

"Aku tidak membutuhkannya, terima kasih." Kata-kata itu terdengar dingin.

"Ayo kuantar pulang."

"Maaf, tetapi aku sedang ingin berjalan."

Apa ada yang salah jika dia ingin menikmati hujan.

Dia hanya butuh merenungkan kembali kemana takdir akan membawanya. Barang kali, hujan bisa memberikan jawaban.

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang