Ch.39 Kesetiaan

159 29 2
                                    

Perlahan sepasang netra yang semula tertutup itu mulai membuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan sepasang netra yang semula tertutup itu mulai membuka. Silau cahaya yang masuk melalu celah jendela ruangan, membuatnya sedikit mengernyit.

Dia merasa berada di ruangan asing dengan bau obat yang menyengat. Selang infus di tangannya membuatnya tersadar dimana dirinya saat ini.

Tubuhnya terasa lemas dan sangat berat untuk sekedar bergerak ringan. Lia mencoba mengingat-ingat kembali bagaimana dia bisa berakhir di rumah sakit.

Nihil, dia tak ingat apapun kecuali saat dia hendak menyetop sebuah taxi kesadarannya langsung memudar.

Mungkin saja saat itu dia pingsan. Lalu siapa gerangan yang telah menolongnya.

Dia melihat jam di dinding, pukul delapan lebih sepuluh menit.

Apa dia tertidur terlalu lama? Seingatnya, saat masih berada di acara Mark dan Yeji, waktu menunjukkan siang hari.

Sesaat setelahnya, seseorang datang membuka pintu. Seorang suster dengan nampan berisi sarapan untuk pasien.

"Anda sudah sadar?" Ujarnya sembari tersenyum.

Lia mengangguk menanggapi, "Berapa lama aku tertidur?"

"Sekitar satu hari setengah semenjak anda di bawa kemari."

Netranya membulat tak percaya, berarti dia telah melewatkan banyak hal hanya karena tertidur di atas ranjang rumah sakit.

Dia ingin bergerak dan segera bergegas seperti sedia kala.

"Jangan banyak bergerak dulu, tubuh anda masih lemas. Sebaiknya anda sarapan dulu nona."

"Tapi ada hal yang harus ku lakukan." Jika harus berdiam diri seperti ini maka tubuhnya akan semakin sakit.

"Dokter bilang anda harus banyak istirahat."

"Tetapi sekarang aku sudah sadar. Sepertinya aku sudah bisa memulai aktifitasku."

Suster itu terlihat menghela nafas pelan, kemudian tersenyum.

"Hanya jika dokter sudah mengizinkan."

Tak lama kemudian seseorang datang berkunjung. Seorang pemuda dengan blazer hitam dan celana Jeans terlihat sambil menenteng aneka macam buah dalam parcel. Tak lupa dengan sebuket bunga berada di salah satu sisi tangannya.

"Hei, bagaimana kabarmu?" Ujarnya lembut dengan senyum manis yang mengembang.

"Aku, lumayan."

Setelah meninggalkan makanan di atas meja, suster itu kemudian pamit undur diri. Meninggalkan dua orang berbeda gender yang kini tertelan keheningan.

"Lia, kau harus sarapan. Ingin disuapi?"

"Jae, apa tidak sebaiknya kau pulang. Aku sudah baik-baik saja."

Lagi, Lia akan selalu seperti ini semenjak pemuda itu bertunangan.

"Aku tak akan pulang meski kau memaksa." Lia mendengus kasar hendak protes, namun tertahan kala pemuda itu melanjutkan kalimatnya, "Sekarang gantian aku yang menjagamu. Bibi Taeyeon, paman Donghae, Jeno, dan Lami sudah bergantian jaga kemarin hari."

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang