Ch.12 Fenomena Aneh

200 43 8
                                    

Setelah bertemu Lia di perpustakaan beberapa hari yang lalu, Jaemin jadi sering mengunjungi tempat yang identik dengan para maniak buku itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bertemu Lia di perpustakaan beberapa hari yang lalu, Jaemin jadi sering mengunjungi tempat yang identik dengan para maniak buku itu.

Kini, Jaemin memiliki rutinitas baru ketika waktu menjelang sore. Dia sudah memperkirakan semua jadwalnya dan mengatakan kepada sekretaris untuk mengosongkan jadwal di waktu sore. Alhasil, sekretarisnya harus mengubah semua jadwal rapat dari yang sudah-sudah.

Dan hal ini sukses membuat Heejin mengernyitkan dahi kala mendapati pemuda itu kini terduduk di seberang mejanya.

"Kau datang lagi?" Ujarnya keheranan.

Heejin hanya tak habis pikir, karena ia akhir akhir ini menjumpai Jaemin di perpustakaan.

Demi hukum fisika Einteins, ini sangat tak masuk akal. Andai kata ada alasan yang lebih ilmiah untuk bisa menjelaskan perubahan aneh dari seorang Jung Jaemin yang selama ini Heejin kenal.

"Kenapa? Tidak boleh. Memangnya perpustakaan ini milik nenek moyangmu." Ujarnya dengan tak santai kearah Heejin.

Kekasih temannya itu dari kemarin merecokinya tentang kenapa dia jadi rajin ke perpustakaan. Padahal Jaemin sudah memberikan alasannya, namun gadis itu tetap tak percaya.

Sementara Heejin mengernyitkan dahi sambil mencibir, "Tumben sekali. Kurasa karyawanmu akan komplain karena pimpinannya kabur dari perusahaan."

"Mereka mana berani."

Heejin melotot tak percaya. "Dasar sombong. Pulang sana."

"Aku belum selesai membaca. Sepertinya aku mulai penasaran ending cerita di buku ini."

Heejin menggelengkan kepalanya kala melihat buku yang dibaca pemuda itu. Lagi lagi buku itu yang dijadikan alasan.

"Ya tuhan, dari kemarin kau belum juga selesai."

"Ya wajar lah, aku kan bukan kau atau pun Lia yang biasa membaca bagai kilat."

"Dikira, kecepatan membaca sama seperti kecepatan cahaya kilat sebelum petir menyambar."

"Itu kan metafora Heejin, kau ini katanya anak sastra, masak begitu saja tak paham."

Oh, sial. "Menurutku, itu perumpamaan yang gagal estetik."

"Itu karena selera sastramu levelnya masih minimum."

"Anak bisnis tahu apa tentang sastra." Ujarnya dengan nada sinis.

Oke. Kita lupakan tentang tetek bengek sastra. Hei, ayolah. Itu tak ada hubungannya sama sekali. Heejin hanya butuh jawaban dari fenomena yang aneh ini. Mata jernihnya menerawang, mengamati gerak gerik pemuda dihadapannya yang sedang fakus membaca.

Kalau dipikir pikir, Jaemin kan orang sibuk. Jeno sendiri sering bilang bahwa para bujang itu tengah sibuk berkarir. Apalagi Jaemin yang konon memiliki intentitas waktu berkumpul paling minim diantara yang lain.

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang