Ch.33 Berat

137 27 3
                                    

"Dimana Lia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dimana Lia?"

Jeno kaget, tiba-tiba kawannya itu datang tanpa aba-aba terlebih dahulu langsung bertanya perihal Lia.

Ada apa gerangan anak ini sudah ngacir pagi-pagi begini di rumahnya.

"Eh, anaknya lagi sakit sih."

"Aku ingin bertemu dengannya."

Meskipun agak bingung dengan ekspresi sang kawan, Jeno hanya mengiyakan saja.

Keduanya lantas menuju kamar Lia yang berada di lantai dua.

Tepat di depan kamar Lia, kepala Jeno menyembul dari balik pintu. "Lia, ada yang nyariin." Jeno langsung mengajak Jaehwan masuk ke kamar.

Gadis itu berbaring di atas ranjang terbungkus selimut tebal sambil memejamkan mata. Sepertinya dia demam sehabis hujan-hujanan kemarin hari.

"Siapa?" Gumamnya lemah.

"Ini aku Lia."

Gadis itu membuka matanya perlahan. Menoleh kearah pemuda yang sedang berdiri di samping Jeno. Padahal Lia berencana menghindarinya. Wajahnya yang mirip dengan Jaemin akan semakin membuatnya mengingat akan sosoknya.

Seolah paham, "Oiya, aku tinggal dulu ya." Jeno langsung meninggalkan keduanya di kamar itu.

Suasana berubah menjadi semakin canggung setelah kepergian Jeno.

Gadis itu mencoba bangkit dari tidurnya, Jaehwan tanggap akan hal itu. Namun, "Aku bisa sendiri." Gadis itu menolak.

Lia hanya menatap manik Jaehwan yang duduk di kursi samping bangsal dengan tatapan sayu dan lesu.

"Ada perlu apa kau kemari?"

"Hanya ingin menjengukmu."

"Aku baik-baik saja. Jika tak ada hal lain yang lebih penting. Kurasa kau bisa pulang." Begitu dingin dan defensif. Bahkan sepertinya sangat sulit untuk masuk kembali di kehidupan Lia.

"Kau mengusirku?"

Lia tersenyum miris kearah pemuda itu. "Menurutmu? Kurasa itu cukup jelas." Jaehwan menghembuskan nafas perlahan.

"Bagaimana jika aku tetap tinggal." Pandangannya lurus menatap kearah manik Lia. Gadis itu terlihat mendecih sekilas. "Aku ingin sendiri dan tak ingin di ganggu."

Jaehwan tetap kekeh dengan keputusannya, "Aku memaksa untuk menemanimu seharian ini."

Keras kepala juga anak ini. "Apa maumu? Cepat katakan tak usah terbelit-belit."

"Kenapa kau menghindariku?"

Gadis itu terdiam sesaat, memilih alasan yang pas dan cenderung logis. Namun tubuhnya yang kini sedang demam, sama sekali tak bisa memberikan jawaban yang dirasa bagus.

"Aku hanya sedang tak ingin di ganggu."

"Jika kau ada masalah, kau bisa cerita padaku."

"Maaf, jika ini terkesan menyakitimu. Tetapi sungguh, aku hanya ingin sendiri saat ini."

Reflection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang