Terimakasih buat yang udah baca dan vote..
Jangan lupa play video di atas ya
Biar seru!
.
.
.Berhari-hari sang putri di bawa lari kesuatu tempat. Putri itu hanya terdiam. Ia masih ketakutan dengan iblis yang beberapa hari lalu menghancurkan istana.
"Hime-Sama, apa kau lapar?" tanya Asuka, sang prajurit kepada sang putri.
"Sedikit, tapi tak apa, lanjutkan saja perjalanannya agar cepat sampai." ucap Mizuki lemah.
"Baiklah, saya akan meningkatkan kecepatan." Asuka kembali berlari cepat.
Sampailah mereka di Kaki Gunung Sagiri.
"Tok! Tok! Tok!" Asuka mengetuk pintu sebuah rumah.
Keluar seorang laki-laki tua yang memakai topeng tengu. Mizuki kaget.
"Tak perlu takut, Hime-sama. Ia adalah Urokodaki Sakonji, mantan hashira." jelas Asuka.
Mizuki turun dari gendongan Asuka.
"Silahkan masuk, Hime-Sama.." Urokodaki menyambut Mizuki.
"Terimakasih, Urokodaki-San." Mizuki masuk perlahan ke kediaman Urokodaki. Begitupula Asuka.
Mizuki melihat tiga anak kecil yang usianya tak jauh darinya sedang duduk seiza dihadapan Mizuki.
"Selamat datang, Hime-Sama!" ucap seorang dengan rambut peach.
Mizuki tersenyum.
Ketiga anak itu menyambut Mizuki.
"Hajimemashite, namaku Watanabe Mizuki, kalian bisa memanggilku dengan namaku." Mizuki senang.
"T-tapi Hime-sama?!" Asuka agak kaget karena sang putri meminta dipanggil dengan namanya.
"Tak apa Asuka, aku ingin memiliki teman." putri kecil itu tampak bahagia.
"Kalian mau kan jadi temanku??" Pandangan Mizuki beralih ke ketiga anak kecil itu. Mereka mengangguk.
"Perkenalkan, saya Sabito, ini Giyuu, dan Makomo." Sabito agak gugup.
"Tak perlu formal begitu, santai saja." Mizuki tertawa.
Mizuki berkumpul dengan tiga anak itu. Mereka bermain bersama.
Sementara Asuka dan Urokodaki membicarakan tentang penyerangan di istana.
"Hime-Sama menelan bunganya!?" Urokodaki kaget.
"Berarti bunga itu sudah bercampur dengan darahnya. Walau hanya setangkai, ia akan tetap menjadi incaran Kibutsuji Muzan." lanjut Urokodaki.
"Apakah ada cara untuk melindungi Hime-Sama??" Asuka khawatir.
"Tenanglah, efeknya berbeda dengan darah langka. Muzan tak akan tau bahwa Hime-Sama menelan bunga itu kecuali jika lidah iblis itu menyentuh darah Hime-Sama." jelas Urokodaki.
"Aku akan melindunginya disini, mungkin aku juga akan meminta bantuan keluarga Ubuyashiki mengenai hal ini." Urokodaki menatap Asuka serius.
"Baiklah, terimakasih Urokodaki-San." Asuka menundukan kepala dan menghampiri Mizuki.
"Hime-Sama, saya akan kembali ke istana, anda akan tinggal disini demi keselamatan anda. Permisi." Asuka pamit.
Mizuki yang agak kebingungan menatap Asuka hingga Asuka menghilang.
"Him- eh.. Mizuki, memang apa yang terjadi hingga kau datang kesini?" Gadis bernama Makomo berbicara.
"Kediamanku diserang iblis, ia mengincar bunga berwarna biru di taman istana. Aku melindungi bunga itu. Karena iblis itu mengejar bunga itu, aku telan saja bunganya. Sepertinya aku melakukan kesalahan." Mizuki menghela napas.
"Apa kau sekarang menjadi incaran iblis itu?" tanya Sabito.
Mizuki mengangguk.
"Tenang! Kami adalah calon pemburu iblis, kami akan melindungimu!" Giyuu angka bicara.
"Untuk melindungi Hime-Sama kalian harus kuat, Sekarang.. LATIHAN!!!" Urokodaki memerintahkan tiga anak itu berlatih dan mereka menurutinya.
Mizuki tertawa kecil.
Giyuu, Sabito, dan Makomo berlari menuju Puncak Gunung Sagiri. Mizuki yang melihatnya sangat takjub dengan kecepatan mereka.
"Latihan macam apa yang akan mereka jalani, Urokodaki-San?" tanya Mizuki.
"Latihan stamina dan menghindar, sampai mereka bisa menguasai teknik pernapasan." jelas Urokodaki.
"Hime-Sama, apa kau melihat iblis yang menghancurkan istana tempo hari?" tanya Urokodaki.
"Iya, aku melihatnya." Mizuki mengangguk.
"Seperti apa dia?"
"Matanya bersinar dalan gelap..sepertinya ada corak dimatanya, entah corak apa. Matanya berwarna-warni. Suaranya begitu tenang dan ceria tapi menyeramkan. Auranya sangat pekat membuat kakiku gemetar. Aku tak terlalu jelas melihat badannya karena gelap. Tapi aku tau ia laki-laki." jelas Mizuki.
"Kemungkinan besar, yang kau lihat merupakan iblis kuat. Iblis garis atas, Uppermoon. Hanya ada satu iblis yang cocok dengan ciri-ciri itu. Ia Douma, Uppermoon kedua." Urokodaki membuat Mizuki takut.
"Tenanglah, saya dan yang lain akan berusaha melindungi Hime-Sama. Hime-Sama juga harus berhati-hati." ucap Urokodaki. Mizuki mengangguk.
.
.
."Memmmang enak!! Suka!!" Douma melahap bagian tubuh korbannya.
"Tenggg!" terdengar petikan biwa. Seketika iblis itu berpindah ke Dimensional Infinity Fortress.
"Hiyaaa, lagi makan dipanggil kesini." keluh Douma.
"Nakime, nih ada kaki, mau ngga?" Douma menawarkan kaki manusia yang ia pegang.
"Tidak, terimakasih." jawab Nakime.
"Douma .." suara yang tenang namun membuat merinding.
"Halo, Kibutsuji-dono.. Apa kabar?" Douma terdengar ceria.
"Dimana bunga itu?" tanya Muzan dingin.
"E-eh ituuuuuu~" Douma kebingungan harus menjawab apa.
"Aku tanya, Dimana bunga itu?" Muzan menatap Douma.
"A-anak kecil itu memakannya! Lalu ia kabur entah kemana." jawab Douma.
"Anak kecil?!" Muzan murka.
"I-iya, mereka memanggilnya 'Hime-Sama' seperti itulah.." Douma melanjutkan kegiatan makannya.
"Ah, jadi ia seorang putri, CARI DIA!" Muzan memerintahkan Douma.
"Baiklah, tapi dunia ini kan luas, aku harap semua iblis bulan bisa membantuku~" Douma mengeluh.
Muzan tak berbicara apapun.
"Tenggg!!!" biwa kembali berbunyi. Douma kembali ke kuilnya.
"Pendeta besar, pengikut anda sudah datang." ucap seorang laki-laki tua.
'Asiik! Makan lagi...'
.
.
.Sudah ketemu tiga sekawan.
Apa yang akan terjadi pada Mizuki selanjutnya?
See you in Chapter 2!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba Fanfiction : Blue Spider Lily
Fanfiction"Hime-sama.." Begitulah mereka memanggilku.. Menjadi seorang putri pada zaman Sengoku bukan hal yang mudah Menjaga bunga berwarna biru ini menjadi tanggungjawabku. Sampai dia mengejarku Dan terpaksa ku masukan bunga ini dalam mulutku. Kupikir, semu...