Derap langkah cepat terdengar menggema diseluruh penjuru benteng milik Muzan. Pandangan yang tetap terjaga dan katana yang siap menghunus, Mizuki dan Shinobu menuju tempat rekan mereka dengan bantuan gagak.
"Kwaaak!!! Arah jam 12 terlihat Pilar Angin dan Pilar Batu!! Kwaaaak!!!" gagak itu menghilang.
Mizuki menajamkan pandangannya. Ia melihat Sanemi tengah menangis sambil memeluk seragam Genya.
Mata Mizuki terasa panas. Beberapa tetes air mata berhasil lolos dari matanya. Melihat orang yang ia cintai sedih, Mizuki sangat terpukul.
Gadis itu ikut berlutut didepan Sanemi. Ia melebarkan tangannya dan memeluk Sanemi dengan dekapan yang hangat.
"Sanemi... Aku turut berduka.." Mizuki mengelus kepala Pilar Angin itu penuh kasih. Isakan tangis Pilar Bulan juga ikut terdengar.
Sementara Shinobu dan Gyomei memalingkan pandangan mereka dan menyembunyikan air mata.
"Shinazugawa-San, kita harus cepat pergi ke tempat selanjutnya." ujar Gyomei.
"Kalian duluan saja, aku dan Sanemi akan menyusul." ujar Mizuki. Shinobu dan Gyomei menuju tempat perkumpulan.
"Mizuki.. Hiks! Aku sangat menyayangi Genya.." Sanemi memeluk pinggang Mizuki erat.
Mizuki mengecup kening Sanemi. Tangannya tergerak untuk menyeka air mata Pilar Angin.
"Ia sudah ada di tempat yang lebih baik.. Kita harus bisa merelakannya, Sanemi." Mizuki menempelkan keningnya dengan kening Sanemi.
"Aku yakin, ia tahu kalau kau menyayanginya.." lanjut Mizuki.
"Benarkah?" Sanemi menatap mata Mizuki. Mizuki mengangguk.
"Aku kakak yang buruk.." Sanemi kembali meneteskan air mata. Mizuki kembali menarik Sanemi kedalam pelukannya.
"Mizuki, jangan tinggalkan aku..." ucap Sanemi pelan.
Mizuki terdiam. Ia tidak bisa berjanji hal seperti itu. Karena ia tau, nyawanya kemungkinan besar tidak selamat jika berhadapan dengan Muzan.
"Mizuki? Kenapa kau terdiam? Jawab aku.." Sanemi menatap Mizuki.
"Maaf Sanemi.. Pasti kau juga tau, kemungkinan kita selamat, bukan hal yang mudah.. Kalau aku mati, aku akan merindukanmu.. Kau harus selamat dan bahagia.. Kita pasti akan ber--" belum selesai Mizuki berbicara, Sanemi membungkam mulut gadis itu dengan tangannya.
"Jangan berkata seperti itu.." Sanemi menyentuh pipi Mizuki.
"Tapi ini kenyataan, dan kau harus menerimanya.." Mizuki tersenyum pahit.
"Aku berjanji.. Aku akan melindungimu.. Kita harus bersama sampai akhir.." Sanemi juga tersenyum.
"Cup!" bibir mereka bersentuhan lembut. Air mata membasahi pipi mereka. Tak kuat bila harus berpisah, itu yang mereka rasakan.
"Mizuki, aku mencintaimu.."
"Aku juga mencintaimu, Sanemi.."
Mereka melupakan masalah yang mereka hadapi sebelumnya. Mereka hanya ingin bersama selamanya seperti yang mereka harapkan.
"Ayo, kita bantu hashira yang lain.." Mizuki menyadari munculnya tanda di pipi Sanemi. Gadis itu mencium tanda itu dengan perlahan.
"Kita baikan?" tanya Sanemi. Mizuki mengangguk. Senyum lebar terukir di wajah mereka berdua.
Sanemi menggandeng tangan Mizuki dan berlari menuju titik perkumpulan.
Baru sebentar sepasang kekasih itu melangkah. Mata mereka tertuju pada anak dengan rambut mint yang sedang memegangi kepala wanita biwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba Fanfiction : Blue Spider Lily
Fanfiction"Hime-sama.." Begitulah mereka memanggilku.. Menjadi seorang putri pada zaman Sengoku bukan hal yang mudah Menjaga bunga berwarna biru ini menjadi tanggungjawabku. Sampai dia mengejarku Dan terpaksa ku masukan bunga ini dalam mulutku. Kupikir, semu...