Jangan lupa play videonya ya..
Terimakasih buat kalian yang udah baca dan vote♥
.
.
.Hari seleksi akhir tiba. Semua calon pemburu iblis berkumpul. Masing-masing dari mereka membawa sebuah nichirin.
"Akhirnya, hari ini tiba." Sabito menatap jalan masuk tempat seleksi.
"Yang mati duluan telur busuk, ya.." ucap Mizuki.
"Oke! Ayo!! Semangat!!" Giyuu optimis.
"Mizuki, kau tak boleh terluka sedikit pun, ingat itu. Jika mereka tahu darahmu bercampur dengan bunga biru itu, bisa bahaya." Makomo khawatir.
"Tenang saja.." Mizuki tersenyum.
Seleksi dimulai. Semua peserta masuk ke dalam gunung penuh iblis itu. Mizuki dengan kecepatan kilatnya menggandeng Makomo bersamanya.
Belum lama Mizuki masuk tempat itu. Sudah ada iblis yang menyambutnya. Tangannya panjang sampai tanah, tubuhnya kurus dan lidahnya menjulur.
Mizu No Kokyu, Ichi no kata: Minamo Giri!!!
Nichirin Mizuki menebas kepala iblis itu dalam sekali kedip. Iblis itu menghilang menjadi abu.
"Woaaaaah! Cepat sekali!!" Sabito muncul bersama Giyuu.
"Lho, kumpul lagi? Tadi aku sengaja pisah sama kalian biar kita ngga jadi sasaran empuk." Mizuki menggaruk kepalanya.
"Udaah gapapa, kumpul aja ya ehehe." Giyuu agak gemetar.
"Giyuu, kamu gemetar tuh." Makomo menunjuk kaki Giyuu.
Mizuki dan Sabito tertawa.
"Yasudah, ayo!" Mizuki berjalan paling depan sementara Sabito paling belakang.
"Khu..khu..khu ada banyak anak manusia.." empat iblis menyerang mereka dari segala sisi.
"Waduh.. Gimana nih.." Giyuu panik.
"Udah..tebas aja.." Ucap Sabito.
"Pake teknik keberapa ya..yang enak.." Makomo berpikir.
"Yang mana aja dah.. Yang penting mati semua.." Mizuki santai.
Mizu No Kokyu, Hachi no Kata: Takitsubo!!
Mizuki dan Sabito menggunakan aliran ke delapan.
Mizu No Kokyu, Ni no Kata: Mizu Guruma!!!!
Makomo dan Giyuu menggunakan aliran kedua.
"SRAAAAK!!!" Keempat iblis itu terpenggal.
"Wah, Mizuki.. Kok kita bisa sama hehe.." Sabito menyadari aliran yang ia pakai sama dengan Mizuki.
"Entah, mungkin jodoh ahahah.." Mizuki bercanda. Tapi, Sabito merona.
Mereka kembali menghadapi iblis yang terus berdatangan. Iblis-iblis mengerikan itu selalu mati ditangan Mizuki.
Mizuki melihat teman-temannya. Beberapa dari mereka sudah terluka walau tak parah.
"Makomo, bagaimana dengan lukamu?" Mizuki melihat lengan Makomo yang berdarah.
"Aku baik-baik saja, Mizuki. Ayo lanjutkan." Makomo tersenyum.
'Aku harus bertahan tanpa luka selama lima hari..' batin Mizuki.
Sudah hari ketiga. Kulit Mizuki belum ada luka. Mizuki sedang membantu menghentikan darah dari lengan kiri Sabito.
"KAU INI! AKU BISA MENEBAS IBLIS ITU! TAK PERLU KORBANKAN DIRIMU!" Mizuki marah.
"Aku takut kau terluka, Mizuki. Darahmu sangat berharga." Sabito tertunduk.
"Ahhh dasar.. Jangan menjadi tamengku lagi. Pikirkan dirimu juga.." Mizuki memeluk Sabito. Sabito senang.
"TOLOOONG!! AAAAA!!!" Keempat anak kecil itu berlari ke arah suara.
Mizuki melihat iblis raksasa bertangan banyak. Mizuki sedikit merasa takut.
Beberapa anak sudah dimakan iblis itu. Sekarang, ada tiga anak di genggamannya.
"Aku akan menolong mereka! Ayo Giyuu!!" Sabito dan Giyuu maju melawan iblis itu. Makomo dan Mizuki menyelamatkan anak yang belum tertangkap.
"SYUUUU!! BUAGH!!" Giyuu terlempar ke arah pohon dan pingsan.
Sabito masih berusaha menyelamatkan anak-anak yang tertangkap.
Sialnya, dibelakang Mizuki ada iblis menyeramkan berkuku panjang. Mizuki tak menyadarinya karena ia khawatir pada Sabito.
"SRAK!!" Lengan Mizuki terluka. Gadis itu terkejut.
Mizu No Kokyu, Ichi no Kata: Minamo Giri!!
Seketika Makomo memenggal iblis itu.
"Sial!" Mizuki memegang lengannya. Darah keluar walau tak deras.
"MIZUKI! LARI!" Makomo menyuruh Mizuki kabur.
"T-tapi, Sabito?!!" Mizuki melihat Sabito yang kewalahan.
"Aku akan membantunya! Bisa bahaya jika iblis itu tau tentang darahmu!!! Pergi!! Bawa Giyuu bersamamu!!" Makomo melesat ke arah Sabito untuk membantunya.
"KITA HARUS BERTEMU DI AKHIR SELEKSI!!!" Mizuki berteriak pada Sabito dan Mizuki.
Mizuki membalut lukanya dengan cepat, lalu gadis itu menggendong Giyuu. Mereka pergi ke arah timur, menjauhi iblis tangan itu.
"Kalian harus berhasil Sabito, Makomo."
.
.
.
Mizu No Kokyu, San no Kata: Ryūryū Mai!Mizuki memenggal semua iblis yang ia temui sambil menggendong Giyuu. Ini sudah hari kelima, Mizuki melihat pohon wisteria, pertanda ia berhasil menyelesaikan ujian akhir.
Mizuki berlari keluar gunung. Ia bertemu tim medis dan meminta tolong untuk merawat Giyuu.
Di tempat ini, hanya ada beberapa anak yang selamat. Mizuki terduduk lemas. Ia menunggu Makomo dan Sabito.
"HUWAAAA!!! HAMPIR SAJA AKU TAK SELAMAT!! Aku harus berterimakasih pada dua anak itu!! Mereka mengorbankan nyawa demi kita!!!" Seorang pemburu iblis yang selamat, menangis.
Perasaan Mizuki aneh. Sabito dan Makomo belum muncul.
'Apa yang orang itu bilang tadi? Dua anak?! Mengorbankan nyawa?!" Mizuki mendekat ke arah anak yang menangis.
Badan Mizuki gemetar. Ia takut.
"M-maaf, dua anak? Siapa??" tanya Misuki ragu.
"Yang satu anak kecil perempuan berambut pendek, satu lagi anak laki-laki berambut peach.."
Hati Mizuki sesak. Mulutnya menganga terkejut. Air mata keluar dari manik Mizuki.
"S-sabito!! M-makomo..hiks.." Mizuki menangis. Ia memegangi dadanya yang sesak. Mizuki terduduk.
"SABITO!!! MAKOMO!! KALIAN BILANG KITA HARUS BERSAMA!! TAPI KENAPA?!!" Mizuki menangis keras. Air matanya deras. Tangisannya meraung-raung. Hatinya sakit.
"Sabito.. Makomo.. Kumohon.. Ini semua hanya bercanda kan..HAAAAAA!!!" Mizuki berteriak keras.
"Semua salahku hiks, SEMUA SALAHKU!!" Mizuki memukul tanah didepannya.
Pemburu iblis yang ada di tempat itu memeluk Mizuki. Mereka merasakan kehilangan yang sama.
Mizuki sudah kehilangan dua sahabatnya karena iblis. Mizuki menyalahkan dirinya atas semua itu. Jika saja ia tak lari. Mungkin Sabito dan Makomo bisa diselamatkan.
Tapi apa daya, Sabito dan Makomo telah pergi. Mizuki hanya bisa menangisi mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sabito pergi..
Makomo pergi..
Huweeee :")Selanjutnya, apa yang akan terjadi pada Mizuki??? Kita lihat!
See You !!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba Fanfiction : Blue Spider Lily
Fanfiction"Hime-sama.." Begitulah mereka memanggilku.. Menjadi seorang putri pada zaman Sengoku bukan hal yang mudah Menjaga bunga berwarna biru ini menjadi tanggungjawabku. Sampai dia mengejarku Dan terpaksa ku masukan bunga ini dalam mulutku. Kupikir, semu...