Jangan lupa play videonya ya..
.
.
.Malam yang menyeramkan. Bulan tak muncul malam ini. Seorang gadis dan seorang laki-laki sedang menatap ke arah gunung yang menjulang tinggi. Gunung Natagumo.
"Ini.. Dua belas iblis bulan.." ucap gadis itu.
"Darimana kau tahu?" pilar air menatapnya penuh tanda tanya.
"Auranya.. Pekat.. AYO!!!" Mereka berdua melesat kedalam gunung.
Langkah mereka lebih cepat dari cheetah. Mizuki mengeluarkan nichirinnya, begitupula Giyuu.
Mata gadis itu tak terlepas dari mayat-mayat yang tergantung di atas pohon.
"Giyuu, kita sangat terlambat.." Mizuki sedih.
"Kalau begitu, selamatkan mereka yang masih bisa diselamatkan.." ucap Giyuu tenang.
"Kita berpencar.." Mizuki mengambil arah kiri sedangkan Giyuu arah kanan.
Mizuki terus berlari dan matanya tetap waspada.
"DUAAAAR!!" Sebuah ledakan terdengar di telinga Mizuki. Gadis itu segera menuju sumber suara.
Matanya menangkap sesosok iblis berwujud anak kecil. Ia mengarahkan benang berwarna merah kepada anggota kisatsutai.
Mizuki dengan segera memposisikan dirinya di depan anggota kisatsutai itu.
Tsuki No Kokyu, Ni no kata: Shuka no Rōgetsu!!!
Mizuki memotong benang yang tajam itu dengan mudah. Matanya menatap iblis itu dengan teliti.
"Lowermoon 5.." batinnya.
"M-Mizuki-San!!!" anggota kisatsutai itu memanggil nama Mizuki.
"Are?! Tanjirou!!" Mizuki mengingat anak beranting hanafuda itu.
"Hisashiburi!!" Mizuki tersenyum.
"Hati-hati!!!" Teriak Tanjirou. Ternyata Rui menyerang Mizuki dengan benangnya.
"Syuuut!!" Mizuki kembali memotong benang itu dengan mudah.
"Kecepatanmu tak sebanding denganku adik manis~ jadii bagaimana? Ingin mati dengan tenang atau menggunakan kekerasan??" tanya Mizuki sambil tersenyum.
"Kau terlalu lama!" Giyuu datang. Ia menggunakan aliran ke-11.
"SLASH!!" Nichirin Giyuu menebas leher Rui dengan mudah dan ringan.
"Hey! Itu bagianku!!" Mizuki menjambak rambut Giyuu.
"Kalau tak cepat, nanti kau mati. Kalau kau mati, itu akan sangat merepotkan." ucap Giyuu datar.
Mizuki cemberut. Tatapannya beralih ke kepala Rui yang sudah menggelinding ke bawah. Mizuki mendekati kepala Rui.
"APA YANG KAU LAKUKAN!? AKAN KU BUNUH!!" Teriak Rui pada Mizuki. Mizuki menyentuh kepala Rui.
Sensasi hangat dan nyaman dirasakan oleh iblis itu. Air matanya mengalir.
"Rui, ayo kita mati bersama." sebuah memori muncul dikepala Mizuki. Memori milik Rui sangat menyedihkan.
"Aku hanya ingin sebuah keluarga yang menyayangiku." suara batin Rui terdengar oleh Mizuki. Mizuki memeluk kepala Rui.
"Rui.. Kau ingin sebuah keluarga?" tanya Mizuki pelan. Air mata Rui semakin deras.
"Kalau begitu, aku akan menjadi keluargamu.. Kau bisa memanggilku Nee-San." Mizuki tersenyum pada Rui, gadis itu juga menangis.
"Nee-San~" Kepala Rui menghilang menjadi abu.
'Kasihan sekali..' batin Mizuki.
Giyuu menatap Mizuki kebingungan.
"Kau baik-baik saja? Ada yang terluka?" tanya Giyuu pada Mizuki.
"Tidak, aku tak apa.." Mizuki berdiri dari duduknya.
"Tap!Tap!Tap!" Mizuki mendengar suara langkah kaki. Begitupun Giyuu.
"TRAAAANG!!!" Bunyi nichirin beradu. Ternyata itu Shinobu.
Shinobu ingin menyerang Nezuko yang berada di pelukan Tanjirou. Tapi Giyuu mematahkan serangannya.
"Hei bocah, yang kau lindungi itu iblis lhoo~" ucap Shinobu pada Tanjirou.
"B-bukan!!! Dia adikku!!" Tanjirou memeluk Nezuko lebih erat.
"Ara~ kasihan sekali.. Kalau begitu aku akan membunuhnya dengan racun lembut.." Shinobu bersiap menyerang.
"Kau bisa berlari?" tanya Giyuu pada Tanjirou. Tanjirou mengangguk. Anak laki-laki beranting hanafuda itu membawa adiknya lari.
Shinobu dan Giyuu kembali beradu nichirin.
"Mizuki.. Kenapa kau diam saja? Bantu aku melumatkan Tomioka-San~" ujar Shinobu.
"Tidak.. Aku menonton saja.. Kalian berdua sangat berbahaya kalau sedang bertengkar.. Sepertinya kalian cocok.. Pacaran saja.." ledek Mizuki.
"Ara ara~ jangan berkata yang tidak-tidak Mizuki-San.." Shinobu kembali menyerang Giyuu.
"Sudah ah.. Aku akan mengejar anak itu saja.." Mizuki mengejar Tanjirou dan meninggalkan Shinobu yang sedang berduel dengan Giyuu.
Mizuki tak melepaskan tatapannya dari Tanjirou yang tengah berlari. Gadis itu tersenyum. Ia berpikir bahwa Tanjirou mempunyai potensi yang sangat bagus untuk menjadi hashira.
"BUGHH!!" Seorang gadis kisatsutai menendang kepala Tanjirou.
"Kanao? Oh.. Dia ikut kesini rupanya.." batin Mizuki.
Kanao mengejar Nezuko. Sedangkan Tanjirou pingsan. Mizuki menghampiri Tanjirou.
"Hei bocah soba.." Mizuki menyentuh pipi anak itu.
"Apa?! Rahangnya hampir hancur.." Jari Mizuki memeriksa rahang Tanjirou.
"KWAAAAK!!! Perintah Oyakata-Sama, Tanjirou dan iblis Nezuko harus dibawa ke markas. Tanjirou menggunakan haori kotak-kotak. Nezuko menggigit bambu KWAAAK!!" Ucap seekor gagak yang berputar di atas kepala Mizuki.
Mizuki menggendong Tanjirou dan membawanya ke tempat Kakushi berkumpul.
"Mizuki-Sama?!! G-gomennasai! Biar kami saja yang menggendongnya!!" ucap seorang Kakushi. Mizuki mengangguk.
"Bagaimana? Apa pembersihan ditempat ini sudah selesai?" tanya Mizuki.
"Hampir selesai, Mizuki-Sama."
"Aku minta, turunkan semua mayat yang ada di pohon dan kuburkan dengan layak.." perintah Mizuki.
"Haik!!" Kakushi segera menjalankan perintah Mizuki.
Mizuki melihat salah satu anggota kisatsutai yang kehilangan bajunya.
"Dimana seragammu?" tanya Mizuki pada anak itu.
"I-itu.. Seragamku melebur didalam cairan asam iblis tadi.." anak itu sibuk menutupi badannya yang terbuka.
"Siapa namamu?" Mizuki menatapnya dingin. Anak itu gemetar.
"Namaku, Murata.." Mizuki hanya mengangguk dan menghampiri salah satu kakushi.
"Beri dia seragam." Mizuki menunjuk ke arah Murata.
"Haik! Mizuki-Sama!"
Mizuki mengontrol pembersihan tempat setelah pertarungan. Semua berjalan dengan baik hingga fajar tiba. Shinobu dan Giyuu muncul setelah berduel.
"Bagaimana hasilnya? Siapa yang menang?" tanya Mizuki. Giyuu mengacungkan tangannya. Sedangkan Shinobu kesal.
"Kau harus berlatih lagi untuk melumatkan Giyuu, Shinobu.. Hahahah.." Mizuki tertawa.
"Mizuki-Sannnn~~~!!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Apa kabar sanemi yang masih cemburu?Hmm..
See You!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba Fanfiction : Blue Spider Lily
Fanfiction"Hime-sama.." Begitulah mereka memanggilku.. Menjadi seorang putri pada zaman Sengoku bukan hal yang mudah Menjaga bunga berwarna biru ini menjadi tanggungjawabku. Sampai dia mengejarku Dan terpaksa ku masukan bunga ini dalam mulutku. Kupikir, semu...