Epilog

746 25 0
                                    

Vote and Comment!

>Happy Reading<

****

"Diego...!!!"

"Yes, mom!"

Seorang wanita berdecak kesal. Teriakannya yang seharusnya memanggil anak kecil itu, dibalas dengan teriakan juga olehnya. Ia hanya bisa mendesah lelah. Membutuhkan kesabaran yang ekstra saat ini juga.

"Diego..." panggilnya saat anak itu sudah berdiri di depannya. "Let's go, Diego. You should've lunch, right now. Or your daddy'll mad at you. Okay?"

Anak kecil yang bernama Diego itu hanya memandanginya dan mengerjapkan mata bulatnya dengan lucu. Sangat menggemaskan sekali. "Daddy?" pekiknya riang. Mendengarkan sang ibu berbicara tentang ayahnya, sang anak terlihat lebih aktif. Mata bulatnya berbinar – binar, jangan lupakan dengan gerakan tubuhnya yang lincah. Sesekali melompat – lompat.

"Yes. Daddy akan pulang sebentar lagi. Tetapi sebelum Daddy pulang dan bertemu denganmu, sebaiknya kamu memakan makan siangmu, darling. Okay?"

"Yes, mommy. Let's go, mommy! Let's go!" Ia menyunggingkan senyuman saat sang anak menariknya masuk ke dalam rumah untuk membawanya ke meja makan.

"Pelan – pelan, darling. Jangan berlari dengan menarik mommy. Kau bisa terjatuh nanti!" tegurnya pada sang anak. Namun, tegurannya justru diabaikan oleh sang anak karena terlalu antusias.

"Nyonya..." sambut salah seorang pelayan disana saat ia dan anaknya sampai di ruang makan.

"Mommy, we already here. Where's my lunch, mom?" Ia terkekeh dengan pertanyaan sang anak. Ia mengelus lembut kepala anaknya dengan berkata, "Duduklah di kursi ruang makan. Mommy akan menyiapkan makan siangmu. Pelayan akan mengantarmu. Don't be naughty, okay, darling?" jelasnya.

Dengan lantang, Diego berteriak, "Aye aye captain!" pekiknya, tak lupa dengan tangan yang diletakkan di samping kepala sebagai bentuk tanda hormat.

"Bawa putraku ke ruang makan. Aku sendiri yang akan menyiapkan makan siang." Perintahnya pada para pelayan yang ada disana. Emma – kepala pelayan yang berdiri tak jauh darinya segere menyela. "Tetapi, Nona, Tuan melarang kami untuk membiarkan nona berada di dapur. Biarkan..."

"Tidak, bibi. Biarkan untuk kali ini saja, aku yang turun tangan. Hitung – hitung, untuk menyenangkan perasaan suami." Jelasnya – memberikan senyuman hangat dan menenagkan. "Mike, akan pulang sebentar lagi. Aku akan menyiapkan sekarang."

"Biarkan bibi membantumu, nona." Alina ingin menolak namun, kalah cepat dengan perkataan Emma selanjutnya. "Ya atau saya tidak mengijinkan nona berada di dapur lagi?"

Alina terkekeh. Tak bisa menolak sama sekali, meski dirinya istri dari Mike. Jika dipikirkan lagi, peraturan di mansion ini sudah sangat jelas. Berulang kali ia diperingatkan untuk tidak ke dapur, berulang kali itu pula ia selalu melanggarnya. Mike dan Emma selalu melarangnya. Padahal, ia hanya menyiapkan makanan, bukan untuk menyiapkan bom. Begitu takutnya kah mereka saat ia berada di dapur?

"Baiklah. Terima kasih, bibi."

"Tidak perlu berterima kasih. Ini sudah menjadi tugasku dan pelayan yang lain."

Hanya senyuman yang Alina berikan sebagai balasan, tak ingin berusaha untuk mendebat lagi.

"Makanan apa yang ingin disiapkan untuk Tuan dan Tuan muda?"

Mysterious of Wedding (Completed) [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang