Bagian Ketujuh Belas

594 94 19
                                    


Namjoon menatap kosong kearah depan membiarkan angin yang terasa begitu sejuk membelai lembut wajahnya. Namun semua hal itu tidak memberikan rasa nyaman apapun kepadanya.

Namjoon sudah tiba di sekolah lebih awal daripada siswa lainnya, hal itu tentu saja sempat membuat penjaga sekolah kebingungan saat melihat kedatangan dirinya yang tidak seperti biasanya. Kini dia tengah berada di rooftop, tempat yang paling dia sukai di sekolah ini.

Perkataan Lee Yena juga Luna malam tadi masih terekam dengan jelas dalam ingatan, menghadirkan rasa tidak nyaman serta ketakutan tersendiri pada dirinya yang selama ini selalu berusaha untuk baik-baik saja meski sedang dalam keadaan terjatuh.

Setelah berbicara dengan Yoongi, dia mematikan panggilan itu secara sepihak sembari berharap bahwa mereka tidak akan menemukan dirinya disini, meskipun kemungkinan nya terlalu kecil mengingat rooftop ini juga tempat dirinya beserta kedua temannya itu berkumpul. Meski hanya sekedar untuk menikmati keindahan langit.

Namjoon hanya ingin sendiri. Benar-benar sendiri saja disini. Namjoon tidak ingin mereka melihat dirinya dalam keadaan kacau seperti ini, dia tidak ingin mendapatkan tatapan kasihan dari kedua temannya itu. Bukan, lebih tepatnya tatapan sendu mereka yang justru hanya akan semakin menambah lukanya.

Namjoon menoleh, menatap kearah yang merupakan tempat dimana dia melakukan penusukan kepada Jin. Tempat dimana menjadi saksi saat teman baiknya itu hampir merenggang nyawa karena ulahnya, juga tempat dimana dia mengubah hidup semuanya bahkan termasuk dirinya sendiri.

Bibir Namjoon nampak bergetar lantas dia pun berjalan dengan langkah yang terasa berat menuju tempat dia melakukan penusukan. Hingga saat sudah sampai, dia tidak mampu menahan berat tubuhnya lagi. Tubuhnya luruh dengan tatapan yang semakin sayu.

Tangannya yang bergetar mengusap dengan pelan lantai yang masih terdapat noda darah milik Jin, kedua matanya terasa panas namun dia tidak ingin menjatuhkan air matanya lagi.

Namjoon masih ingat, bagaimana wajah pucat temannya saat pisau itu menembus begitu dalam tubuhnya, sampai akhirnya kedua mata milik seseorang yang pernah menjadi orang yang paling mengerti dirinya terpejam dengan erat. Seakan tidak akan pernah mau membukanya kembali. Dan, hari itu dia begitu bodoh juga gelap mata, hingga dia pun ikut menghancurkan kehidupan seseorang lagi, selain Jin.

Jika dihitung, sudah berapakah dosa yang dia lakukan sampai saat ini ?

Sudut bibir Namjoon terangkat, membentuk sebuah senyuman miris yang menyesakkan hati.

"Kalau saja kau bersedia untuk mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti saat ini Jin. Kau tidak akan terluka dan aku tidak akan semakin tumbuh menjadi monster yang mengerikan! Kalau saja kau pintar sedikit maka hidup ku akan tetap baik-baik saja sekarang!" Ucap Namjoon dengan penuh penekanan.

Kedua tangannya tampak mengepal dengan tatapan yang kini berubah tajam menatap kearah noda darah milik Jin.

"Hahaha...Menggelikan sekali hanya karena seorang wanita kau merusak pertemanan kita selama ini. Hanya karena wanita itu kau sampai menuduh ku melakukan hal gila yang bahkan tidak pernah aku lakukan! Haha. Padahal kau adalah orang yang paling mengerti diriku, tapi hanya karena seorang wanita kau jadi seperti itu! Dasar gila!"

Namjoon tertawa seperti orang yang kehilangan akal. Disetiap tawa yang terurai, air mata pun menyertainya, menambah kesedihan yang tengah menghimpit rongga dadanya.

"Dasar orang-orang bodoh! Orang dewasa sialan yang selalu berbuat seenaknya! Haha. Ah aku lupa, bukankah aku juga sudah berbuat seenaknya? Ah benar haha. Aku memang monster yang mengerikan. Benar kan Jin ? Aku mengerikan bukan? Jawab aku sialan!"

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang