Bagian Keempat Puluh Satu

486 70 26
                                    


Mungkin sudah lama dia tidak pernah menginjakan kaki di lantai rumah sakit ini. Tidak ada yang berubah bahkan suasana rumah sakit sekalipun.

Di depan ruang Unit Gawat Darurat, Taehyung berdiri dengan hati yang tidak karuan. Matanya mengedar, menatap sekelilingnya. Sekelebat ingatan  saat dia datang ke rumah sakit ini bersama supir taksi dengan membawa Jungkook yang tengah terluka di punggungnya hadir. Hari itu tidak ada yang mendampingi mereka.

Kejadian itu terjadi ketika dia masih kelas lima Sekolah Dasar, sedangkan adiknya berada satu tingkat dibawahnya. Hari itu, Jungkook terjatuh ketika mereka sedang bermain di lapangan dan kepalanya berdarah. Taehyung bahkan masih ingat bagaimana raut wajah kesakitan adiknya dan tangisan ketakutan dirinya.

Tidak ada orang tua yang menemani. Hanya supir taksi yang menemaninya, bahkan membayar biaya rumah sakit. Menyakitkan sekali rasanya ketika mengingat itu semua.

Melihat seorang pasien anak kecil yang didampingi oleh orang tuanya sementara dirinya hanya ditemani orang asing. Adiknya yang terus menangis kesakitan saat itu, harus menahan rasa takutnya sendiri karena dia tidak diperbolehkan masuk.

"Ini semua terjadi karena kau tidak becus menjaga adikmu sendiri! Dasar tidak berguna!"

Taehyung memejamkan matanya. Sore itu, saat Jungkook sudah diperbolehkan pulang, dia masih ingat bagaimana wajah penuh emosi Yunho saat menyambut kedatangan mereka. Saat Yunho meminta maaf dan berterima kasih kepada supir taksi itu, Taehyung fikir Yunho tidak akan marah. Tapi setelah dia mengantar adiknya ke kamar, barulah Yunho meluapkan semua amarahnya.

Taehyung kecil sudah terlalu biasa mendengar cacian dari orang tuanya, bahkan pukulan sekalipun. Tapi sebisa mungkin dia memberikan pengertian yang lebih positif ketika Jungkook menanyakan arti dari umpatan yang sering diucapkan orang tua mereka.

Dia bahkan masih ingat bagaimana kerasnya Yunho memukulnya saat itu lalu menguncinya di dalam gudang karena tidak becus menjaga Jungkook. Taehyung kecil yang malang, dia hanya bisa menangis tanpa suara dan terus berdoa semoga Jungkook baik-baik saja.

Clek!

Suara pintu yang dibuka itu membuat Taehyung tersadar dari lamunannya. Pemuda itu dengan segera menghampiri dokter yang menangani Namjoon.

"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Taehyung khawatir.

"Dimana keluarganya? Ada hal yang harus saya sampaikan kepada keluarganya."

"Itu--mereka sedang ada urusan, dokter. Apakah tidak bisa dokter sampaikan kepada saya saja?"

"Tidak bisa, nak. Saya harus membicarakannya kepada orang tua Namjoon karena ini terkait tentang kondisi Namjoon."

Taehyung mengerutkan keningnya, bingung kenapa dokter ini tahu nama Namjoon?

"Saya akan mencoba mengabari tuan Yunho dan ibu Minji. Kamu bisa menjenguknya di dalam."

"Baik, dokter." Taehyung berucap dengan gugup lantas membungkukkan badannya. Dokter itu pun segera pergi.

"Sepertinya dokter itu sudah sering menangani Namjoon, sunbae," gumam Taehyung.

Taehyung pun membuka pintu lalu masuk ke dalam. Dilihatnya Namjoon yang masih tertidur dengan wajah yang pucat namun damai. Taehyung berjalan mendekat. Dia menatap wajah Namjoon dengan lamat.

Taehyung menarik kursi lalu duduk disamping bangsal Namjoon. Dia tidak tahu harus berbuat apa, namun dia juga merasa sedih saat melihat kondisi Namjoon yang seperti ini.

"Sunbae, kau harus sembuh."

Taehyung berucap dengan lirih. Matanya menatap sendu kearah Namjoon yang masih terpejam. Meskipun Namjoon memang sudah menghancurkan hidupnya, namun dia tidak akan sekejam itu untuk merasa bahagia ketika melihat seniornya  terbaring lemah tidak berdaya seperti ini.

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang