Bagian Ketiga Puluh Delapan

498 77 52
                                    

Hidup manusia tidak akan pernah bisa jauh dari masalah. Sedetik kita bisa merasa tenang, lalu sedetik kemudian masalah akan datang, tanpa bisa dicegah. Ya, mungkin memang pada dasarnya, masalah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Terserah kau mau percaya atau tidak, hidup nyatanya memang tidak bisa jauh dari masalah.

Taehyung menyadari, keputusan nya tidak hanya menumbuhkan luka baru yang akan menganga, namun masalah baru yang tidak pernah dia duga bagaimana hal itu akan terjadi nanti. Apakah parah seperti apa yang dia bayangkan atau justru jauh lebih parah dari apa yang dia bayangkan ? Entahlah. Manusia memang tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi nanti bukan?

Pemuda yang memiliki senyum kotak itu duduk dengan tenang sambil memperhatikan Jungkook yang tengah menatap kearah jalanan. Iya, mereka sedang berada di dalam bus yang akan mengantar mereka menuju sekolah.

Taehyung tersenyum kecil saat melihat almamater yang dia pakai saat ini. Bahkan untuk bisa memakainya, dia dan Jungkook harus berada dalam perdebatan. Jungkook----adiknya itu melarang dia untuk sekolah. Anak itu takut terjadi sesuatu jika dia masuk sekolah hari ini.

"Aku juga takut," gumam Taehyung yang membuat Jungkook menoleh.

"Hyung takut apa?" tanya Jungkook yang membuat Taehyung tersentak.

"Hyung takut kau menikah duluan. Habisnya adik hyung ini tampan sekali walau hanya dilihat dari samping seperti ini."

Otak Jungkook berhenti berproses beberapa saat namun sedetik kemudian tawa merdu mengalun dengan indah.

"Hyung jangan menggodaku. Aku tahu wajah ku tidak setampan wajah mu itu. Menyebalkan sekali, " ucap Jungkook sambil cemberut. Taehyung terkekeh.

"Aku tidak sedang menggodamu. Adikku kan memang tampan."

Jungkook menatapnya sebal yang mana membuat Taehyung tertawa pelan.

"Iya, hyung akan berhenti."

"Memang harusnya berhenti."

Taehyung tersenyum, senang sekali rasanya bisa menggoda adiknya sampai dia kesal seperti ini. Rasanya sudah lama dia tidak membuat Jungkook cemberut.

Getar pada handphone nya membuat Taehyung dengan segera mengambilnya. Mata Jungkook terus menatap kearah handphone yang sangat asing    dipenglihatannya itu.

"Ponsel hyung baru ? Kapan hyung membelinya ?" tanya Jungkook bingung.

"Bukan membeli, tapi diberi. Salah satu keluarga teman satu sel hyung mengirim handphone ini untuknya tapi teman hyung menolak dan memberikan nya kepada hyung sebagai hadiah karena sudah bisa bebas."

Jungkook hanya mengangguk saja, hal itu membuat Taehyung diam-diam menghela nafas lega.

"Baik sekali ya, sampai memberi hyung ponsel yang bagus seperti itu. Aku tahu itu sangat mahal."

"Iya, dia memang baik dan hyung bersyukur atas itu," ucap Taehyung sambil tersenyum.

Setelah memastikan Jungkook tidak lagi menatap kearahnya, Taehyung pun mengecek pesan yang masuk. Dari Namjoon.

"Jam istirahat pertama, temui aku di atap."

Taehyung menghela nafasnya lantas kembali memasukkan handphone itu ke dalam saku almamaternya.

"Siapa hyung?"

"Hanya operator."

"Ah, begitu. Baiklah."

Taehyung hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

******

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang