Bagian Ketiga Puluh

578 87 38
                                    


"Sebenarnya apa yang mereka sembunyikan? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apapun?"

Jungkook terduduk di lantai dengan punggung yang menyender pada kasur nya. Dia saat ini hanya memakai baju lengan pendek dan celana pendek berwarna hitam. Tangan kanan nya saat ini tengah memegang benda tajam kecil yang sering kali disebut silet.

Tangan Jungkook sudah rusak oleh luka sayatan yang selalu dia ciptakan disana, namun hal itu tentu saja tidak membuat dia berhenti untuk berkarya pada tubuhnya sendiri.

"Apa karena aku bodoh ya?"

Tangan kiri nya sudah basah oleh darah yang mengalir dari sayatan yang dia buat. Jungkook tidak habis akal, kini dia menggoreskan silet itu pada kaki nya. Biarlah jika dia terancam sampai kehabisan darah, dia hanya butuh ketenangan.

Dia hanya tidak habis pikir. Jika kalian berada di posisi nya bagaimana perasaan kalian? Kalian seolah-olah dibuat menjadi manusia yang paling bodoh karena tidak dapat mengerti apapun yang terjadi sekalipun kalian sudah diberi petunjuk. Tapi petunjuk yang diberi justru semakin membuat kalian bingung.

Jungkook hanya ingin tahu kebenarannya saja. Dia hanya ingin bisa mendapatkan keadilan untuk kakak nya saja, tapi mengapa harus serumit ini ? Mengapa dia harus menghadapi berbagai masalah seperti ini?

"Semuanya sama saja. Taetae hyung sama saja! Jimin hyung semuanya sama saja! Jadi siapa yang salah sebenarnya? Rasanya seolah aku yang menjadi tokoh antagonis dalam drama dunia ini. Tapi mengapa bisa?"

Sret!

Lagi. Sayatan panjang dia ciptakan di paha nya, membiarkan darah kembali mengalir dari luka sayatan itu.

"Kenapa semuanya membuat aku bingung? Rasanya seolah mereka senang sekali jika aku tidak tahu apapun tentang apa yang sebenarnya terjadi. Oh ayolah, aku hanya meminta mereka berkata jujur dan Taetae hyung bisa bebas dengan nama yang kembali bersih. Tapi kenapa banyak sekali drama yang harus aku hadapi setiap harinya?"

Trang!

Jungkook melempar silet itu kesembarang arah. Dia terdiam, tanpa peduli pada darah yang tidak berhenti mengalir. Bahkan abai pada rasa perih dan sakit yang tengah menjalar. Jiwa nya jauh lebih sakit.

Kau tahu? Luka jiwa memerlukan waktu yang lama untuk sembuh, berbanding terbalik dengan luka fisik yang cenderung memerlukan waktu yang singkat. Bukan hanya tentang waktu yang menjadi persoalan, namun tentang bekas dari luka itu yang nanti nya menjadi persoalan selanjutnya. Luka fisik akan meninggalkan bekas luka yang lama kelamaan akan hilang, bisa karena faktor waktu atau obat untuk penghilang bekas luka, tapi bekas luka jiwa? Tidak terlihat namun menyiksa karena bekas luka jiwa berpeluang besar menumbuhkan kembali luka yang sempat sembuh itu.

"Aku sudah gila atau bagaimana sebenarnya? Aku bingung."

Jungkook menggelengkan kepalanya lantas terkekeh. Dia memeluk lututnya sendiri, sepi, dia sangat kesepian sekali saat ini.

"Terlalu menyakitkan Tuhan. Aku tidak tahu apakah aku ini masih hidup atau sudah mati sebenarnya? Semuanya bersikap seolah menguatkan aku, meyakinkan aku untuk terus bertahan, tapi kenapa kenyataan mu selalu saja menampar ku dengan begitu keras ? Sakit Tuhan. Aku tidak sanggup."

Hening menyelimuti namun jarum jam terus berputar. Waktu terus berjalan maju namun Jungkook hanya terdiam membisu. Air matanya tidak jatuh, sunguh! Bahkan rasanya dia tidak memiliki alasan lagi untuk menangis.

Dia bertahan untuk mendapatkan keadilan untuk Taehyung, untuk membela kakak nya. Namun sekarang, siapa yang sedang dia bela sebenarnya? Sementara semuanya seolah bersikap seolah apa yang dia lakukan hanya akan sia-sia saja.

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang