Bagian Kedua Puluh Enam

576 91 20
                                    


"Aku akan memasak. Kau bisa beristirahat," ucap Sejin kepada Jungkook yang saat ini tengah duduk termenung. Ya, mereka saat ini sudah berada di tempat tinggal Jungkook. Meski sempat terjebak hujan, namun syukurlah mereka sampai ke rumah tanpa kebasahan.

"Hyung bisa pulang saja. Aku hanya ingin sendiri disini."

Sejin menggelengkan kepalanya. Dia berjongkok di depan yang lebih muda.

"Kau bilang, tidak ada yang baik-baik saja bukan? Karena itulah aku akan menemani mu sampai kau merasa kembali baik-baik saja," ucap Sejin lembut.

Jungkook tersenyum miris.

"Aku tidak akan pernah baik-baik saja. Sampai kapanpun."

"Kau seyakin itu?" Tanya Sejin.

"Lalu harus bagaimana? Jika memang kenyataannya seperti itu aku harus apa ?" Balas Jungkook.

"Love yourself, Jungkook-ah."

"Untuk apa mencintai diriku yang sudah hancur ini? Tidak ada gunanya sama sekali."

Sejin tercekat ditempatnya.

"Selama ini aku tetap bertahan demi siapa? Jika saja aku tidak memikirkan kakak ku, aku pasti sudah gila sejak lama! Orang normal macam apa yang mau tetap bertahan jika berada di posisi ku hyung?! Aku gila! Aku sudah gila hyung!"

Tangan Jungkook bergerak mengacak dan menarik surai hitamnya. Hal itu tentu saja membuat Sejin terkejut dan dengan cepat menahan tangan Jungkook.

"Jangan lukai dirimu disaat jiwa mu sedang terluka. Aku sudah memberitahu mu bukan?"

Jungkook menatapnya sendu.

"Lalu aku harus apa?" Lirihnya.

"Salah satu alasan mengapa aku bertahan justru malah menolak bantuan ku! Kakak ku bahkan menyuruh ku untuk hidup dengan baik! Dia menolak untuk aku carikan pengacara! Dia lebih memilih mendekam disana daripada tinggal bersama ku! Dia egois hyung! Dia egois!"

"Tapi aku yakin masih ada cara lain untuk membujuk kakak mu. Aku yakin itu," ucap Sejin.

"Cara apa ? Dia bahkan sudah tidak peduli lagi kepada ku. Jika dia peduli, tentunya dia akan senang saat aku akan mencarikan pengacara! Dia akan semangat untuk bebas! Tapi apa? Dia justru menyuruh ku untuk fokus pada kehidupan ku! Sampai saat ini dia tetap bungkam bahkan aku yang merupakan adik kandung nya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi! Dia sama saja seperti orang tua ku yang brengsek itu! Semuanya memang ingin membuangku!"

Sejin menggelengkan kepalanya. Dia memegang kedua pundak Jungkook dengan kuat, lalu menatap tepat pada mata anak itu.

"Jangan seperti itu. Kau hanya sedang emosi saja, Jungkook-ah. Tenanglah," ucap Sejin lembut.

Jungkook menepis tangan Sejin. Dia menatap Sejin dengan tajam.

"Iya! Aku memang emosi! Tapi aku tidak bercanda saat aku mengatakan dia seperti kedua orang tua ku yang brengsek! Itulah kenyataannya! Keluarga ku memang tidak ada bedanya!"

"Kau tidak bisa mencap buruk seseorang hanya karena satu kesalahan. Jangan sampai hanya karena satu kesalahan kau melupakan kebaikannya dengan begitu mudah. Tenanglah."

Jungkook menundukkan kepalanya. Benar, apakah dia sudah bertindak keterlaluan?

"Jungkook-ah, emosi boleh, itu memang sesuatu hal yang tidak boleh ditahan, tapi bukan berarti harus meledak-ledak dan membuat mu begitu gelap mata. Pikirkan dengan kepala yang dingin, jangan sembarangan menghakimi jika pada akhirnya kau hanya akan menyesal."

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang