Bagian Kedua Puluh Empat

578 84 17
                                    


"Yak Kim Namjoon!"

Hoseok dengan cepat berlari lantas menahan tangan Namjoon saat pemuda itu sudah akan menghentikan sebuah taksi.

"Kau mau kemana? Kau tidak bisa pergi begitu saja. Perhatikan keadaan mu!" Ucap Hoseok.

"Tapi ini penting Hoseok-ah!"

"Sepenting apa sampai kau melepas infus mu? Kau itu---"

"Kau tahu dimana tempat tinggal Jungkook ?" Potong Namjoon.

"Mwo?"

"KAU TAHU ATAU TIDAK!"

Lagi dan lagi Hoseok dibuat tersentak. Dia terkejut karena tidak biasanya Namjoon seperti ini. Lagipula apa hubungannya Jungkook dengan pesan tadi?

"Aku tidak tahu. Waktu itu dia pernah bercerita kalau orang tua nya akan berpisah dan dia tidak tinggal lagi bersama mereka. Aku tidak tahu dimana tempat tinggal dia yang baru."

Namjoon mengusap wajahnya kasar. Hal itu tentu saja membuat Hoseok semakin bingung.

"Memangnya kenapa? Kenapa kau bertanya tentang Jungkook?"

"Telepon nomor tadi."

"Mwo?"

Namjoon berdecak. Dia kembali merebut handphone Hoseok lantas menelepon nomor yang mengirim pesan tadi. Satu kali panggilan tidak ada jawaban, namun Namjoon tidak menyerah dia terus menelepon nomor itu.

Hoseok hanya bisa pasrah saja jika pulsa nya akan habis, tapi dia juga bisa mengisinya kembali nanti.

Namjoon berdecak saat panggilan untuk kesekian kalinya tidak ada jawaban.

"Kalau tidak diangkat lagi, kita ke kantor polisi sekarang."

"Heh! Untuk apa kesana?"

Namjoon tidak menjawab. Dia sibuk menelepon kembali. Dia terlihat cemas karena takut panggilannya tidak mendapatkan jawaban kembali.

"Kau mengganggu."

Deg!

Namjoon membeku saat mendengar suara yang mengangkat panggilannya.

"Hei kenapa? Siapa dia?"

"Ck! Kalau tidak mau bicara lebih baik aku tutup saja."

"Lee Eunwoo."

Hoseok membelalakan matanya. Bahkan saking terkejutnya seolah bola matanya akan keluar dari tempatnya detik itu juga.

"Oh Kim Namjoon? Ah berarti kau sudah membaca pesan ku?"

"Apa maksud mu sebenarnya? Kau tidak puas sudah membuat aku dan Jin bermusuhan?!"

"Hahaha...Pikir saja sendiri. Sudah baik aku memberitahu mu sesuatu. Ah, bagaimana kalau foto itu aku sebar saja?"

"Jangan macam-macam. Aku tahu kau membenci ku, tapi kau sudah kelewatan! Sebenarnya apa yang kau mau ?! Kau disuruh seseorang hah?!"

"Kau berani bayar berapa?"

"Maksud mu? Kau benar disuruh oleh seseorang hah?!"

"Bagaimana ya mengatakannya. Kau mau membayar ku berapa?"

"Astaga! Sialan kau! Aku akan mencari tahu sendiri!"

"Oh ya? Ah baiklah silakan saja. Tapi apakah kau tidak ingin tahu siapa yang sudah merencanakan semuanya? Kehamilan Lee Yena?"

"Kau?! Bagaimana bisa? Ah Sialan! Jangan bilang kalau kau yang sudah menjebakku dan Lee Yena!"

"Kau mau bayar berapa?"

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang