Bagian Keempat Puluh Delapan

743 80 23
                                    

Taehyung dengan lemas keluar dari taxi bersama dengan Jimin yang masih setia mengikutinya. Pemuda pemilik senyum kotak itu berjalan dengan lunglai sampai Jimin khawatir dia akan jatuh begitu saja jika dia lengah sebentarpun.

"Sejuk sekali ya disini."

"Iya, lain kali kita kesini lagi ya, hyung. Dari setiap bagian yang ada di taman ini, aku lebih suka dibawah pohon ini. Nyaman."

"Iya, nanti kita kesini lagi."

Taehyung tersenyum miris. Dia dengan sekuat tenaga yang masih dia miliki berjalan menuju pohon lalu duduk dibawahnya. Dia menyenderkan punggung yang lelah itu ke pohon, lalu memejamkan matanya. Rasanya dia sudah tidak memiliki tenaga lagi bahkan hanya untuk sekedar menghirup udara di taman ini.

"Tae," suara Jimin menyapanya. Dia duduk disamping Taehyung. Menatap wajah lelah sang teman yang kentara sekali terlihat.

"Tae, kau baik---"

"Aku tidak baik-baik saja, Jim. Aku terluka. Rasanya seperti lebih baik aku mati saja."

Jimin tertegun mendengarnya. Baru kali ini Taehyung berterus terang tentang keadaan dirinya tanpa menutupinya dengan terus mengatakan jika dia baik-baik saja.

"Disini----aku memberitahu dia semuanya disini, Jim. Semuanya berjalan baik. Kami bahkan berjanji akan bahagia bersama dan akan datang ke taman ini lagi. Semuanya baik-baik saja, Jim, tapi kenapa sekarang malau kacau lagi ? Kenapa dia kembali menyalahkan aku lagi, Jimin?"

Air mata Taehyung jatuh dan Jimin terluka ketika melihatnya.

"Aku tahu aku salah, Jim, aku pengecut. Dia benar, seharusnya aku memberitahunya sejak awal maka semuanya tidak akan rumit seperti ini. Tapi, tidakkah dia mengerti ketakutan ku, Jim? Apakah dia tidak tahu seberapa keras aku meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja jika aku memberitahukan segalanya kepada dia? Tapi kenapa dia seolah menyalahkan semuanya kepadaku, Jim? Apa benar aku yang bersalah atas semua yang terjadi, Jim?"

Jimin menggelengkan kepalanya dengan air mata yang jatuh.

"Tidak, Taehyung teman ku tidak salah. Semua yang terjadi bukan salahmu. Jungkook hanya emosi, dia hanya terlalu khawatir kepada Luna ahjuma jadi dia bersikap seperti itu. Kau tidak salah, sama sekali tidak salah."

Taehyung membuka matanya. Dia menatap Jimin dengan sayu.

"Lelah sekali Jim, aku lelah."

Air mata Jimin jatuh lagi. Apalagi saat Taehyung menjatuhkan kepalanya diatas paha Jimin. Temannya itu meringkuk seperti janin. Badannya bergetar hebat, dan isakannya membuat tangis Jimin juga pecah.

"Semua yang aku lakukan tidak berarti apa-apa, Jim hiks. Aku hanya membuat semuanya kacau. Aku kira aku sudah melakukan semuanya dengan baik, aku sudah kira aku sudah membuat adikku bahagia hiks. Tapi semuanya salah, Jim. Aku tidak pernah membuatnya bahagia," ucap Taehyung dengan isakannya.

"Tidakkah kau tahu kalau semua hal yang kau lakukan demi kebaikan ternyata selalu berakhir menyakitiku? Kau ingin membunuhku ya?"

Taehyung menutup kedua telinganya dengan tangan yang bergetar.

"Dia bahkan menganggap semua yang aku lakukan karena aku ingin membunuhnya! Ya Tuhan, Jim, selama ini aku menjaganya, aku membesarkannya, tapi kenapa dia bisa berfikir seperti itu? Apakah aku kurang baik dalam mendidiknya ? Apa yang harus aku lakukan, Jim? Tolong beritahu aku apa yang harus aku lakukan. Aku lelah sekali, Jim."

Tangan Jimin dengan lembut menarik tangan Taehyung yang menutup kedua telinganya lalu menggenggamnya.

"Dengarkan aku," ucap Jimin dengan suara yang bergetar. Kedua mata mereka bertemu.

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang