Bagian Kedua Puluh Delapan

546 93 26
                                    


"Jungkook-ah tunggu!"

"Lepas!" Sentak Jungkook. Dia menepis tangan Jimin yang mencoba menahannya. Jungkook menatap Jimin dengan mata yang memerah.

"Apalagi yang akan kau katakan? Memang ya, hyung itu hanya mementingkan diri sendiri."

"Aku tidak seperti itu."

"Kau iya! Kau bahkan berbohong tadi! Menjawab tidak padahal kau juga ikut terlibat dalam kejadian itu. Meskipun kau hanya menyaksikan tetap saja kau berada disana. Kenapa sulit sekali untuk mengakuinya?"

"Jungkook, kau tidak mengerti."

"Kau yang tidak mengerti hyung! Sekalipun aku mencoba untuk mengerti, kau juga tidak bisa untuk mengerti aku bukan?"

Jimin mengepalkan kedua tangannya. Ingatannya memutar kejadian kemarin, dimana dia mendengar teriakan Namjoon tentang kenyataan bahwa ibu pemuda yang ada dihadapannya ini akan menjadi ibu tiri dari senior nya itu.

"Lalu kau ingin aku bagaimana? Kau kira aku ingin seperti ini? Kau kira menjadi aku mudah?"

"Lalu kau pikir menjadi aku mudah ?" Balas Jungkook. Jimin terdiam, hal itu jelas membuat Jungkook tertawa pelan.

"Kau seolah paling terluka, paling tersakiti seolah kau korban. Padahal nyatanya korban sebenarnya adalah aku dan kakak ku! Kau kira ini lucu? Apa mereka memberi mu uang supaya kau tetap bungkam? Ah, kalau begitu katakan saja kepada ku berapa yang harus aku bayar. Kau tenang saja hyung, aku juga punya banyak uang. Sebutkan saja berapa yang kau mau."

"Kau pikir aku serendahan itu?"

"LALU KENAPA SIALAN?!"

Jimin tersentak. Kaget bukan main dengan teriakan Jungkook.

"Lalu kenapa hyung ? Jika bukan karena uang kenapa kau diam saja? Kakak ku teman mu kan? Kalian selalu bersama-sama bahkan bekerja di tempat yang sama. Apalagi yang membuat mu harus ragu untuk membantu nya? Bahkan jika bisa dibilang, kakak ku lebih banyak menghabiskan waktunya bersama mu dibandingkan aku. Bahkan di hari libur pun, dia tetap pergi bekerja bersama mu bukan ? Kau pasti mengenalnya lebih baik daripada aku hyung. Kenapa kau terus diam saja sementara kakak ku menderita disana?" Tanya Jungkook dengan penuh penekanan.

"Karena percuma!" Bentak Jimin.

"Mwo?"

"Kau tanya kenapa aku hanya diam saja dan tidak membantu kakak mu itu kan? Jawabannya karena percuma! Jika aku membuka mulut dan menceritakan semuanya sampai mulut ku berbusa sekalipun, semuanya hanya akan sia-sia saja. Percuma! Kakak mu tetap tidak akan bisa bebas dari sana!"

Jungkook menatap Jimin tidak mengerti.

"Apa maksud mu sebenarnya? Ah, atau ini hanya kebohongan mu yang lainnya ? Kau mencoba mengalihkan pembicaraan?"

Jimin mendecih.

"Lihat dirimu. Kau bahkan tidak percaya dengan apa yang aku katakan, lalu kenapa kau terus memaksa ku untuk berbicara?"

"Karena aku tahu kau bohong!"

"BOHONG APA SIH SIALAN?!"

Jimin menunjuk ke segala arah dengan rahang yang mengeras.

"Apa kau lihat sekitar mu? Apa pihak sekolah mendalami kasus ini ? Tidak bukan? Lihat sialan! Bahkan hari ini semuanya tampak tenang, tidak ada informasi bahwa akan ada pemeriksaan lagi dari pihak kepolisian! Kau mendapatkan pesan dari wali kelas mu hah? Apakah dia bilang bahwa hari ini akan ada pemeriksaan lagi? Tidak kan? Pakai otak mu! Pekalah sedikit Jungkook-ah! Atau jika kau ingin, coba saja tanya pada wali kelas mu atau wali kelas ku! Bagaimana tentang perkembangan kasus ini? Aku yakin kau akan terkejut dengan jawaban mereka."

Justice For My Brother [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang