Chapter 9

3.4K 719 108
                                    


"Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun, kenangan dan perasaannya tinggal terlalu lama." - Fiersa Besari

🌿

"Gimana magang di tempat lo? Lancar?" tanya Amel saat main ke flat Hani.

"Lancar, sih," jawab Hani malas-malasan.

"Gimana perkembangan hubungan lo sama Bang Evan?"

Hani menatap hampa pada Amel yang sedang asyik menggeledah isi kulkasnya.
Mendengar nama Evan disebut, mau tak mau mengorek luka hati Hani.

"Gue udah mutusin buat ngelupain dia."

Amel terkejut mendengar penuturan Hani. Ia menghentikan kegiatannya dan buru-buru menghampiri Hani yang duduk di pinggir ranjang.

"Emang kenapa? Bukannya selama 3 tahun ini lo gigih banget buat ngejar dia?"

"Buat apa buang-buang waktu untuk menunggu hal yang nggak pasti? Daripada perasaan gue semakin hancur," ujar Hani sok puitis.

Amel menempelkan telapak tangannya di dahi Hani. Tidak panas, pikirnya.

"Lo kenapa? Kok tiba-tiba jadi pujangga musiman?"

"Kemarin gue nyatain perasaan gue ke dia, tapi dia nolak gue," ujar Hani lesu.

"Udah gue tebak, sih. Terus sekarang rencana lo apa?"

Terbit rasa kasihan Amel pada sahabatnya ini, padahal ia pernah berjanji akan menepoki Hani jika sampai ia terluka karena Evan.

"Gue mau nyari cowok, siapa ajalah! Yang penting dia mau sama gue," ujar Hani pasrah.

"Serius lo? Gimana kalau si Edgar? Lo kan udah ngerasain ada di posisinya si Edgar, mencintai sepihak aja, nggak ada salahnya lo nerima dia," saran Amel.

Hani tampak memikirkan saran Amel. Dahinya berkerut, kemudian ia menggeleng .

"Tapi gue pikir-pikir kasian juga itu anak kalau cuma gue jadiin sebagai pelarian aja," ujar Hani ragu.

"Gimana sih, lo? Plin-plan!" cibir Amel.

"Mana besok ulang tahun gue, padahal gue berharap banget bisa jadian sama bang Evan sebagai hadiah ultah gue yang ke 21," gerutu Hani.

Ia merebahkan badannya  di ranjang, menatap hampa langit-langit kamarnya. Amel mengikuti berbaring di sampingnya.

"Udah, daripada lo sedih gimana kalau pas ultah lo kita ke Dufan?" hibur Amel.

"Bosen gue, Mel! Setiap ultah lo bawa ke Dufan mulu," tolak Hani.

"Emang mau kemana lo? Maldev?" cibir Amel.

Suasana hening sejenak, mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing. Tiba-tiba Amel membahas masalah Axel.

"Gimana Bang Axel di kantor? Galak nggak?"

"Jangan ditanya! Hari pertama kerja aja gue udah didamprat, disuruh lembur lagi," gerutu Hani.

Amel tertawa mendengar keluhan Hani. Ia memang sudah mengenal karakter Axel yang tegas dan tak suka berbasa-basi.

"Emang orangnya kayak gitu kalau masalah kerjaan, perfeksionis," terang Amel.

"Mel, beneran abang sepupu lo itu jomblo dan nggak pernah pacaran?" tanya Hani kepo.

"Emang nggak pernah, kenapa?"

"Lo yakin dia normal?"

"Sembarangan lo ngatain abang gue, gue sumpahin lo jatuh cinta sama dia," ujar Amel tidak terima.

Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang