Sesampainya di bandara Axel mengajak Hani menemui Denis dan istrinya, mereka sudah menunggu dari tadi.
"Siapa nih, Xel? Pacar lo, ya?" tanya Listy, istrinya Denis.
Listy adalah seorang wanita kisaran 25 tahun yang cantik dan terlihat ramah. Sangat serasi jika disandingkan dengan Denis. Sama-sama cantik dan tampan.
"Dia anak magang di kantor," jawab Axel
Listy meneliti penampilan Hani. Cantik dan imut, sepertinya juga berkepribadian baik, pikir Listy.
"Gue kira cewek lo," canda Listy.
Pantas saja Listy mengira begitu, selama ini ia belum pernah menemukan Axel dekat dengan cewek manapun.
"Anaknya cakep amat, Kak?" ujar Hani sambil mengamati bayi yang ada di gendongan Listy.
"Ya jelas dong, lo nggak liat siapa bapaknya?" sela Denis.
Hani mengamati wajah Denis, kemudian beralih ke bayi mungil itu, mencari letak kemiripan mereka berdua.
"Kok, nggak mirip sama lo, Bang?" cibir Hani.
Menurut Hani bayi laki-laki mungil itu lebih mirip dengan ibunya. Mendengar penuturan Hani, Denis menjadi berang.
"Terus lo mau bilang nih anak ketuker di rumah sakit, gitu?"
Axel yang melihat Hani dan Denis yang bersiap baku hantam segera melerai. Listy tertawa melihat ulah keduanya.
"Udah, jangan berantem. Udah dipanggil tuh, gue tinggalin juga lo berdua," ujar Axel seraya menuju boarding pass.
🌿
Di dalam pesawat ....
"Lo udah pernah naik pesawat 'kan?" tanya Axel setelah meletakkan tas bawaan Hani di atas.
Di balik sikapnya yang dingin dan juga jilid, Axel memang tipe laki-laki yang gentleman terhadap perempuan, pikir Hani.
"Belom."
Axel mengamati wajah Hani yang agak pucat, ia juga jadi pendiam. Padahal biasanya selalu saja keluar celotehan dari mulutnya.
"Tegang amat, lo kenapa?" tanya Axel yang merasa aneh dengan gelagat Hani.
"Tau nih, perut gue mual."
Hani memijat tengkuknya dan mengusap keningnya. Keringat dingin mengucur di dahinya. Axel jadi khawatir melihat keadaannya.
"Jangan bilang lo mabok naik kendaraan," tebak Axel.
"Iya, sih."
Hani merasa mual karena mencium bau AC dan pewangi ruangan. Bisa-bisanya dia mabok kendaraan, padahal pesawat ini masih di darat.
"Kenapa lo nggak bilang? Nyesel gue ngajakin lo. Taunya sama aja kayak si Amel, dewa mabok. Tapi kemaren pas di Dufan lo baik-baik aja?"
Axel mencari sesuatu di saku jaketnya, ia tampak panik sendiri. Setiap ia bergerak bau parfumnya semakin tercium oleh Hani.
"Tau nih, apa karena bau parfum lo, ya? Lo pakai minyak bibit, ya? Baunya nyegrak banget," ujar Hani seraya menutup hidungnya.
"Enak aja! Nggak bisa bedain parfum mahal lo?"
Axel menyerahkan minyak angin roll on aroma terapi yang ditemukannya di saku jaket. Untung saja dia membawanya.
"Pala gue keliyengan, nih," keluh Hani.
Hani mengoleskan minyak angin itu ke pelipisnya, juga ke bawah hidungnya. Ia merasa agak baikan setelahnya.
"Biasanya kalau gue pusing dipijitin sama mama," ujar Hani seraya mengoleskan minyak tersebut ke jidatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Magang (Complete)
Romance"Move on itu pilihan. Gagal move on itu cobaan. Pura-pura move on itu pencitraan." Hani Aulia "Jika kamu melupakanku, aku mungkin kehilangan orang yang tidak peduli padaku, tapi kamu kehilangan orang yang sangat peduli padamu." Axel Pratama. "Cinta...