Chapter 21

2.9K 530 11
                                    

"Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...
MencintaiMu harus menjadi aku,"
Sapardi Djoko Damono

🌿

Hani mendengar seseorang menekan bel pintu kamarnya. Ia yang sedang memasak mi instan bergegas meninggalkan dapur untuk membuka pintu.

'Pasti Bang Axel,' pikir Hani.

"Aku masak mi instan, kamu mau nggak?" ujar Hani sembari membuka pintu tanpa melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Bang Evan? Ngapain kok malem-malem ke sini?" tanya Hani kaget.

"Kenapa? Lo nggak seneng gue ke sini? Gue cuma mau ngasih ini, titipan dari Tante Wardah."

Evan baru saja pulang dari rumah orang tuanya. Ia mengulurkan tas plastik berisi makanan kepada Hani.

"Sory, ya. Kalau mama udah ngerepotin," ujar Hani sembari menerima titipan dari mamanya.

"Han, gue boleh nanya nggak?" tanya Evan ragu. Ia masih berdiri di depan pintu, karena Hani tidak menawarinya masuk.

"Nanya apa?" Hani balas bertanya.

"Lo ... beneran pacaran sama Axel?" tanya Evan pelan dan berhati-hati.

"Bisa dibilang gitu," jawab Hani ragu.

"Kok, nggak jelas gitu?"

Evan keheranan sambil mengerutkan dahinya. Seketika terbit rasa peduli dalam dirinya, ia takut Hani menjalani pergaulan bebas.

"Kami nggak pacaran, tapi kami serius kok," ujar Hani yang semakin membuat Evan bingung.

"Tunggu bentar! Maksud lo gimana, sih?" tanya Evan sambil menggaruk dahinya.

"Ya gitu," jawab Hani malas.

"Hubungan tanpa status?" tebak Evan.

"Iya kali," jawab Hani seadanya.

"Han, gue cuma mau ngasih saran aja sama lo ..." Evan menghela nafas sebelum meneruskan bicara.

"Gue udah dewasa, Bang. Gue ngerti mana yang baik dan buruk buat diri gue," potong Hani cepat.

"Iya, gue tau. Gue cuma nggak mau lo sakit hati aja karena dimainin sama cowok. Lo 'tuh masih polos," ujar Evan tulus.

"Bang Axel baik kok," bela Hani. Terus terang ia merasa sedikit tersinggung dengan perkataan Evan. Dari kata-katanya seolah dia menganggap Axel bukan pria yang baik.

"Kalau dia baik kenapa dia gantungin lo kayak gini? Dia itu nggak serius sama lo," ujar Evan lagi.

"Gue yang minta," potong Hani spontan.

"Apa?" tanya Evan kaget.

"Asal lo tau, ya! Justru Bang Axel itu pingin serius sama gue, dia mau nikahin gue. Tapi gue nggak mau, jadi gue minta lo berhenti nuduh dia," ujar Hani kesal. Ia merasa Evan terlalu mencampuri urusannya.

"Gue cuma khawatir sama lo, Han," terang Evan.

"Gue bisa jaga diri, jadi gue minta lo berhenti khawatirin gue," tegas Hani.

"Oke, gue sadar gue bukan siapa-siapa lo. Tapi kalau dia sampai nyakitin lo, bilang sama gue," ujar Evan sebelum pergi meninggalkan kamar Hani.

Hani menatap punggung Evan yang pergi meninggalkannya.

Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang