chapter 48

2.3K 359 2
                                    

Tiba saat Hani wisuda, dari pagi Hani udah rempong make up.

"Bang, aku udah cantik, belom?" tanya Hani untuk kesekian kali.

"Kamu udah nanya lima kali, loh! Nanya sekali lagi aku kasih hadiah payung cantik!" jawab Axel kesal.

"Payung biasa ajalah! Soalnya aku udah cantik," narsis Hani.

"Ya, gitu juga boleh," cibir Axel.

"Kok nggak ikhlas amat mujinya?"

"Lagian kamu ngapain sih dandan cantik-cantik? Demi si Edgar itu, ya?" tebak Axel.

"Kok demi dia? Ya biar bagus lah di foto, buat kenang-kenangan," bantah Hani.

"Yakin?"

"Kamu makin lama makin posesif, deh!" gerutu Hani.

"Biarin, wajar lah! Aku 'kan emang suami kamu,"

Sesampainya di tempat wisuda ....

"Baru dateng lo? Gue tungguin dari tadi," sambut Amel.

"Tadi macet di jalan."

"Tau, nggak? Cuma lo mahasiswi di angkatan kita yang datang ke wisuda sama suami."

"Iya juga, sih!" Hani melirik ke arah Axel.

'Untung suami gue cakep,' batin Hani.

"Foto sama yang lain, yuk?" ajak Amel.

"Bang, aku ke sana dulu, ya?" pamit Hani.

"Iya."

Dari kejauhan Axel memperhatikan Hani yang sedang foto-foto dengan teman-temannya.

"Han, kita bisa nggak foto berdua?"  Edgar tiba-tiba menghampiri Hani.

"Emm ... gimana, ya?" Hani bingung harus menjawab apa.

"Nggak boleh!" jawab Axel yang tiba-tiba sudah ada di belakang Hani.

"Abang!" Hani kaget dan membalikkan badan.

"Lo kira bini gue artis?" kata Axel dingin.

"Buat kenang-kenangan aja, Bang!" bela Edgar.

"Ngapain lo mengenang bini orang?" ledek Axel.

"Udah, apaan sih?" lerai Hani.

"Nggak boleh ya udah!" ujar Edgar seraya pergi.

"Ih, malu tau! Masak gitu aja diladenin?" gerutu Hani.

"Kamu belain dia?" Axel tak terima.

"Bukan gitu ...."

"Kamu mau foto sama dia? Ya udah sana ...." Marah Axel. Ia merasa Hani membela Edgar.

"Kok jadi marah sama aku, sih?" protes Hani.

"Aku cuma ...."

"Udahlah pulang aja!" potong Hani yang kesal dengan ulah Axel yang possesif.

"Han, kamu kok diem?" tanya Axel saat mereka sudah di dalam mobil kantor. Hani diam, tak menjawab pertanyaan Axel.

"Marah, ya?"

"Han, ngomong, dong! Kamu 'kan bukan limbad."

Hani masih bungkam. Axel jadi kesal, ia kesal pada Edgar. Gara-gara dia, dirinya jadi bertengkar dengan Hani.

"Dosa, tau! Diemin suami kayak gini? Apalagi demi laki-laki lain."

"Laki-laki lain apa sih, Bang?" Akhirnya Hani menjawab.

"Itu si juragan bakso!"

"Udah, nggak usah bahas dia lagi!"

"Ntar malem dinner, yuk! Buat ngerayain wisuda kamu," bujuk Axel.

"Nggak usahlah, lagian nilai aku nggak bagus-bagus amat. Ini semua gara-gara kamu. Aku mau belajar malah digangguin mulu!" gerutu Hani.

"Yang penting 'kan lulus," hibur Axel.

"Ya udah, mau makan di mana emangnya?" tanya Hani.

"Gimana kalau kita makan steak yang paling mahal?"

"Kamu mau nyogok aku, ya?" tuduh Hani.

"Enggak, aku udah mikir dari kemaren kok!"

"Ya, udah!"

"Masih marah nggak?" tanya Axel.

"Nggak tau!" jawab Hani ketus.

"Apa mau dibeliin es krim?"

🌿

Malam hari Axel dan Hani pergi ke restoran yang ada di rooftop hotel bintang lima.

Hani tampak anggun dengan gaun warna ungu, sedang Axel tampak rapi seperti akan berangkat kerja.

"Bang, kita makan di tempat lain ajalah! Kayaknya di sini mahal," ujar Hani sambil melihat sekelilingnya.

"Nggak papa, sekali-kali. Aku baru dapet bonus."

"Bagus, ya, pemandangannya?" ujar Hani yang takjub melihat kelap kelip lampu kota dari ketinggian.

"Iya, makanya aku ajak kamu ke sini."

"Kamu sering ke tempat kayak gini, ya?" tanya Hani.

"Lumayan, paling sama klien."

Setelah pesanan mereka datang ....

"Kamu makan yang banyak biar cepet gede," ujar Axel. 

"Apaan, sih!"

"Seriusan, tau! Badan kamu itu kurus banget, aku meluk kamu aja nggak kerasa apa-apa," ledek Axel.

"Dasar!"

"Enak nggak?" tanya Axel yang melihat Hani makan dengan lahap.

"Makanan mahal ya pasti enak lah," jawab Hani.

"Ya udah abisin."

🌿

"Han, besok kita lihat-lihat rumah, ya? Aku udah nemu beberapa tempat yang cocok," ujar Axel saat mereka sudah ada di mobil, dalam perjalanan pulang.

"Oke."

"Kamu kenapa? Kok pucet gitu?" tanya Axel yang melihat wajah Hani tidak segar seperti biasanya.

"Perut aku agak begah, kekenyangan kali, ya?" jawab Hani.

"Seriusan nggak papa?" tanya Axel khawatir.

"Agak mual, sih."

"Bentar, aku pinggirin dulu." Axel menepikan mobilnya.

"Masih mual?" tanya Axel sambil mengelus punggung Hani.

"Iya."

"Ke dokter aja, yuk?" ajak Axel.

"Palingan masuk angin, bawa tolak miskin nggak?"

"Enggak."

"Sini aku pijitin," Axel memijit tengkuk Hani. Tiba-tiba Hani membuka pintu mobil dan berlari ke luar.

"Huek!"  Hani muntah di pinggir jalan. Steak mahal itu terbuang sia-sia.

"Han, kamu nggak papa?" tanya Axel semakin panik.

"Udah, kita ke dokter aja!"

🌿

Nah lho! Kenapa si Hani?
Biasa makan di warteg sok gaya-gayaan makan di restoran hotel bintang lima. Ya gumoh😁



Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang