"Kenapa manggil gue?" tanya Hani polos seraya menghampiri Aldo. Ia sempat melirik ke arah Axel sebentar.
Padahal tadi tujuan Hani ke studio adalah ingin melihat proses pemotretan artis idolanya, Sean Paul. Siapa tau ia bisa minta tanda tangannya atau foto bareng.
Sejak Dinda bercerita kalau hari ini akan ada pemotretan artis idolanya itu, Hani sudah antusias mengerjakan semua tugasnya agar bisa segera kabur kemari.
"Lo ikut sama dia, bentar lagi kita pemotretan," ujar Aldo sambil menunjuk Wendi.
"Buat ID card, ya? Tapi gue 'kan cuma anak magang? Bentar lagi juga cabut," ujar Hani polos.
"Wen, lo urus dia," ujar Aldo seraya meninggalkan Hani dan Axel.
"Tunggu, gue mau diapain?" tanya Hani ketika Wendi menggiringnya masuk ke ruang make up.
"Di make up biar cantik," jawab Wendi seraya mengolesi wajah Hani dengan susu pembersih wajah.
"Bikin ID card aja ribet bener," gerutu Hani.
"Udah, lo tau beres aja," ujar Wendi.
"Kok menor banget? Kayak mau kondangan?" protes Hani ketika Wendi mulai mengoleskan foundation yang agak tebal ke wajahnya.
Satu dekade kemudian ....
"Lo ngantuk, ya? Bangun gih, ganti baju," ujar Wendi seraya membangunkan Hani yang ketiduran saat di make up.
"Huaaa ... Ini beneran gue?" ujar Hani kaget saat melihat pantulan wajahnya di kaca.
'Gila! Nggak nyangka gue bisa jadi cantik juga. Kayak abis oplas ....' ujar Hani dalam hati. Ia merasa takjub dengan wajahnya.
"Apaan sih, lo! Kaget gue. Buruan ganti baju udah ditungguin sama orang-orang."
Wendi kaget, sampai-sampai ia melemparkan kuas yang sedang dibereskannya.
"Ngapain orang-orang pada nunggu gue?" ujar Hani seorang diri.
🌿
"Akhirnya kelar juga," ujar Aldo saat melihat Hani keluar dari ruang make up.
Di dalam studio sudah ada Axel yang sudah rapi dengan setelannya. Ia duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Ia sempat melirik sekilas ke arah Hani yang tampak manis dengan dress selutut berwarna putih. Sedang rambutnya di poni dan di hias kembang setaman.
"Bang, ini ada apaan, sih? Kok foto ID card aja gue didandanin cakep gini? Mau bikin kalender, ya? Kan taun baru masih lama?" ujar Hani seraya menghampiri Axel.
"Ntar aku jelasin," ujar Axel singkat sembari meletakkan ponselnya di meja.
"Oke, ambil posisi. Xel lo sama cewek lo duduk sini," ujar Justin yang bertugas sebagai fotografer merangkap penata gaya.
"Kok, posenya duduk?" protes Aldo yang ikut menyaksikan jalannya pemotretan.
"Lo nggak liat yang cewek? Kalau gue ambil angle berdiri, jomplang banget hasilnya. Orang dia kontet gitu," ujar Justin.
"Gue tau dia kontet, tapi 'kan ini buat sampul majalah, lo bikin yang outstanding dikit, dong!" balas Aldo.
"Lo jangan ngajarin gue, ya? Di sini gue fotografernya. Gue bisa ngakalin gimana caranya cewek kontet itu bisa tampil bagus di kamera," ujar Justin yang merasa kesal karena Aldo meragukan kemampuannya.
Hani bengong melihat Aldo dan Justin yang sedang berdebat, pakai menunjuk-nunjuk dirinya pula.
"Tunggu! Gue denger lo berdua ngomongin gue. Enak aja lo ngatain gue kontat-kontet. Lo nggak tau, sekarang body shaming udah ada undang-undangnya? Lagian, gue nggak kontet-kontet amat, tinggi gue 158, tau!" sembur Hani tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Magang (Complete)
Romance"Move on itu pilihan. Gagal move on itu cobaan. Pura-pura move on itu pencitraan." Hani Aulia "Jika kamu melupakanku, aku mungkin kehilangan orang yang tidak peduli padaku, tapi kamu kehilangan orang yang sangat peduli padamu." Axel Pratama. "Cinta...