Chapter 18

2.9K 561 15
                                    


"Han, bulan depan aku ada tugas ke Vietnam kamu nggak papa 'kan aku tinggal sendiri?" tanya Axel saat mereka dalam perjalanan pulang dari bandara.

"Kok nggak ngajak aku lagi?" canda Hani.

"Kalau aku ngajak kamu yang ada si Dinda bakal mencak-mencak, kali ini jatahnya dia," terang Axel.

Hani memikirkan baru saja jadian dia harus berpisah dengan Axel. Apakah ia bisa menanggung rindu, mengingat mereka terbiasa bertemu setiap hari. Hani buru-buru membuang pikiran konyolnya, ck lebay sekali, pikirnya.

"Emang berapa lama kamu perginya?" tanya Hani manja.

"Nggak lama kok, seminggu aja," ujar Axel santai.

"Lama itu, sih."

Hani protes karena Axel akan meninggalkannya selama itu. Ia tak tau bagaimana melalui hari-harinya tanpa Axel. Pasti sangat membosankan.

"Kenapa? Kamu kangen ya sama aku?" canda Axel.

"Bukan, aku takut naik lift sendiri, kalau ada hantu lift terus liftnya ngadat kayak kemarin gimana?" ujar Hani ketakutan, ia  merasa gengsi mengakui ia merindukan Axel.

Memang selama ini ia selalu ditemani Axel saat naik lift. Bisa dibilang mereka selalu bersama saat berangkat dan pulang kerja. Lama-lama mereka merasa nyaman satu sama lain.

"Hantu lift? Itu karangan aku aja kok," terang Axel ragu-ragu, takut Hani marah padanya. Ketahuan modusnya ingin pulang pergi bersama Hani.

"Ih, jahat banget, sih."

Hani memukuli lengan Axel dengan kesal. Bukannya merasa sakit, Axel justru merasa geli. Hani selalu begitu jika merasa kesal dengannya.

"Kamu jangan manyun gitu, dong. Aku jadi gerah, nih."

Axel yang melihat Hani manyun setelah puas memukulinya. Belum apa-apa udah KDRT aja ....

"Kenapa? Bukannya ACnya nyala?" ujar Hani seraya mengarahkan telapak tangannya ke lubang AC.

"Bukan gerah yang itu."

"Yang mana? Sini aku tiupin," ujar Hani perhatian.

Ia merasa bersalah karena sudah memukuli Axel. Padahal Axel merasa senang-senang saja dipukuli olehnya.

'Cewek manis kayak gini disia-siain, emang bego si Evan. Untung dia nolak Hani, kan jadi gue yang untung,' pikir Axel dalam hati.

"Bibir kamu yang bikin gerah, kiss able banget, deh."

Gombalan Axel segera disambut deheman sopir taksi. (Bentar, gue muntah dulu🤑)

'Thor, lo kira-kira dong bikin adegan gini di taksi gue! Bisa sial taksi gue,' protes pak sopir.

"Ih, abang apaan, sih? Emang semua cowok tua itu pikirannya ngeres mulu, ya?"

Hani yang merasa malu kepada pak sopir. Beberapa kali pak sopir mengamati mereka melalui kaca spion tengah. Karena tak tahan mendengar gombalan receh Axel, pak sopir pun memasang headset miliknya.

'Males gue dengerin kayak ginian, awas aja kalau mesum di sini, gue tendang dari taksi gue, biar sekalian gue turunin di tol lo berdua,' batin pak sopir nelangsa.

"Tua apaan, sih? Masih 29 juga." elak Axel.

"Jauh lebih tua lah dari aku," jawab Hani.

"Beda 8 tahun doang, dikit itu."

🌿

Setelah membayar taksi dan menurunkan koper, Axel dan Hani bergegas ke kamar masing-masing. Hari sudah larut malam saat mereka baru pulang dari bandara.

Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang