Chapter 49

2.3K 381 6
                                    

"Kok ke sini?" tanya Hani, saat Axel membawanya ke dokter kandungan.

"Emang mau ke mana? Rumah sakit jiwa?" ujar Axel seraya mengajak Hani masuk.

Setelah mengurus administrasi mereka pun mendapat giliran untuk konsultasi dengan dokter.

"Tadi istri saya muntah, Dok!" cerita Axel.

"Terus?"

"Saya mau dia diperiksa, siapa tau dia hamil," jawab Axel.

"Hamil?" Hani kaget dan melihat ke arah Axel.

"Emang terakhir haid kapan?" tanya dokter kepada Hani.

"Lupa, Dok!" jawab Hani.

"Pusing?"

"Kliyengan dikit."

"Saya periksa dulu."

Dokter memeriksa denyut nadi Hani dan juga memeriksa perutnya.

"Ke kamar mandi dulu, ya?" ujar dokter seraya menyerahkan testpack dan penampung urin.

"Makenya gimana, dok?" tanya Hani yang seumur-umur baru memegang test pack.

"Sus, tolong dibantu!" ujar dokter kepada suter yang berjaga.

"Istrinya masih muda ya, Pak?" tanya dokter wanita paruh baya itu.

"Baru lulus kuliah, Dok!"

"Oh, pantes!"

Selang berapa lama Hani muncul dari kamar mandi. Suster menyerahkan hasil test pada dokter.

"Gimana hasilnya, Dok?" tanya Axel penuh harap.

"Gini ya, Pak. Mual muntah itu bukan satu-satunya tanda kehamilan. Istri bapak cuma mengalami gangguan lambung biasa, hasil tes urin juga negatif," terang dokter.

"Oh gitu, Dok," ujar Axel lemas. Padahal ia sangat yakin kalau Hani sedang hamil.

"Nggak usah kecil hati, kalian 'kan masih muda. Masih banyak kesempatan. Ini saya kasih resep obat lambung aja, ya?" ujar sang dokter.

🌿

Setelah mereka di dalam mobil ....

"Bang, kok diem aja? Marah, ya?" tanya Hani takut-takut.

"Nggak, kenapa musti marah?" jawab Axel.

"Karena aku nggak hamil."

"Emang salah kamu kalau kamu nggak hamil?"

"Kirain."

"Lagian kita 'kan menikah baru dua bulan," hibur Axel.

"Emang biasanya berapa bulan baru bisa hamil?" tanya Hani polos.

"Ya tergantung."

"Tergantung apa?"

"Tergantung usaha dan amal ibadah masing-masing," jawab Axel sekenanya.

"Apaan, sih!"

"Udah, nggak usah terlalu dipikirin. Nih, hadiah dari aku," Axel menyerahkan kotak kecil.

"Apa, nih?"

"Buka aja."

Hani membuka kotak itu, tampak cincin yang cantik dan elegan.

"Wah, bagus banget! Pasti mahal," ujar Hani.

"Iya, itu hasil aku jualan ginjal."

"Abang!"

"Lain kali nggak usah kasih hadiah mahal-mahal, sayang uangnya," ujar Hani seraya mencoba memakai cincin itu.

"Nggak papa, ntar kalau kita butuh duit itu mau aku jual lagi," canda Axel.

Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang