Chapter 17

3.1K 557 25
                                    

"Tuhan, ajari aku mengenal cinta sebagaimana orang-orang lain mengartikannya. Karena kata orang, dia adalah sumber segala-galanya," Minke, Jejak Langkah, Pramoedya Ananta Toer.

🌿

Malam ini Axel dan rombongan (sirkus) berencana meninggalkan negeri gajah putih untuk kembali ke tanah air. Pesawat mereka akan berangkat sekitar 2 jam lagi.

Axel menyusul Hani ke kamarnya. Ia melihat Hani sudah siap dengan kopernya.

"Udah siap semuanya?" tanya Axel memastikan.

"Udah," jawab Hani yakin.

"Periksa lagi, siapa tau ada yang ketinggalan," perintah Axel sembari membantu Hani memeriksa barang bawaanya.

"Kayaknya udah semuanya deh,"  ujar Hani.

"Ada kok yang ketinggalan," ujar Axel.

Hani mengingat barang apa yang dimaksud Axel. Ia merasa sudah memasukkan semuanya. Apakah ia terlupa sesuatu?

Axel tersenyum simpul melihat Hani yang kebingungan. Ia sangat senang mengkda Hani akhir-akhir ini. Entah mengapa, melihat ekspresinya yang marah itu membuatnya bahagia. Mungkin karena ia tidak memiliki adik, maka sekarang ia melampiaskannya dengan memggoda Hani.

"Apa?"

"Masa lalu kamu, ea!"

"Apaan sih? Nggak jelas banget!"

Hani mencubit lengan Axel. Percuma saja ia berpikir keras sejak tadi. Ia baru mengetahui fakta bahwa ternyata Axel adlah seseorang yang jahil juga.

"Ya udah, sini aku yang bawa," ujar Axel seraya mengambil alih koper yang dibawa Hani.

"Nggak usah, emang kamu nggak kewalahan bawa koper dua gitu?" tolak Hani.

"Enggak kok, tenang aja," jawab Axel sambil tersenyum manis, sok gentlemen ceritanya.

"Makasih, ya?" ujar Hani sambil tersenyum juga.

"Enak aja makasih doang, ada upahnya tau!" ujar Axel tiba-tiba.

Hani mengerikan dahinya, ia menebak upah apa yang diinginkan Axel. Kalau minta cium maaf saja ya, ia takkan mau. Enak saja mereka baru jadian sehari sudah main cium saja.

"Emang kamu mau minta upah apa?" tanya Hani curiga.

"Ntar kalau aku capek, pijitin, ya?" ujar Axel dengan nada yang terkesan manja.

Hani menghela nafas lega, ia merasa bersalah karena telah menuduh Axel yang tidak-tidak.

"Nggak sebanding kerjaan sama upahnya. Sini aku bawa sendiri," sungut Hani seraya berusaha merebut kopernya.

"Becanda kok," ujar Axel seraya pergi membawa koper Hani.

🌿

Di lobby sudah ada Denis dan Listy yang sedang menunggu pasangan baru itu.

"Dih, bucin amat lo!" cibir Denis yang melihat Axel membawa koper milik Hani sambil ketawa-ketiwi.

"Gini yang namanya cowok gentlemen, emangnya lo," jawab Axel santai.

"Ntar sesampainya di jakarta gue minta pajak jadian, ya? Gue mau makan steak yang paling mahal, gini-gini 'kan gue berjasa," ujar Denis.

Hani jadi berpikir, apa jasa Denis dalam hubungannya dengan Axel. Bisa-bisanya ia memeras Axel seperti ini.

"Dih, siapa yang jadian?" elak Axel.

"Trus kalau bukan jadian, apa? Orang udah lengket kayak upil sama idung gitu?" cibir Denis.

Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang