Chapter 43

2.5K 377 7
                                    

Hani membalikkan badan melihat sumber suara.

"Bang Evan?"

"Buruan naik, udah mepet ini. Ntar kita ketinggalan pesawat," ujar Davin yang sudah duduk di kursi samping supir. Tinggal tempat duduk barisan belakang.

"Yang, kamu naik dulu!" perintah Axel, yang entah mengapa tiba-tiba mengubah panggilannya ke Hani.

Hani menuruti saja perintah Axel.
Axel meletakkan telapak tangannya di tepi atas pintu mobil, seolah takut kepala Hani terbentur. Sok gentlemen ceritanya.

Kemudian Axel mengikuti Hani masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Hani, menyisakan tempat untuk Evan di sampingnya.

Tinggal Evan yang merenung seorang diri melihat interaksi Axel dan Hani. Hatinya terbakar cemburu.

"Sampai kapan lo mau mengheningkan cipta seperti itu? Mau naik nggak, sih?" ujar Axel kesal.

"Gue pesen taksi online aja," ujar Evan yang malas duduk di samping Axel.

"Udahlah, Van! Naik aja, udah nggak keburu ini," ujar Davin.

Akhirnya Evan terpaksa duduk di  samping Axel. Mukanya ditekuk, kusut sudah seperti cucian kotor.

"Yang, kamu kesempitan nggak?" tanya Axel.

"Nggak, biasa aja," ujar Hani yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Yang, setelah kerjaan aku selesai kita ke Wakatobi, ya?" ujar Axel sengaja dikeraskan. Agar Evan mendengarnya.

"Tempat apa itu? Jangan-jangan kebun binatang lagi?" tanya Hani yang pelajaran geografinya dapat C.

"Pantai, Yang! Masak kebun binatang?" ujar Axel kesal. Niatnya pamer ke Evan malah berubah jadi lawak.

Evan menahan tawa mendengar percakapan kedua sejoli itu. Axel mendengus, menyesali ke 'pintar' an istrinya.

"Ntar kita pulangnya Minggu sore aja, aku udah ijin kok," terang Axel.

"Oh, ya? Lama juga ya kita di sana." ujar Hani.

"Pokoknya setiap aku keluar kota atau ke luar negeri kamu mesti ikut, ya? Aku 'kan nggak bisa jauhan sama kamu," ujar Axel sok mesra. Davin meliriknya dari spion depan.

"Ehem ...." Evan berdehem karena tak tahan mendengar percakapan pasutri itu.

"Kenapa lo, Van? Flu?" tanya Davin sambil menoleh.

"Flu jeales," bisik Axel pada Hani.

"Abang! Apaan, sih?"

🌿

Di dalam pesawat Axel kebagian duduk di depan tempat duduk Evan dan Davin.

"Abang ngantuk?" tanya Hani yang heran melihat tingkah Axel yang senderan di bahunya.

"Nggak!"

"Kok nyender gini?"

"Sengaja!"

"Biar apa coba?"

"Biar yang di belakang makin belingsatan," ujar Axel santai.

"Nggak boleh gitu!"

"Biarin, istri-istri aku."

Hani menoleh ke belakang, benar saja ia melihat Evan sedang memperhatikan ke arahnya.

Hani merasa tingkah Axel sangat kekanakan. Hani berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Selain Wakatobi kita ke mana lagi?"

"Bunaken bagus, Losari juga bagus. Tinggal pilih mau ke mana," jawab Axel antusias.

Pacar Magang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang