"Aku mau diam, agar beri kesempatan kamu untuk belajar peka. “
🌿
"Iya, Tante bener. Saya ke sini emang mau ngelamar Hani," ujar Evan.
"Apa?!" tanya Hani dan mamanya bersamaan.
Wardah melihat ke arah putrinya, meminta penjelasan. Sedang Hani hanya mengangkat bahunya, tanda ia tak tau apa-apa tentang hal ini.
"Van, kamu nggak salah?" tanya Wardah, memastikan keseriusan Evan.
"Enggak, Tante. Saya serius mau melamar Hani," tegas Evan.
Wardah memang tak menemukan tanda-tanda Evan sedang bercanda. Sedangkan Hani yang masih syok dengan lamaran Evan yang mendadak hanya bisa terdiam mendengar percakapan mereka.
"Mama kamu tau?"
"Belum Tante, kalau Hani dan Tante sudah setuju saya akan membawa keluarga besar saya ke sini untuk melamar Hani secara resmi," terang Evan lancar.
'Apa dia bilang? Kenapa sejak gue tolak Bang Evan jadi gila kayak gini? Dipikir-pikir kasihan juga! Masih muda lagi,' batin Hani.
"Tante terserah Hani aja, kalau dia setuju Tante juga setuju," ujar Wardah seraya tersenyum ke arah Hani.
Hani membelalakkan mata setelah mendengar perkataan mamanya. Entah mengapa ia merasa tenggorokannya terasa kering, ia butuh air.
"Gimana, Han?" tanya Wardah.
Hani melihat ke arah Evan kemudian mamanya. Ia memberanikan diri untuk bicara.
"Ma, aku nggak bisa nikah sama Bang Evan."
"Kenapa, Han?" tanya Wardah heran.
Ia tahu putrinya itu sejak dulu menyukai Evan. Bahkan Wardah sempat menghayal jika dirinya berbesan dengan keluarga Evan, Ia tak perlu mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk pesta pernikahan. Mereka bisa menyewa tenda bersama. Toh rumah mereka berhadap-hadapan.
Ia juga tak perlu merasa kehilangan Hani. Karena Hani bisa bergantian tinggal di rumahnya, tinggal menyebrang saja.
"Aku ... suka sama orang lain." Wardah kaget mendengar penjelasan Hani.
"Ntar aku kenalin mama," imbuh Hani.
Wardah menghembuskan nafas pelan seraya mengalihkan pandangannya ke Evan. Sedang Evan sudah tau orang yang dimaksud Hani. Tentu saja dia Axel.
"Maaf ya, Van. Hani ternyata sudah menyukai orang lain. Padahal Tante juga berharap kamu bisa menikahi Hani. Kan lucu kalau kalian menikah, bisa gantian tinggal bareng mama kamu dan Tante. Orang tinggal nyebrang aja," ujar Wardah yang merasa tidak enak dengan Evan.
Setelah ini Wardah harus mengintrogasi Hani, bisa-bisanya Hani merahasiakan hal ini dari dirinya.
"Nggak papa Tante, saya ngerti. Ini memang salah saya," ujar Evan tulus dari dalam hati.
Wardah melihat kekecewaan di wajah Evan, tapi mau bagaimana lagi. Hani sudah menemukan tambatan hatinya.
"Kok jadi kamu yang salah?" tanya Wardah keheranan.
'Saya salah Tante, karena dulu udah menyia-nyiakan Hani,' batin Evan.
"Nggak papa Tante. Mungkin memang belum rejeki saya." Evan berusaha tampil tegar dihadapan Wardah.
"Ya udah, Tante tinggal ke dapur dulu, ya?" Wardah beranjak ke dapur. Sejujurnya dia ingin memberi kesempatan untuk Evan dan Hani berbicara berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Magang (Complete)
Romance"Move on itu pilihan. Gagal move on itu cobaan. Pura-pura move on itu pencitraan." Hani Aulia "Jika kamu melupakanku, aku mungkin kehilangan orang yang tidak peduli padaku, tapi kamu kehilangan orang yang sangat peduli padamu." Axel Pratama. "Cinta...