Happy reading!Jangan lupa vote comment and share.
🍁🍁🍁
Zidan tersungkur dengan sudut bibir yang sobek. Dengan dibantu Candra, cowok itu berdiri. Semua anggota inti menatap empat lelaki yang salah satunya tadi memukul Zidan tanpa izin. Rizky dan Daniel langsung mendekati Alivia dan melindunginya."Woy, maksud lo apa kayak gini?!" ujar Bima nyalang.
Keempat pria itu menyeringai lebar bahkan menatap anggota inti Crudeltà dengan tatapan meremehkan.
"Beraninya main belakang ya lo?!" tambah Nathan, hendak melangkah maju untuk adu otot tapi Bayu segera menahannya.
"Tenang dulu, Nath. Jangan emosi." ungkap Bayu menenangkan.
"Nggak bisa gue! Mereka, mereka ini harus kita kasih sedikit pelajaran!" balas Nathan.
"Kalau udah kalah, apa susahnya ngaku kalah?" sahut Candra dengan nada meremehkan.
Zidan berdecih. "Pecundang kayak mereka, nggak guna!" ujarnya.
Lando hendak memukul Zidan namun Ananta menahannya dengan memegang pundaknya. "Tenang, belum saatnya kita perang. Sabar," bisik Ananta pada anggotanya. Lando menghela napas lalu kembali mundur.
"Kenapa nggak jadi? Takut?" ujar Nathan yang memang dirinya sudah kalut emosi.
Zidan melirik Alivia, gadis itu tengah dilindungi Rizky dan Daniel. Zidan menghela napas lega, setidaknya ia tidak akan biarkan siapapun melukai gadisnya. Ah, maksudnya calon gadisnya.
Tapi yang membuat Zidan bingung, Alivia tampak biasa saja. Bahkan tidak takut ketika dirinya dikelilingi banyak lelaki apalagi dua geng motor yang berbeda. Alivia terlihat tenang seperti biasanya, seolah sudah terbiasa akan hal itu.
Saat tatapan mereka bertemu, Alivia tersenyum tipis yang mampu membuat Zidan larut dalam pesona gadisnya dalam sesaat. Sangat tipis, bahkan mungkin hanya Zidan yang menyadarinya.
Zidan menoleh saat pundaknya ditepuk oleh Adam. Lelaki itu berisik pada Zidan yang membuat Zidan terdiam beberapa saat.
"Gue tau lo lagi kasmaran, tapi liat dong didepan lo ini ada musuh. Jangan oleng,"
Ananta maju beberapa langkah, tepat berhadapan dengan Zidan. Zidan yang merasakan pergerakan orang didepannya menoleh. Hingga mata mereka bertemu.
"Thanks, udah buat gue merasakan hal baru. Gue ke sini bukan buat ngajak lo perang. Cuma mau bilang, gue dateng buat bales dendam." ujar Ananta pelan dan mungkin hanya Zidan dan dirinya yang mendengarnya.
Rahang Zidan mengeras, tidak masalah jika ada orang yang ingin balas dendam dengannya hanya saja Zidan tak ingin membuat orang disekitarnya dalam bahaya.
"Cih, jangan macem-macem. Gue bisa lakuin lebih dari yang lo lakuin." balas Zidan menyeringai tipis.
"Oh, ya?" Ananta menelisik seolah tengah mencari seseorang. Matanya berhenti pada Alivia. "Gue nggak pernah liat lo bawa cewek, apa itu cewek lo?"
Tangan Zidan mengepal ketika Ananta membawa-bawa Alivia. "Jangan pernah lo sentuh dia, njing!" Zidan mendorong bahu Ananta.
Ananta menyeringai, dengan Zidan berkata seperti itu semakin membuatnya yakin jika gadis itu orang istimewa bagi Zidan. Ananta mengangkat tangan kanannya, lalu bersuara.
"Cabut!"
Bima, Bayu, Adam, Candra, Nathan, Rizky, Daniel dan Alivia mendekati Zidan setelah Voorzitter pergi dari hadapan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDANE [END]
Novela Juvenil[FOLLOW sebelum BACA] [Terbit di Glorious Publisher] [Crudeltà Story #1] [Adiyasa Story#1] Cover by Riska graphic (BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN) Zidan, ketua geng motor dengan segala ketampanannya dan pesonanya membuat banyak kaum hawa terpikat. Na...